We Tenrirawe Matinroe ri Rawe Datu Luwu Pajung Luwu - Индекс потомака
Из пројекта Родовид
2
21/2 <1+?> ♂ Pati Arase’ (La Pati Ware') DaEng Parambong (Dg. Parabbung) Sultan Muhammad Waliyu Mudharuddin Petta MatinroE ri Ware’ Pajung ri Luwu [DaEng Parambong (Dg. Parabbung) Sultan Muhammad Waliyu Mudharuddin Petta MatinroE ri Ware’ Pajung ri Luwu]3
31/3 <2+?> ♂ Pati Pasaung Sultan Abdullah Mahyuddin Petta MatinroE ri MalangkE Pajung ri Luwu [Sultan Abdullah Mahyuddin Petta MatinroE ri MalangkE Pajung ri Luwu]Patipasaung walaupun ia anak ke dua tetapi dialah yang dinobatkan sebagai raja karena sifatnya yang baik dan disukai oleh ayahnya dan rakyat. Naiknya Patipasaung menjadi Datu Luwu menimbulkan gejolak dalam Istana Luwu di Malangke. Beberapa petinggi istana yang mendukung Patiaraja menolak keputusan adat yang menaikan sang adik. Dan akhirnya Patiaraja meninggalkanMalake menuju bekas pusat kerajaan luwu di Kamabre. Ia mendapat dukungan dari Kemadikaan Ponrang, rakyat Cilellang, Bajo, Noling sampai Laropang menerima Patiaraja dan pada akhirnya Patiaraja mengumumkan sebagai Datu Luwu. Lalu kemudian Kerajaan Luwu terpecah menjadi dua. Wilayah kekuasaan Patipasaung terbentang dari Baebunta sampai Poso. Sedangkan wilayah kekuasaan Patiaraja di Kamanrea, termasuk didalamnya Bajo, Ranteballa, Larompong sampai Akkotengeng. Tetapi Kemadikkaan Bua berusaha untuk netral. Pada tahun 1616, pecahlah perang saudara diantara mereka yang awalnya dimulai dari Patiaraja, tahun berikutnya diambil alih Patipasaung. Lama kelamaan menjadi perang antara Baebunta dengan sekutunya melawang Ponrang. Atau biasa disebut perang utara dan selatan. Perang ini diperkirakan berlangsung selama empat tahun lamanya. Setelah irasakan kedua belah pihak tidak ada yang memenangkan perang. Mucul ide Maddika Bua untuk mengupayakan pertemuan mereka. Pada tahun 1619 mereka dipertemukan dan atas nasehat-nasehat yang diucapkan Maddika Bua akhirnya mereka kembali berpelukan. Pada tahun 1619 sepeninggal Patiaraja ke Gowa, Kerajaan Luwu bersatu kembali. Patipasaung kemudian memindahkan pusat kerajaan Luwu ke Palopo yang termasuk wilayah Maddika Bua. Ketika itu penguasa
Ponrang, Bua dan Baebunta dikukuhkan menjadi pilar utama Luwu yang bernama Ana’ Tellu. yang di koordinir Bua.4
41/4 <3+?> ♂ Pallisubaya Sultan Ahmad Nazaruddin Petta MatinroE ri Gowa Datu Luwu Pajung ri Luwu [Sultan Ahmad Nazaruddin Petta MatinroE ri Gowa Datu Luwu Pajung ri Luwu]
5
51/5 <4+?> ♂ Satiaraja Sultan Ahmad Muhyiddin MatinroE ri Tompo' Tika' Datu Luwu Pajung ri Luwu Ke-18 & 20 [Sultan Ahmad Muhyiddin MatinroE ri Tompo' Tika' Datu Luwu Pajung ri Luwu Ke-18 & 20]
Settiaraja adalah seorang panglima perang yang banyak memiliki ilmu-ilmu perang. Sejak memerintah menjadi Datu Luwu, ia pun mengikuti kebiasaa ayahnya yang lebih banyak menghasbiskan waktunya di Gowa. Karena kurangnya waktu di Luwu, maka musuh-musuhnya di Ware berpeluang untuk melakukan kudeta kerajaan. Settiaraja tidak sadar bahwa sepupunya yakni Petta matinroE ri Polka berambisi untuk menjadi Datu Luwu. Sebulan meninggalkan Luwu, Settiaraja dihianati oleh sepupunya. Ia dan semua pejabat kerajaan meninggalkan istana dan pergi Gowa.
6
61/6 <5+?> ♀ We Tenri Ummung Datu Larompong [Datu Larompong] 72/6 <5+?> ♂ La Onrong To Palaguna Datu Luwu Pajung Luwu [To Palaguna Datu Luwu Pajung Luwu]7
81/7 <6+?> ♂ La Temmasonge To Appaweling Arung Baringeng [To Appaweling Arung Baringeng] 92/7 <6+?> ♀ Fatimanaware Datu Larompong Arung Timurung [-] 103/7 <6+?> ♂ La Salle Opu Daeng Panai [Opu Daeng Panai] 114/7 <7+?> ♀ Bataritungke Datu Luwu Pajung Luwu [Datu Luwu Pajung Luwu]
Batari Toja Daeng Talaga menggantikan ayahnya La Patau Matanna Tikka menjadi Mangkau’; di Bone, karena dialah yang dipesankan oleh ayahnya sebelum meninggal dunia. Disamping sebagai Arumpone, Batari Toja juga sebagai Datu Luwu dan Datu Soppeng. Sebelumnya Batari Toja diangkat sebagai Arung Timurung, nanti setelah diangkat menjadi Arumpone, barulah Timurung diserahkan kepada adiknya yang bernama We Patimana Ware. We Patimana Ware inilah disamping sebagai Arung Timurung, juga sebagai Datu Citta.
Batari Toja dianbgkat menjadi Mangkau’ di Bone pada tanggal 17 Oktober 1704 M. dan diberi gelar Sultanah Zaenab Zakiyatuddin. Batari Toja kawin dengan Sultan Sumbawa yang bernama Mas Madinah. Tetapi perkawinan itu tidak berlangsung lama akhirnya bercerai sebelum melahirkan anak.
Perkawinan ini memang hanya memenuhi pesan La Tenri Tatta Petta To RisompaE semasa hidupnya yang menghendaki Batari Toja dikawinkan dengan Sultan Sumbawa Mas Madinah.Batari Toja resmi diceraikan oleh Mas Madinah pada tanggal 27 Mei 1708 M.
Sultan Sumbawa kemudian kawin di Sidenreng dengan perempuan yang bernama I Rakiyah Karaeng Agangjenne. Perkawinannya itu membuat Batari Toja marah, I Rakiyah dikeluarkan sebagai Karaeng Agangjenne, sehingga pergi ke Sumbawa bersama suaminya. Perkawinan I Rakiyah dengan Sultan Sumbawa Mas Madinah melahirkan seorang anak perempuan yang bernama I Sugiratu. Karaeng Agangjenne adalah anak mattola (pewaris) dari La Malewai Arung Berru. I Rakiyah Karaeng Agangjenne adalah anak dari La Malewai Arung Berru Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang bernama I Sabaro anak Karaeng Karunrung Tu Mammenanga ri Ujungtana.
Batari Toja Daeng Talaga lahir pada tahun 1668 M. kemudian diangkat menjadi Mangkau’ di Bone pada tanggal 19 September 1714 M. Karena pada saat itu banyak upaya-upaya dari orang lain untuk menghalanginya, maka Batari Toja menyerahkan kepada saudaranya yang berada di Gowa. Batari Toja minta perlindungan kepada saudaranya yaitu La Pareppai To Sappewali SombaE ri Gowa . Sementara akkarungengE ri Bone diserahkan kepada saudaranya yang bernama La Padassajati To Appamole Arung Palakka.
La Padassajati disetujui oleh Adat bersama Arung PituE untuk menjadi Arumpone menggantikan saudaranya Batari Toja Daeng Talaga.8
141/8 <8+?> ♀ We Seno To Sappaile Datu Citta [To Sappaile Datu Citta] 152/8 <9+?> ♀ I Pawoi Opu Daeng Matajang [Opu Daeng Matajang] 163/8 <10+?> ♀ Opu Daeng Talala - [-] 174/8 <8+?> ♀ We Hamidah Daeng Matammeng Arung Lapanning Karaeng Takalara [-] 185/8 <9> ♀ Opu Boe - [-] 196/8 <9+?> ♀ We Amira - [-] 207/8 <9+?> ♀ We Manneng Daeng Masiang [Daeng Masiang] 218/8 <13+?> ♂ La Pattiware (Tenri Peppang) Daeng Paliweng Datu Luwu Pajung Luwu Pajung Luwu Ke-27 [Daeng Paliweng Datu Luwu Pajung Luwu Pajung Luwu Ke-27]We Tenrileleang, ia merupakan putri Batari Tungke. Beliau dua kali bersuami yang pertama bernama Lamapasali Datuk Patojo dan mempunyai dua orang anak We Tenriabeng Datu ri Wawo dan La Pancaji Datu Soppeng Petta matinroe ri Sapirie. Karena derajat suaminya tidak sepadan dengan beliau/derajat istrinya lebih tinggi jika dibandikan dengan suaminya, maka saudara We Tenrileleang, yakni Latenrioddang membunuhnya. Baginda pun menikah lagi dengan sepupunya yang memiliki derajat yang sama yaitu La Mallarangeng Petta Matinroe ri Sapirie. Dari pernikahan keduanya, lahir beberapa orang anak yaitu, We Panagngarang daTu Mario ri Wawo, Wetenriawakkang Datu Ribakke, La Samalangi Datu Leworeng, La Maggalatung Datu Lumpulle dan La Tenrisessung Cenning ri Luwu, dia kemudian diangkat sebagai Arung Panca Datu Marioriawa dan yang terakhir La Maddusila, dia diangkat menjadi Arung Tanete. Peristiwa pembunuhan suami We Tenrileleang mengakibatkan kekacauan politik didalam istana, kaun adat sempat berkumpul, berlanjut dengan ketidak percayaan ke pada We Tenrilelang, akhirnya Hadat Dua Belas mengangkat Lakaseng menjadi Datu Luwu. ia merupakan saudara sebapak dengan We Tenrileleang. Lakaseng menikah dengan dengan We Sauda Datu Pacciro dan memiliki anak Lateripeppang. Selama lima tahun pemerintahannya Luwu dalam keadaan tenang. Sadar akan dirinya sewaktu-watu akan diganti maka, maka anaknya (Opu Cenning) dititipkan pada Raja Luwu. Opu Cenning kemudian diterima dengan senang hati, sebab ia adalah keponakan We Tenrileleang. Setelah keadaaan pulih kembali, We Tenrileleang kembali menjadi Raja Luwu. Karena We Tenrileleang tidak mempersiapkan anaknya untuk menjadi Raja Luwu maka digantikan oleh kemanakannya sendiri yaitu La Tenripeppang, ia menjadi Datu Luwu. Ia menikah dengan putri Sangalla Puang Sairi’na. Dan ia juga menikah dengan puteri wajo. Namun perkawinan yang dilakukan keduanya merupakan bagian dari strategi politik, agar kedua negeri tersebut tetap menjalin persahabatan dengan Luwu. Kekuasaan Datu La Tenripepang sangat dihormati oleh negeri tetangga, Kerajaan Luwu bertambah kuat mulai dari Toraja hingga Poso. Wilayah poso, kediaman Suku Pamona tetap patuh yang secara tradisi atau turun temurun tunduk kepada Wotu yang dikepalai oleh Macoa Bawa Lipu. Meskipun anaknya cukup banyak tetapi
yang diberi status adat selaku Ana’Mattola hanya We Tenrirawu, puteritersebut dengan sendirinya diangkat menjadi Opu cenning di Luwu.