Rajadewa - - Индекс потомака

Из пројекта Родовид

Особа:1568879
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?+?> Rajadewa - [-]

2

21/2 <1+?> Sagarilau Mancange Matinroe ri Jampu Datu Luwu Pajung Luwu [Mancange Matinroe ri Jampu Datu Luwu Pajung Luwu]
32/2 <1+?> Sagariaja To Patipaduri [-]
43/2 <1+?> To Luwumangura - [-]
54/2 <1+?> Uniyatara - [-]
65/2 <1+?> Leu Bebe [?]
76/2 <1+?> Setti Ri Mamuntu [Ri Mamuntu]
87/2 <1+?> Patiwarasa - [-]
98/2 <1+?> Patimanjawari - [-]

3

101/3 <2+?> La Dewaraja Matinroe Ri Bojo Datu Luwu Pajung Luwu [Matinroe Ri Bojo Datu Luwu Pajung Luwu]
Gelar : La Dewaraja Matinroe Ri Bojo Datu Luwu Pajung Luwu Daturisao Lebbi digantikan oleh anaknya bernama Maningoe Ribajo ia menikah dengan seorang puteri dari kalangan keluarganya, Pada masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaannya dan dikenal oleh semua kerajaan utama seperti Gowa, Bone dan Wajo. Setelah itu berangsur digeser pengaruhnya oleh Kerajaan Gowa. Luwu pun mengadakan persekutuan dengan Wajo. Sejak jatuhnya Malaka ketangan Portugis. Gowa banyak dikunjungi pedagang Melayu, Persia, dan India Gujarat. Maka pada tahun 1530 bandar Tallo dan Mangallekana atau yang lebih dikenal Somba Opu bertambah ramai. Kemajuan bandar-bandar Gowa menguntungkan Luwu. Jalur Cambay-Malaka-Maluku dirubah dan ditambahkan Makassar. Barang dagangan Luwu dikumpulkan di bandar Makassar, dari sini dibawah ke luar negeri jawa, seperti Melayu, Cina dan India, yang paling terkenal dari hasil buminya adalah besiLuwu.
112/3 <2> Opu To Tajiwa - [-]
123/3 <2> Daeng Macora - [-]
134/3 <2> To Ampanano - [-]
145/3 <2> Daeng Soreang - [-]
156/3 <2> Datu Sagaria Paung Luwu [Paung Luwu]

4

161/4 <10+?> We Tenrirawe Matinroe ri Rawe Datu Luwu Pajung Luwu [Matinroe ri Rawe Datu Luwu Pajung Luwu]
Gelar : We Tenrirawe Matinroe ri Rawe Datu Luwu Pajung Luwu We Tenrirawe merupakan Raja Luwu perempuan pertama, ia adalah sepupu sekali dengan Datu Mangoe, ia bersuamikan Datu Balubu dan mempunyai dua orang anak yang bernama Patiarase dan Patiparessa. Berbeda dengan raja sebelumnya, Raja perempuan ini memerintah Luwu dengan sikap tegas, perdagangan yang maju mendatangkan kemakmuran, hasil bumi dari hutam rimba di pegunungan bagaikan tidak akan habis, meskipun barang yang diperdagangkan banyak, namun hasil bumi tetap banyak dihasilkan penduduk. Perahu tipe Lambo dan Pajala mondar-mandir di pelabuhan Luwu ke bandar Gowa, sebagian lagi sampai Wajo dan Bone. Namun nilai-ujian kebenaran di Kerajaan Luwu mulai terganggu yaitu tiga pilar utama Adele, Lempu dan Tongeng. Dari sini hadirlah seorang yang bijaksana bernama To Ciung yang kemudian merumuskan Maccae ri Luwu.
172/4 <10> Pati Paressa Petta Pao [Petta Pao]
183/4 <11> Opu Daeng Camu'mu [?]

5

191/5 <16+?> Pati Arase’ (La Pati Ware') DaEng Parambong (Dg. Parabbung) Sultan Muhammad Waliyu Mudharuddin Petta MatinroE ri Ware’ Pajung ri Luwu [DaEng Parambong (Dg. Parabbung) Sultan Muhammad Waliyu Mudharuddin Petta MatinroE ri Ware’ Pajung ri Luwu]
Gelar : Pati Arase’ (La Pati Ware') DaEng Parambong (Dg. Parabbung) Sultan Muhammad Waliyu Mudharuddin Petta MatinroE ri Ware’ Patiarase merupakan putra dari We Tenrirawe. Ia mempunyai seorang istri bernama Karaengnge Riballa Bugisi, ia adalah seorang putri dari Kerajaan Gowa yang juga merupakan kakak sulung Sultan Alauddin. Mereka pempunyai tiga orang anak yaitu Patiangjala bergelar Somba Opu, Patipasaung, dan We Tenrisiri Somba Baine. Ia merupakan Datu Luwu yang diislamkan untuk pertama kali. Dan mempunyai nama Islam Sultan Muh. Waliul mudaruddin. Pusat pemerintahan Ware masih berada di Malangke atau pattimang, tempat strategis ini diapit oleh dua pelabuhan yaknni Teluk Palopo dan Teluk Ussu. Tekuk palopo merupakan tekluk nelayan kerajaan palili penting di Luwu yakni Bua. Perahu dagang biasanyan singgah di Bua sebelum membuang sauh di Malangke.
202/5 <17> Petta Mabbalo Macangnge [?]
213/5 <17> Petta Pangi - [-]
224/5 <17> Petta Bolong - [-]
235/5 <18+?> Gojeng Patta Gintung Opu Silajara [Patta Gintung Opu Silajara]

6

241/6 <19+?> Pati Pasaung Sultan Abdullah Mahyuddin Petta MatinroE ri MalangkE Pajung ri Luwu [Sultan Abdullah Mahyuddin Petta MatinroE ri MalangkE Pajung ri Luwu]
Gelar : Pati Pasaung Sultan Abdullah Mahyuddin Petta MatinroE ri MalangkE Pajung ri Luwu

Patipasaung walaupun ia anak ke dua tetapi dialah yang dinobatkan sebagai raja karena sifatnya yang baik dan disukai oleh ayahnya dan rakyat. Naiknya Patipasaung menjadi Datu Luwu menimbulkan gejolak dalam Istana Luwu di Malangke. Beberapa petinggi istana yang mendukung Patiaraja menolak keputusan adat yang menaikan sang adik. Dan akhirnya Patiaraja meninggalkanMalake menuju bekas pusat kerajaan luwu di Kamabre. Ia mendapat dukungan dari Kemadikaan Ponrang, rakyat Cilellang, Bajo, Noling sampai Laropang menerima Patiaraja dan pada akhirnya Patiaraja mengumumkan sebagai Datu Luwu. Lalu kemudian Kerajaan Luwu terpecah menjadi dua. Wilayah kekuasaan Patipasaung terbentang dari Baebunta sampai Poso. Sedangkan wilayah kekuasaan Patiaraja di Kamanrea, termasuk didalamnya Bajo, Ranteballa, Larompong sampai Akkotengeng. Tetapi Kemadikkaan Bua berusaha untuk netral. Pada tahun 1616, pecahlah perang saudara diantara mereka yang awalnya dimulai dari Patiaraja, tahun berikutnya diambil alih Patipasaung. Lama kelamaan menjadi perang antara Baebunta dengan sekutunya melawang Ponrang. Atau biasa disebut perang utara dan selatan. Perang ini diperkirakan berlangsung selama empat tahun lamanya. Setelah irasakan kedua belah pihak tidak ada yang memenangkan perang. Mucul ide Maddika Bua untuk mengupayakan pertemuan mereka. Pada tahun 1619 mereka dipertemukan dan atas nasehat-nasehat yang diucapkan Maddika Bua akhirnya mereka kembali berpelukan. Pada tahun 1619 sepeninggal Patiaraja ke Gowa, Kerajaan Luwu bersatu kembali. Patipasaung kemudian memindahkan pusat kerajaan Luwu ke Palopo yang termasuk wilayah Maddika Bua. Ketika itu penguasa

Ponrang, Bua dan Baebunta dikukuhkan menjadi pilar utama Luwu yang bernama Ana’ Tellu. yang di koordinir Bua.
252/6 <23+?> Sangkala Daeng Mattola Opu Silajara [Daeng Mattola Opu Silajara]

7

261/7 <24+?> Pallisubaya Sultan Ahmad Nazaruddin Petta MatinroE ri Gowa Datu Luwu Pajung ri Luwu [Sultan Ahmad Nazaruddin Petta MatinroE ri Gowa Datu Luwu Pajung ri Luwu]
Gelar : Pallisubaya Sultan Ahmad Nazaruddin Petta MatinroE ri Gowa Datu Luwu Pajung ri Luwu


Pallisubaya merupakan anak pertama Patiapasaung yang menggantikannya sebagai raja. Ia menikah dengan Opu Daeng Masalle dan dianugerahi dua orang anak yaitu Settiaraja dan Opu Pawelai Luminda. Pada masa pemerintahannya Gowa masih di bawah pemerintahan Sultan Alauddin yang masih kakeknya sendri. Waktunya lebih banyak dihabiskan di Gowa membantu penetaan dan perluasan kerajaan kakeknya. Bantuan yang diberikan berupa kayu ramuan diangkut dari Ussu, Cerekang, Pao, Lelewau, Kolaka dan Palopo. Karena kegiatan Raja Luwu sering di Gowa, ia pun wafat di Somba Opu.
272/7 <25+?> Gojeng Dang Sipattang Opu Silajara [Dang Sipattang Opu Silajara]

8

281/8 <26+?> Satiaraja Sultan Ahmad Muhyiddin MatinroE ri Tompo' Tika' Datu Luwu Pajung ri Luwu Ke-18 & 20 [Sultan Ahmad Muhyiddin MatinroE ri Tompo' Tika' Datu Luwu Pajung ri Luwu Ke-18 & 20]
Gelar : Satiaraja Sultan Ahmad Muhyiddin MatinroE ri Tompo' Tika' Datu Luwu Pajung ri Luwu Ke-18 & 20


Settiaraja adalah seorang panglima perang yang banyak memiliki ilmu-ilmu perang. Sejak memerintah menjadi Datu Luwu, ia pun mengikuti kebiasaa ayahnya yang lebih banyak menghasbiskan waktunya di Gowa. Karena kurangnya waktu di Luwu, maka musuh-musuhnya di Ware berpeluang untuk melakukan kudeta kerajaan. Settiaraja tidak sadar bahwa sepupunya yakni Petta matinroE ri Polka berambisi untuk menjadi Datu Luwu. Sebulan meninggalkan Luwu, Settiaraja dihianati oleh sepupunya. Ia dan semua pejabat kerajaan meninggalkan istana dan pergi Gowa.

Semasa pemerintahannya ia meneruskankan pembangunan kota Palopo, mesjid raya dan membangun makam Lokkoe yang berbentuk piramid untuk makam raja-raja Luwu dipiggir kota Palopo
292/8 <27+?> Laki Daeng Sagayya Opu Silajara [Daeng Sagayya Opu Silajara]
303/8 <27+?> Limakung Daeng Ma'jannang [Daeng Ma'jannang]