8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang (Panembahan Seda ing Krapyak) d. 1613
Из пројекта Родовид
Рођени род | Kesultanan Mataram |
Пол | мушки |
Цело име (рођено) | 8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang |
Друга презимена | Panembahan Seda ing Krapyak |
Родитељи
♂ Kanjeng Panembahan Senapati /Danang Sutawijaya (Raden Bagus Sutawijaya) [Kesultanan Mataram] b. 1530изр d. 1601 ♀ 1.1.1.2.1.1.1. Waskita Jawi / Ratu Mas (Putri Waskita Jawi) [Azmatkhan] | |
Вики-страница | [[1]] |
Догађаји
Рођење једног детета: ♂ 10. Pangeran Selarong [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 9. Pangeran Pamenang [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 8. Pangeran Notopuro [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 7. Pangeran Bhuminata [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♀ 11. Gusti Ratu Wirokusumo [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 12. Pangeran Pringoloyo [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 13. Pangeran Koesoemadiningrat or Pgn Koesoema Diningrat (1.1.1.5.28x ) [Kesultanan Mataram]
Рођење једног детета: ♀ Pangeran Ronggo / Ratu MAS Sekar [Mataram]
Рођење једног детета: ♂ 3. Pangeran Bumidirja ? (Ki Bumi) [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♂ 2. Pangeran Mangkubumi [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♀ 6. Kanjeng Ratu Mas Sekar [Brawijaya]
Рођење једног детета: ♀ Ratu Pandansari / Ratu Mas Sekar [Senopati] d. 21 фебруар 1659
Свадба: ♀ Dyah Banowati / Kanjeng Ratu Mas Hadi [Pajang]
Свадба: ♀ Ratu Tulungayu [Ponorogo]
1593 Рођење једног детета: Kuto Gede - Kesultanan Mataram, ♂ 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang) [Mataram] b. 1593 d. 1645
од 1601 Титуле : Kota Gede, Mataram, Sultan Mataram Ke 2 bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
1605 Рођење једног детета: Kotagede, ♂ 4. Pangeran Arya Martapura / Adipati Martopuro (Raden Mas Wuryah) [Brawijaya] b. 1605 d. 1688
1613 Смрт:
1613 Титуле : "Anumerta Panembahan Seda ing Krapyak"
Напомена
Panembahan Hanyakrawati
Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram (lahir: Kotagede, ? - wafat: Krapyak, 1613) adalah raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613. Ia juga sering disebut dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, raja terbesar Mataram yang juga pahlawan nasional Indonesia.
Silsilah keluarga
Nama asli Prabu Hanyakrawati adalah Raden Mas Jolang, putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Antara kedua orang tua Mas Jolang tersebut masih terjalin hubungan sepupu.
Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra, padahal Mas Jolang terlanjur berjanji jika kelak dirinya menjadi raja, kedudukan Adipati Anom akan diwariskan kepada putra yang dilahirkan Ratu Tulungayu.
Mas Jolang kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik).
Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
Peran awal
Mas Jolang pernah dikirim ayahnya untuk menghadapi pemberontakan pamannya dari pihak ibu, yaitu Adipati Pragola dari Pati tahun 1600.
Pemberontakan tersebut dipicu oleh perkawinan Panembahan Senapati dengan Retno Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua. Pragola marah karena khawatir kedudukan kakaknya (Ratu Mas Waskitajawi) terancam. Ia pun memberontak menyatakan Pati lepas dari Mataram.
Panembahan Senapati menugasi Mas Jolang untuk memadamkan pemberontakan Pragola. Namun ia tidak mampu mengalahkan kesaktian pamannya itu. Ia bahkan jatuh pingsan karena terluka menghadapi Pragola dan terpaksa dibawa mundur oleh pasukannya.
Pemberontakan Adipati Pragola akhirnya ditumpas langsung oleh Panembahan Senapati sendiri.
Pemberontakan Pangeran Puger
Pangeran Puger alias Raden Mas Kentol Kejuron adalah putra kedua Panembahan Senapati yang lahir dari selir bernama Nyai Adisara. Saat itu putra pertama Senapati yang bernama Raden Rangga Samudra (lahir dari Rara Semangkin) telah meninggal sejak lama. Hal ini membuat Pangeran Puger menjadi putra tertua dan merasa lebih berhak atas takhta Kesultanan Mataram daripada Mas Jolang.
Panembahan Senapati meninggal pada tahun 1601 dan digantikan oleh Mas Jolang sebagai raja Mataram selanjutnya, yang bergelar Prabu Hanyakrawati. Pengangkatan tersebut membuat Pangeran Puger sakit hati dan tidak mau menghadap ke pertemuan kenegaraan. menyadari hal itu, Hanyakrawati pun mengangkat kakaknya itu sebagai adipati Demak.
Meskipun demikian, Pangeran Puger tetap saja memberontak pada tahun 1602. Perang saudara antara Mataram dan Demak pun meletus. Akhirnya, pada tahun 1605 Pangeran Puger dapat ditangkap dan dibuang ke Kudus.
Pemberontakan selanjutnya terjadi pada tahun 1607, dilakukan oleh Pangeran Jayaraga (alias Raden Mas Barthotot), adik Hanyakrawati yang menjadi bupati Ponorogo. Pemberontakan ini dipadamkan oleh adik yang lain, yaitu Pangeran Pringgalaya (alias Raden Mas Julik putra Retno Dumilah). Jayaraga tertangkap dan dibuang ke Masjid Watu di Nusakambangan.
Menyerang Surabaya
Pada tahun 1610 Hanyakrawati melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut.
Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
Kematian di Krapyak
Prabu Hanyakrawati meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak.
Putra yang ditunjuk sebagai raja selanjutnya adalah Mas Rangsang. Namun, karena sebelumnyua pernah berjanji pada istri pertama (Ratu Tulungayu), maka Mas Wuryah pun lebih dahulu dijadikan raja bergelar Adipati Martopuro selama satu hari.
Setelah memerintah selama satu hari, Adipati Martopuro kemudian digantikan oleh Mas Rangsang, atau yang lebih terkenal dengan julukan Sultan Agung.
Catatan
Pangeran Puger kakak Prabu Hanyakrawati yang memberontak pada tahun 1602-1605 berbeda dengan Pangeran Puger yang bergelar Pakubuwana I. Pangeran Puger Pakubuwana I adalah cicit Hanyakrawati yang hidup pada zaman selanjutnya. Ia menjadi raja Kasunanan Kartasura pada tahun 1705-1719.
Kepustakaan
Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Извори
Од прародитеља до унучад
Смрт: 1591, Astana Kota Gede

Свадба: ♂ Kanjeng Panembahan Senapati /Danang Sutawijaya (Raden Bagus Sutawijaya)
Професија : од 1586, Bupati Madiun Ke 2

Титуле : од 1601, Bupati Madiun Ke 6

Титуле : од 1595, Bupati Madiun Ke 5

Титуле : од 1613, Bupati Madiun Ke 7

Свадба: ♂ Kyai Ageng Karanglo / Ki Ageng Karang Lo
Смрт: 1625, Jatinegara, Jakarta
Сахрана: 1625, Tapos, Depok
Смрт: 13 октобар 1676, Kotagede Yogyakarta
Свадба: ♂ 8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang (Panembahan Seda ing Krapyak)
Свадба: ♂ 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
Смрт: 1653, Putri Panembahan Ratu (Sultan Cirebon Ke 4 setelah Sunan Gunung Jati)
Свадба: ♀ 6. Kanjeng Ratu Mas Sekar
Титуле : од 1624, Panembahan Cakraningrat I
Свадба: ♀ Ratu Pandansari , Mataram
Смрт: 1663, Mataram, Dihukum mati oleh Sunan Amangkurat I karena permasalahan calon selir Raja . Dikebumikan di Pasarean Banyusumurup, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.