Menak Sumende - Индекс потомака

Из пројекта Родовид

Особа:747310
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Menak Sumende [Brawijaya V]
Титуле : Adipati Blambangan

2

21/2 <1> Menak Gadru [Brawijaya V]
Титуле : Adipati Babatab

3

31/3 <2> Menak Werdati / Menak Lampor [Brawijaya V]
Рођење: NB: Eyang dari Raden Paku Sunan Giri. PANCER Trah Dermoyudo
Титуле : Jumeneng Bupati Blambangan
Свадба:
Trah Keturunan Brawijaya V, jumeneng Adipati di Blambangan.

Leluhur Kasepuan Kanoman Surabaya dan Kromodjayan NB: Menak Werdati adalah eyang dari Raden Paku Sunan Giri Gresik (pancer isteri).

   Saat pemerintahan Adipati Menak Werdati Kadipaten Blambangan dipecah menjadi 2(dua) 
Referensi Silsilah : B.8

4

41/4 <3> 1. Sunan Rebut Payung / Menak Beduyu [Brawijaya V]
Рођење: Leluhur/nenek moyang dari Trah Kasepuan - Kanoman
Титуле : Blambangan, Adipati Blambangan Timur bergelar Pangeran Rebut Payung
Pangeran Rebut Payung sebagai nenek moyang Trah Keturunan Kasepuan-Kanoman Surabaya
52/4 <3> 2. Menak Lapat [Brawijaya V]
Рођење: Leluhur dari Trah Dermoyudo, ataupun Kromodjayan
Титуле : Lumajang, Adipati Blambangan Kulon (Barat) bergelar Adipati Lumajang
Menak Lapat adalah nenek moyang Trah Keturunan Kromodjayan
63/4 <3> Nyai Lurah Sutodjayan [Ki Ageng Brondong]
Титуле : Peneleh Surabaya
74/4 <3> Nyai Wongsosuto [Ki Ageng Brondong]
Титуле : Surabaya
85/4 <3> Ψ Kyai Lanang Glangsing [Lanang Glangsing]
Титуле : -1686, Pasuruan, Tumenggung Pasuruan

5

91/5 <4> Pangeran Kedawung [Brawijaya V]
Титуле : Blambangan Timur, Kasatriya
Pangeran Kedawung di Blambangan Wetan(timur) = Banyuwangi; dikenal sebagai kasatria yang tangguh
102/5 <5> Menak Lumpat [Brawijaya V]
Титуле : Kasatriya tangguh (sakti) di Grogolan Jawa Timur
113/5 <4> Sunan Tawang Alun [Brawijaya V]
Титуле : 1596, Jawa Timur - Banyuwangi, Raja Blambangan Wetan
Kekuasaan pemerintahan dibawah Kerajaan Buleleng-Bali 1596 ms pada saat itu. ( De Jounge : De onsluimige groof Gouveneur Tawangalun van Blambangan onder denvost van Buleleng Bali).Kejadian ini Tahun 1596, ketika Belanda pertama kali masuk Pulau Jawa.

6

131/6 <10> Menak Koncar [Brawijaya V]
Титуле : Kasatriya tangguh (sakti) di Lumajang Tengah
142/6 <11> R Ayu Sunan Amangkurat I ((garwa ampean)) [Brawijaya V]
Титуле : Mataram, dipersunting Sunan Amangkurat I Raja Mataram di Tegalarum
123/6 <9> Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran [Brawijaya V]
Рођење: Di Desa Brondong – Sedayu Lawas, atau Paciran Lamongan tepi laut utara Jawa. Kiyahi Ageng Brondong memiliki keturunan Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I, Bupati Sidoarjo yang pertama, diambil dari silsilah pangeran Lanang Dangiran Kyai Ageng Brondong kang sumareh ing pesarehan sentono Botoputih Surabaya. Pangeran Lanang Dangiran Kiyahi Ageng Brondong. Kang Sumareh Ing Pesarehan “Sentono Boto Putih” Surabaya Riwayat Hidup Kiyahi Ageng Brondong Botoputih Suroboyo. Konon dituturkan Pangeran Kedawung, disebut juga Sunan Tawangalun adalah raja di Blambangan atau dikatakan juga Bilumbangan. Beliau mempunyai 5 orang anak dan diantaranya ialah pangeran Lanang Dangiran. Diceritakan bahwa Lanang Dangiran pada usia 18 tahun bertapa dilauy dan menghanyutkan dirinya diatas sebuah papan kayu sebuah beronjong (alat penangkap ikan), tanpa makan atau minum, arus air laut dan gelombang membawa Lanang Dangiran hingga dilaut jawa dan akhirnya suatu taufan dan gelombang besar melemparkan Lanang Dangiran dengan beronjongnya dalam keadaan tidak sadar, disebabkan karena berbulan-bulan tidak makan dan minum, dipantai dekat Sedayu. Seluruh badannya telah dilekati oleh karang, keong serta karang-karang (remis) sehingga badan manusia itu seolah-olah ditempeli dengan bakaran jagung yang disebut dengan bahasa jawa “Brondong” Badan Pangeran Lanang Dangiran diketemukan oleh seorang kiyahi yang bernama Kiyahi Kendil Wesi. Pangeran Lanang Dangiran dirawat oleh Kiyahi Kendil Wesi serta istrinya dengan penuh kasih sehingga sadar kembali dan akhirnya menjadi sehat seperti sediakala. Pangeran Lanang Dangiran menceritakan asal-usulnya kepada Kiyahi Kendil Wesi. Setelah Kiyahi Kendil Wesi mendapat keterangan tentang asal usulnya Pangeran Lanang Dangiran, maka diceritakan oleh Kiyahi tadi bahwa ia juga asal keturunan dan raja-raja di Blambangan yang bernama Menak Soemandi dimana beliau masih satu keturunan dengan Lanang Dangiran. Lanang Dangiran tinggal dan kumpul dengan Kiyahi Kendil Wesi, dan dianggap sebagai anaknya kiyahi sendiri. Pangeran Lanang Dangiran memeluk agama Islam, karena rajin dan keteguhan imannya serta keluhuran budinya serta kesucian hatinya, maka tidak lama pula ia dapat tampil kemuka sebagai guru Agama Islam, Pangeran Lanang Dangiran berisitrikan putrid dan Ki Bimotjili dan Panembahan di Cirebon yang asal usulnya dituliskan sebagai berikut : Pangeran Kebumen Bupati Semarang, berisitrikan putrid dan Sultan Bojong, bernama Prabu Widjaja (Djoko Tingkir). Ki Bomotjili adalah salah satu seorang putra dan Pangeran Kebumen tersebut diatas, seorang putri dan Ki Bimotjilimi bersuamikan Pangeran Lanang Dangiran alias Kiyahi Brondong (dimakamkan di Boto Putih). Nama Brondong diperoleh karena ia diketemukan oleh Kiyahi Kendil Wesi badannya dilekati dengan “Brondong” Kiyahi Kendil Wesi yang waspada dan mengetahui nasib seseorang, mengatakan kepada Lanang Dangiran yang sudah mendapat sebutan Kiyahi Brondong dan masyarakat sekitar tempat Kiyahi Kendil Wesi, supaya pergi ke Ampel Dento Suroboyo, dan meluaskan ajaran Agama Islam, karena di Surabaya Kiyahi Brondong kelak akan mendapat kebahagiaan serta turun temurunnya kelak akan timbul dan tambah menjadi orang-orang yang mulya. Kemudian Kiyahi Brondong dengan istrinya dan beberapa anaknya yang masih kecil pergi ke Surabaya dan pada Tahun 1595 menetap diseberang timur kali Pegiri’an, dekat Ampel ialah Dukuh Boto Putih (Batu Putih) ditempat baru inilah Kiyahi Brondong mendapatkan martabat yang tinggi dan masyarakat, karena keluhuran budinya Kiyahi Brondong (pangeran Lanang Dangiran) wafat pada tahun 1638 dalam usia + 70 tahun dan meninggalkan 7 orang anak, diantaranya 2 orang laki-laki yaitu : Honggodjoyo dan Honggowongso. Bupati Sidoarjo yang pertama adalah keturunan dan Honggodjoyo, Kiyahi Ageng Brondong (Pangeran Lanang Dangiran) dikebumikan ditempat kediamannya sendiri di Botoputih Surabaya makamnya dimulyakan oleh putra-putranya dan selanjutnya dihormati oleh turun-turunnya hingga kini. Semoga arwah beliau diterima Allah Swt, dan Allah Swt juga memberikan kepada seluruh keturunannya Kiyahi Ageng Brondong kemulyaan, kesehatan dan kesejahteraan sebagaimana beliau senantiasa mendoakan cucu cicitnya selama hidupnya. Ada hal penting yang anda ketahui bahwa bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sidoarjo, pejabat Pemerintah Kabupaten Sidoarjo beserta rombongan merupakan agenda rutin berkunjung ke : Pesarean Asri ing Pendem untuk nyekar ke makam Bupati pertama Sidoarjo Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I wafat tahun 1863 Ke Pesarehan keluarga Tjondronegoro (belakang masjid Djamik/ Agung Sidoarjo) nyekar Raden Adipati Aryo Panji Tjondronegoro I wafat tahun 1906 Langsung menuju Pesarehan Boto Putih Surabaya ke makam Raden Tumenggung Adipati Aryo Tjondronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono).
Титуле : Surabaya, Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong sebagai PANCER = yaitu Leluhur/nenek moyang Trah Kasepuhan & Kanoman Surabaya / sebagai cikal bakal / pakem Sejarah Kasepuan – Kanoman Surabaya, atau Level 1 = Putera ke 2 Pangeran Kedawung ;
Свадба: <1> Nyai Ageng Brondong [Ki Bimotjili]
Смрт: 1638
== Ki Ageng Brondong, Boto Putih Sruroboyo ==

Dalam melestarikan warisan leluhur kami unggah ke website Rodovid tentang Silsilah keluarga yang berkaitan dengan Trah Botoputih, dengan pancer leluhur Ki Ageng Brondong, untuk itu disini kami sajikan sedikit cerita Ki Ageng Brondong, nama gelar lainnya adalah Pangeran Lanang Dangiran di Ampel Surabaya. Serta perkembangan Trah sebagai penerus generasi. Konon dituturkan bahwasanya Pangeran Kedawung atau disebut juga Sunan Tawangalun adalah nama gelar saat menjadi Raja di Blambangan ( sekarang wilayah Banyuwangi-Jawa Timur), berputra sebanyak 5(lima) anak diantaranya Pangeran Lanang Dangiran atau dikenal dengan nama Kyai Brondong. Dalam usia 18 tahun beliau melakukan bertapa, dengan menghanyutkan diri diatas sebuah papan kayu dan sebuah bronjong (alat penangkap ikan terbuat dari anyaman bambu ) di sungai. Dalam bertapanya tersebut dihanyutkan sampai dipantai utara Jawa. Gelombang dan arus air laut mengehempaskannya, dan akhirnya terdampar ditepi pantai dekat Sedayu - Lamongan dalam keadaan tidak sadar. Keadaan seluruh badannya dilekati oleh berbagai binatang laut seperti kerang,remis dlsb. Sehingga terlihat kulit tubuhnya seperti diselimuti butiran jagung bakar (bhs jawa = brondong ). Pangeran Lanang Dangiran saat terdampar tersebut ditemukan oleh Kyai Kendil Wesi, dan dirawatnya dan dibawa pulang , sampai sehat seperti sedia kala. Selang beberapa waktu lamanya, Kyai Kendil Wesi mengetahui asal-usul Pangeran Lanang Dangiran, yang tidak lain masih satu keturunan dengan Kyai Kendil Wesi, yaitu keturnan dari raja-raja Blambangan, yang mana Kyai Kendil Wesi dari Trah Menak Soemende. Didalam asuhan Kyai kendil Wesi terhadap Pangeran Lanang Dangiran dianggap sebagai anak sendiri, dan ketika dewasa beliau memeluk/masuk agama Islam, dan sampai menjadi guru agama. Berselang dewasa Pangeran Lanang Dangiran menikah dengan puteri dari Ki Bimo Tjili, berasal dari Panembahan di Cirebon. Dan kemudian dikenal Kyai Brondong. Kyai Kendil Wesi mengetahui bahwa kelak kemudian hari puteranya akan hidupnya mulia, serta menjadi pemuka agama, maka disarankan agar Pangeran Lanang Dangiran untuk meluaskan ajaran Agama Islam, ke wilayah Ampel Dento di Surabaya. Akhirnya pada tahun 1595, Kyai Brondong dengan keluarga menetap di Surabaya, tepatnya diseberang Timur Sungai/kali Pegirikan, dekat Ampel disebut padukuhan Botoputih. Disinilah di awal penyembar Agama Islam tepatnya di Ampel Surabaya. Pada waktu itu Kadipaten Surabaya masih merdeka, tidak dibawah kekuasaan Mataram, dan saat itu yang memegang kekuasaan adalah Pangeran Pekik.

Dalam perjalanan sejaran Surabaya pada tahun 1625, akhirnya dikuasai / dalakekuasaan Mataram. Pangeran Pekik masih ditetapkan sebagai Adipati di Surabaya dibawah kekuasaan pemerintahan Amangkurat I. Kyai Brondong / Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran wafat pada tahun 1638 dalam usia 70 tahun, dimakamkan di makam Sentono Botoputih Kasepuan Surabaya. Meninggalkan putera sebanyak 7(tujuh)orang, diantaranya putera laki-lakinya adalah :

  • Onggodjoyo
  • Honggowongso.

Setelah Pangeran Pekik wafat karena dibunuh oleh Amangkurat I, Onggowongso ditetapkan menjadi Tumenggung di Surabaya, sedangkan Onggodjoyo sebagai Tumenggung di Pasuruan sebagai penghargaan jasa-jasanya dalam Peperangan Pemberontakan Trunodjoyo.

Beliau adalah Nenek moyang (cikal bakal) pakem Sejarah seperti halnya: trah Boto Putih, trah Kasepuhan Surabaya, trah Kanoman Surabaya, trah Kasepuhan Sidoarjo, trah Sambongan,trah Nitidingrat_Pasuruan, trah Notodiningrat_Bangil Pasuruan, trah Bustaman_Semarang, trah Puspunegoro Gresik, Han Dinasti, trah Tjitrosoma Tuban, trah Batoro Katong_Ponorogo, trah Suryowinoto Gresik. Untuk melestarikan warisan leluhur beberapa pencinta Genealogy Family Tree sebagai pendahulu telah meninggalkan hasil karyanya, beliau sebagai pengamat, peneliti, serta penyusun Silsilah / Asal Silah adalah Raden Adipati Arya Nitidiningrat Bupati Suroboyo, Raden Ngabei Tjokro Hadiwikromo (Onder Colleteur Kendal), Raden Panji Makmoer (Ketua Paguyuban Sentono Botoputih Surabaya), Raden Tumenggung Arya Noto Adikusumo (Zainal Fattah = Bupati Pamekasan), Raden Bagus Yasin / Raden Ngabei Kromodjoyoadirono ( Asisten Wedana Ngebel Ponorogo ) dan masih banyak lagi.

Catatan : Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:

 Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal  Level/urutan 1 = Anak / putera  Level/urutan 2 = Cucu  Level/urutan 3 = Buyut  Level/urutan 4 = Canggah  Level/urutan 5 = Wareng  Level/urutan 6 = Udeg-udeg  Level/urutan 7 = Gantung Siwur  Level/urutan 8 = Gropak senthe  Level/urutan 9 = Debog bosok  Level/urutan 10 = Galih Asem.

Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya vasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah).

Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.

7

161/7 <12+1> 5. Nyai Lurah nDalem Wiroguno [Ki Ageng Brondong]
Рођење: ~, Surabaya, Menurunkan Trah Demang Sutoyudo Peneleh - Suroboyo
Свадба: <2> Patih Wiroguno [Wiroguno]
Nyai Lurah Sutodjoyo menurunkan Trah Demang Sutodjoyo bertempat tinggal di Peneleh Surabaya Silsilah C.3menurunkan Trah Sutodjayan
172/7 <12+1> 4. Nyai Setro / Astro [Ki Ageng Brondong]
Рођење: Surabaya, Menurunkan Trah Botoputih Surabaya
193/7 <12+1> 3. Nyai Danoe Singopoero [Ki Ageng Brondong]
Рођење: Menurunkan Trah Singopredaton
204/7 <12+1> 7. Nyai Wongsoito / Nyai Wongsosuto [Ki Ageng Brondong]
Рођење: Menurunkan Trah Tumenggung Setjonegoro, Tjibolang dan Trah Honggosutan / Wongsosutan
225/7 <13> Arya Panji Malang / Raden Tumenggung Brodjonolo [Brawijaya V]
Одсељавање: pindahan dari Krapyak
236/7 <14> Untung Suropati ? (Raden Adipati Wiroguno) [Brawijaya V]
Рођење: 1644
Професија : 1686, Pasuruan, Raja di Pasuruan
Kyai Onggodjoyo kemudian harus menyerahkan kekuasaanya kepada Untung Suropati. Untung Suropati adalah seorang budak belian yang berjuang menentang Belanda, pada saat itu Untung Suropati sedang berada di Mataram setelah berhasil membunuh Kapten Tack. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, pada tanggal 8 Februari 1686, Pangeran Nerangkusuma yang telah mendapat restu dari Amangkurat I (Mataram) memerintahkan Untung Suropati berangkat ke Pasuruan untuk menjadi adipati (raja) dengan menguasai daerah Pasuruan dan sekitarnya. Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro Th.1686 –1706, Selama 20 tahun pemerintahannya 1686-1706

Pasuruan. Belum diketahui secara pasti dimana letak makam Untung Suropati, namun dapat ditemui sebuah petilasan berupa gua tempat persembunyiannya pada saat dikejar oleh tentara Belanda di Pedukuhan Mancilan, Kota Pasuruan.

Sepeninggal Untung Suropati kendali kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Rakhmad yang meneruskan perjuangan sampai ke timur dan akhirnya gugur di medan pertempuran (1707).
217/7 <12+1> Kyai Tumenggung Djangrono I / Kyai Onggowongso (Honggowongso) [Ki Ageng Brondong]
Рођење: Surabaya, Catatan: >> nama lain : Ki Lembu Amiluhur / ver RB Yasin )
Титуле : од 1670, Surabaya, Adipati Surabaya XI
Смрт: децембар 1678, Surabaya, Gugur di Kediri dalam peperangan, dimakamkan di Pesarean Sentono Boto Putih Surabaya
Menjabat Panglima Perang dalam pemerintahan Sunan Amangkurat I, Tegalarum Mataram, dalam konflik melawan R.Trunodjoyo.

Wafat 26-02-1709 /(1678 ms) dimakamkan di Pesarean Sentono Boto Putih Surabaya.

Index Silsilah No:C.3
158/7 <12+1> 1. Kyai Tumenggung Onggodjoyo I / Kyai Lanang Glangsing (Honggodjoyo / Gentono) [Ki Ageng Brondong]
Професија : од 1678, Pasuruan, Adipati Pasuruan
Смрт: 1690, Surabaya, Dimakamkan di Pesarean Sentono Botoputih Surabaya
Jumeneng Bupati di Pasuruan nama gelar: Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.

Senioritas satu angkatan dengan Amangkurat (Mataram)

Pada tahun 1686 di Pasuruan konflik dengan UNTUNG SUROPATI, dan minta perlindungan keponakannya Kyai Adipati Djangrono II di Surabaya. Pulang ke Surabaya dan wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Botoputih Surabaya

Mulai Keturunan pertama dari Ki Tumenggung Honggodjojo tsb. mendapatkan tanda/tetenger KASEPUHAN Surabaya;

Nama isteri-istri tidak tercatat, yang menurunkan 14 putera/puteri (ver Botoputih = hal 52); 15 putera/p
189/7 <12+1> 6. Nyai Udju / Nyai Lundu [Ki Ageng Brondong]
Menurunkan Trah Sutokromo Petunjungan

8

331/8 <15> Raden Panji Tjondro Adinegoro [Ki Ageng Brondong]
Титуле : Pekalongan, Patih
402/8 <15> Kyai Onggodjoyo II [Ki Ageng Brondong]
Титуле : Surabaya, Patih Luar Kasepuan Surabaya
463/8 <15> Nyai Ajeng Rana / Rangga [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, putera no 1 Kyai Tumenggung Onggodjoyo I
474/8 <15> Ki Onggodjoyo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:2 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I. Diasingken Belanda ke pulau Ceylon
485/8 <15> Nyai Ajeng nDalem Notopraduto [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:3 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
496/8 <15> Nyai Ajeng Notoprono [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atu puteri no:9, Kyai Onggodjoyo I
507/8 <15> Kyai Onggodjoyo Djagir [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:5 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I. Bertempat tinggal di Jagir Wokoromo Surabaya
518/8 <15> Kyai Sutaprana [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:6 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
529/8 <15> Nyai Ajeng Sumoyudo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:7 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
5310/8 <15> Kyai Dipomenggolo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:8 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
5411/8 <15> Nyai Onggodiwongso [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:4 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
5512/8 <15> Nyai Ajeng Wirodipuro [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:11 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
5613/8 <15> Kanjeng Raden Tumenggung Djimat Tjondronegoro I / Kyai Onggowidjoyo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:12 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
Професија : Menjabat Bupati Kasepuan Surabaya 1752-1763, jumeneng Bupati nama gelar Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro
Свадба: <3> Ψ Trah Ageng Tjondronegoro [?]
Свадба: <4> Putri dari: Panembahan Tjakraningrat [Panembahan Tjakraningrat]
5714/8 <15> Nyai Ajeng Kinjeng [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No: 14 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I. Menikah dengan keturunan China/Tionghoa, nama: TJOE KWIE SWIE dimakamkan di Kampung ketandan Surabaya; disebelah selatan Kyai TONDO; Nyai Ajeng Kinjeng dimak
Свадба: <5> Han Bwee Koe / Han Bwee Kong [HAN dinasti - China]
5915/8 <21> R. Arya Djoyopuspito R. Adipati Djangrono Panotogomo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, putera no:5 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
Професија : Surabaya, Bupati Kasepuan Surabaya (Bupati Surabaya ke 15); Melakukan perlawanan terhadap Mataram dan Belanda Th 1710 di kenal Peperangan Surabaya, (ver K5 bergelar Adipati Djangrono Panotogomo = Kyai Tumenggung Djangrono Panotogomo), sebagai balas dendam kematian
6016/8 <21> Kyai Wirodirdjo / Ki Tumenggung Djangrono III / Kyai Ngabei Wirosroyo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, putera No:3 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
6117/8 <21> Raden Panji Srenggono / Adipati Notopuro / Raden Panji Surengrono [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, putera no:4 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
Професија : Lamongan, Bupati Lamongan th 1723-1750, sebagai Adipati Notopuro /Adipati Lamongan,
Смрт: gugur dalam perang melawan Kompeni Belanda / Amangkurat I di Surabaya
Riwayat jumeneng :

Mengganti kedudukan / jabatan ayahnya sebagai Bupati Kanoman Surabaya SAWUNGGALING.

Magang dari Kartosuro - Solo,
6218/8 <22> Arya Pamucang / Raden Wesibageno (Kyai Ageng Gribik) [Brawijaya V]
Сахрана: Malang, Dimakamkan di Pesarean Gribik Malang
6319/8 <15> Kyai Djoyodirono / Kyai Mas Tumenggung Djoyodirono I [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:13 dari 14 putera Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
Професија : Surabaya, Bupati Kanoman di Wonokromo Surabaya, 1746-1758. Diangkat dalam th 1752 ( De Jonge deel 10-11 ) Pengangkatan bersamaan Kyai Onggowidjoyo. Orang Belanda mengatakan "tweede Regent"; Karena pada waktu itu Kadipaten Surabaya dipecah menjadi dua Kadipaten, s
6420/8 <15> Nyai Ajeng Galih Wirokusumo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:15 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I. (ver PK.5)
6521/8 <15> Kyai Onggodimedjo [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = Cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera No:10 dari Kyai Tumenggung Onggodjoyo I.
6722/8 <21> Ki Demang Kertoyudo / Panji Sosronegoro [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, putera no:6 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
Смрт: Ki Demang Kertoyudo juga berperan dalam peperangan melawan Kompeni Belanda / Amangkurat I, dikenal keberaniannya. Gugur, dimakamkan di Japanan - Mojokerto
6823/8 <21> Raden Ayu Kaliwungu [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, atau puteri no 7 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini.
6924/8 <21> Raden Ayu Djaleka Tjakraningrat [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, atau Puteri no: 8 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
2825/8 <15> Kanjeng Tumenggung Djimat Djoyonegoro [Ki Ageng Brondong]
Титуле : -1815, Probolinggo, Bupati Banger Probolinggo
2526/8 <15> Raden Panji Djayengrono [Ki Ageng Brondong]
Титуле : -1783, Surabaya, Raden Adipati Panji
5827/8 <21> Kyai Adipati Tumenggung Djangrono I / Djoko Tangkeban [Ki Ageng Brondong]
Рођење: level 2 = cucu Ki Ageng Brondong, putera no:5 dari 8 putera Ki Onggowongso / Kyai Tumenggung Djangrono I / Gentini
Професија : Surabaya, Mengangkat dirinya sebagai Bupati Surabaya dengan nama gelar Tumenggung Djangrono-I Djoko Tangkeban juga melakukan perlawanan terhadap Kompeni Belanda, menguatkan perlawanan Arya Djoyopuspito (Djangrono III). Ver Botoputih: Djoko Tangkeban sebagai pute
Смрт: 1678, Surabaya
Wafat Pebruari 1709 di Kartosuro, dimakamkan di Laweyan - Surakarta/Solo
6628/8 <21> 1. Surodrono / Surodirono (Kyai Adipati Djangrono II) [Ki Ageng Brondong]
Свадба: <6> Nyai Adipati Djangrono II [Mangun Oneng]
Смрт: 20 фебруар 1709, Mataram Kartosuro, Wafat pada hari Kamis 17 Besar 1632 Jawa atau 18 Dzulhidjah 1120 Hijrah jam 09.00 pagi di gapuro Kemandungan Keraton Kartosuro. Dimakamkan di Sentono Laweyan-Solo.
3629/8 <15> Kyai Tumenggung Onggowidjoyo [Ki Ageng Brondong]
Титуле : Lamongan, Bupati Lamongan
Титуле : 1808, Pati, Bupati Pati
2430/8 <15> Nyai Ajeng Surodipuro [Ki Ageng Brondong]
2631/8 <15> Nyai Ajeng Surowidjoyo [Ki Ageng Brondong]
2732/8 <15> Kyai Wanengpati [Ki Ageng Brondong]
2933/8 <15> Nyai Ajeng Ronggolawe [Ki Ageng Brondong]
3034/8 <15> Nyai Ajeng Wiryokusumo [Ki Ageng Brondong]
3135/8 <15> Nyai Ajeng Wirosroyo [Ki Ageng Brondong]
3236/8 <15> Nyai Ajeng Wiryodipuro [Ki Ageng Brondong]
3437/8 <15> Ratu Lor Djoyodiningrat [Ki Ageng Brondong]
3538/8 <15> Mas Ngabei Tjondrowijoyo [Ki Ageng Brondong]
3739/8 <15> Mas Ngabei Kertoyudo [Ki Ageng Brondong]
3840/8 <15> Raden Ayu Galuh [Ki Ageng Brondong]
3941/8 <15> Nyai Ajeng Djangrono [Ki Ageng Brondong]
4142/8 <15> Nyai Ajeng Wangsengsari [Ki Ageng Brondong]
4243/8 <15> Mas Ngabei Sutondo [Ki Ageng Brondong]
4344/8 <15> Mas Ngabei Niloperbongso [Ki Ageng Brondong]
4445/8 <15> Mas Ngabei Mangkuyudo [Ki Ageng Brondong]
4546/8 <15> Nyai Ajeng Tambak Haji [Ki Ageng Brondong]
7047/8 <23> Raden Ayu Susilowati Suropati [?]