1. Kanjeng Raden Tumenggung Sumadiningrat I b. ~ 1760 d. 20 jun 1812

Iz projekta Родовид

Особа:1288456
Skoči na: navigacija, pretraga
Makam KRT. SUMODININGRAT
Makam KRT. SUMODININGRAT
Lineage Kyai Ageng Ngerang I
Sex Male
Full name (at birth) 1. Kanjeng Raden Tumenggung Sumadiningrat I
Parents

23. Bendoro Raden Ayu Jayaningrat [Hamengku Buwono]

Kanjeng Raden Tumenggung Jayaningrat / Jayaningrat Manten [Kyai Ageng Ngerang I] b. ~ 1760

[1][2][3]

Events

~ 1760 birth:

child birth: 1. Tumenggung Sumonegoro [Kyai Ageng Ngerang I]

marriage:

marriage: 8. Gusti Kanjeng Ratu Bendara [Hamengku Buwono II]

20 jun 1812 burial: Pemakaman Jejeran, Wonokromo, Plered, Bantul, Yogyakarta, diatas jam 10 malam

20 jun 1812 death: Masjid Alun2 Selatan Kraton Yogyakarta, Geger Sepehi, Sabtu, 20 Juni 1812 Antara Jam 5-6 pagi

Notes

Oleh :R. Endang Suhendar Diponegoro, kutipan dari berbagai sumber terpercaya


Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sumodiningrat Trah Para Wali Besar Mataram Islam, Syahid dalam Perang Sepehi 1812, Cucu Sultan Hamengkubuwono I, Menantu Sultan Hamengkubuwono II, Panglima Perang Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Berjulukan Singobarong


KRT SUMODININGRAT adalah pahlawan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam Perang Sepehi di Yogyakarta 18-20 Juni 1812, pada masa Sultan Hamengkubuwono II. Ia pernah menjabat sebagai Bupati Jaba kedua pada 1794 dan Wedana Jero pertama pada 1797 (Carey 2008, 188; Carey 1980, 191). Sehari-hari ia juga bertindak sebagai penasehat militer utama Kraton Yogyakarta (Qomar 2023, 248). Di tengah medan Perang Sepehi, ia ditugaskan untuk menjadi panglima utama yang berdiri di garis terdepan menjaga wilayah Yogyakarta. Sosok inilah yang dijuluki Singobarong oleh masyarakat Yogyakarta sebagaimana terabadikan di dalam Babad Ngayogyakarta (1876) karya Pangeran Suryanegara dan Raden Adipati Danureja V

Kelahiran dan Silsilah

KRT Sumodiningrat dilahirkan sekira 1760-an di wilayah Remame, Kedu Selatan. Ia merupakan anak KRT Jayaningrat, bupati Kedu Selatan. Di masa kecil hingga mudanya, ia mendapatkan pendidikan keislaman dari seorang guru bernama Kyai Tambi Jenggi, yang merupakan seorang wali pemilik otoritas pengasuhan anak-cucu keluarga Karaton Ngayogyakarta (Arafat 2023, 89). Dalam arsip-arsip Kraton Yogyakarta pada zaman Sultan Hamengkubuwono II diceritakan peristiwa surat-menyurat antara KRT Sumodiningrat dan gurunya ini (Carey 1980, 191). KRT Sumodiningrat merupakan cucu Sultan Hamengkubuwono I. Ayahnya, KRT Jayaningrat, menikah dengan Raden Ayu Jayaningrat, anak keempat Sultan Hamengkubuwono I (Dajapertama & Dirdjasoebrata t.t., 13; Mandoyokusumo 1988, 10). Perkawinan ini membuahkan lima orang anak: Tumenggung Sumodiningrat; Tumenggung Wiryawinata; Tumenggung Jayaningrat; Raden Ayu Rangga Madiun; dan Tumenggung Wiryadiningrat (Serat Salasilah Para Loeloehoer ing Kadanoeredjan 1899, 207).

Nasab KRT Sumodiningrat terhubung kepada Kyai Ageng Penjawi, salah satu dari tiga tokoh pembuka Kerajaan Mataram Islam di selatan Jawa pada permulaan abad ke-16. Sedangkan ke atasnya lagi, nasab ini bersambung hingga Kyai Ageng Ngerang. Diurutkan dari atas, nasab KRT Sumodiningrat adalah: Kyai Ageng Ngerang I → Kyai Ageng Ngerang II (Kyai Bodo Pajang) → Kyai Ageng Ngerang III (Ki Buyut Pati) → Kyai Ageng Panjawi (Kyai Ageng Pati) → Adipati Pragolapati I → Adipati Pragolapati II → Kyai Wonokriyo (Bagus Jaka Kriya/Kyai Kriyan) →Demang Puspatruna/Demang Jawinata/Tumenggung Gajah Mada/Tumenggung Gajah Gede → Tumenggung Jawinata/Tumenggung Gajah Cilik → Adipati Jayaningrat/Gajah Tlena → Tumenggung Jayaningrat Manten/KRT Jayaningrat → KRT Sumodiningrat (Serat Salasilah 1899, 163–64 & 201–8)

Dari jalur lain, KRT Sumodiningrat juga merupakan keturunan Kyai Jejer, Tumenggung Singaranu, dan Panembahan Juru Mayem/Kyai Juru Kiting, tiga tokoh penting pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memerintah pada 1613-1645 (Sejarah Ratu t.t., 64). Tumenggung Singaranu adalah Patih kedua Kerajaan Mataram Islam di masa Sultan Agung Hanyakrakusuma, Panembahan Juru Mayem/Kyai Juru Kiting adalah Wedana Jaksa dan anggota Dewan Ulama Penasehat Sultan Agung Hanyakrakusuma (Hanyakrakusuma 1999, 10), sedangkan Kyai Jejer adalah guru sekaligus mertua Sultan Agung Hanyakrakusuma yang juga menjadi tokoh cikal-bakal wilayah Jejeran, Bantul, Yogyakarta.

Darah ketiga tokoh besar Mataram Islam era Sultan Agung itu menyatu di dalam diri KRT Sumodiningrat. Alurnya dimulai dari perkawinan Kyai Ageng Wonokriyo/Kyai Kriyan dengan Nyai Ageng Kriyan. Siapakah Nyai Ageng Kriyan? Perempuan agung ini adalah anak dari pernikahan antara Adipati Singaranu bin Kyai Jejer dengan Nyai Adipati Singaranu binti Tumenggung Singaranu. Dari pernikahan Kyai Ageng Wonokriyo/Kyai Kriyan dengan Nyai Ageng Kriyan lahirlah Tumenggung Jayawinata Gajah Gede yang menikahi R.Ay. Jayawinata binti Raden Riyo Wirokusumo bin Panembahan Juru Mayem/Kyai Juru Kiting. Melalui alur Tumenggung Jayawinata Gajah Gede hingga ke bawah akan sampai kepada KRT Sumodiningrat.

Dari sini menjadi jelas bahwa KRT Sumodiningrat adalah juga keturunan Kyai Jejer, Tumenggung Singaranu, dan Panembahan Juru Mayem/Kyai Juru Kiting. Jadi, di dalam darah KRT. Sumodiningrat mengalir darah Sri Sultan Hamengkubuwono I, Tumenggung Singaranu, Kyai Jejer, Panembahan Juru Mayem/Kyai Juru Kiting, dan Kyai Ageng Penjawi. Dapat dipastikan secara mutlak bahwa KRT Sumodiningrat adalah tokoh pribumi negeri Mataram Islam. Dari jalur Tumenggung Singaranu, alur nasabnya hingga ke KRT Sumodiningrat adalah: Tumenggung Singaranu → Nyai Adipati Singaranu → Nyai Ageng Kriyan → Demang Puspatruna/Demang Jawinata/Tumenggung Gajah Mada/Tumenggung Gajah Gede → Tumenggung Jawinata/Tumenggung Gajah Cilik → Adipati Jayaningrat/Gajah Tlena → Tumenggung Jayaningrat Manten/KRT Jayaningrat → KRT Sumodiningrat (Serat Salasilah 1899, 163–64 & 201–8). Dari jalur Kyai Jejer, alur nasabnya hingga ke KRT Sumodiningrat adalah: Kyai Jejer : → Ki Bagus Sangat/Adipati Singaranu → Nyai Ageng Kriyan → Demang Puspatruna/Demang Jawinata/Tumenggung Gajah Mada/Tumenggung Gajah Gede → Tumenggung Jawinata/Tumenggung Gajah Cilik → Adipati Jayaningrat/Gajah Tlena → Tumenggung Jayaningrat Manten/KRT Jayaningrat → KRT Sumodiningrat (Serat Salasilah 1899, 163–64 & 201–8).

Dari jalur Kyai Juru Kiting, alur nasabnya hingga ke KRT Sumodiningrat adalah: Kyai Juru Kiting → Raden Riyo Wirokusumo → Raden Ayu Jayawinata Gajah Gede → Tumenggung Jawinata/Tumenggung Gajah Cilik → Adipati Jayaningrat/Gajah Tlena → Tumenggung Jayaningrat Manten/KRT Jayaningrat → KRT Sumodiningrat (Serat Salasilah 1899, 163–64 & 201–8).


Perkawinan

KRT Sumodiningrat menikah dengan GKR Bendara, putri Sultan Hamengkubuwono II Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sumodiningrat dengan GKR Kedaton (Mandoyokusumo 1988, 16; Sejarah Ratu, 80 & 123; Serat Salasilah 1899, 208). Sedangkan GKR Kedaton adalah anak Tumenggung Purwodiningrat, Bupati Magetan (Mandoyokusumo 1988, 15), atau Bupati Kertosono setelah Perang Giyanti (1746-1757) sebagaimana termaktub di dalam catatan Lucien Adam, seorang Residen Madiun 1938-1938, pada 1940 (Reinhart 2021, 242). Silsilah Tumenggung Purwodiningrat ke atas masih terhubung dengan keluarga besar para priyagung Madura.

Perkawinan KRT Sumodiningrat dengan GKR Bendara tidak membuahkan keturunan. Dari istri lain, ia memiliki anak bernama Tumenggung Sumonegoro, yang kelak menjadi Wedana Distrik Maosan Dalem Pengasih hingga Nanggulan (Serat Salasilah 1899, 208). Baik KRT Sumodiningrat maupun anaknya, Tumenggung Sumonegoro, sama-sama dimakamkan di Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

Kewafatan

Kewafatan KRT Sumodiningrat terjadi pada pagi hari terakhir Perang Sepehi, 20 Juni 1812. Peristiwa kewafatan ini diceritakan di dalam Babad Sepehi di Pupuh III, Padha I-VII. Babad Sepehi adalah karya sejarah yang ditulis oleh Pangeran Mangkudiningrat, anak Sultan Hamengkubuwono II, yang memang langsung berada di tengah-tengah pertempuran (Mangkudiningrat; 2018, 65–66). Jadi, Babad Sepehi merupakan sumber primer sejarah yang ditulis oleh pelaku sejarah, Pangeran Mangkudiningrat, pada Selasa, 20 Rabi’ul Awal 1228 H tahun Ehe atau bertepatan dengan 23 Maret 1813. Dengan kata lain, naskah ini “lahir” hanya sekira setahun setelah Perang Sepehi.

Diceritakan di dalam Babad Sepehi bahwa KRT Sumodiningrat bertempur di sisi barat Kali Code dan menjaga pos pertahanan bagian tenggara Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat bersama dengan Tumenggung Wiryawinata, adiknya sendiri. Peristiwa pertempuran pasukan Sepehi dengan KRT Sumodiningrat diceritakan di dalam tembang bermetrum Durma, Pupuh II, mulai Padha atau bait ke-6 dan ke-7 (Mangkudiningrat; 2018, 55–56)


Kutipan Tesis dari : M. YASER ARAFAT

KRT Sumadiningrat adalah menantu Sultan Hamengkubuwana II. Ayahnya, Ia merupakan anak tertua KRT Jayaningrat I yang menikah dengan Raden Ayu Jayaningrat binti Sultan HB I. Makam KRT Sumadiningrat berada di Jejeran, Wonokromo, Bantul, Yogyakarta. Tepatnya di dalam sebuah cungkup di sisi barat Masjid Mi’rajul Muttaqinallah. Di dalam tatanan pemerintahan Sultan HB II, KRT Sumadiningrat menjabat sebagai bupati jaba kedua pada 1794, wedana jero pertama pada 1797 (P. Carey 2008, 188; P. B. R. Carey 1980, 191).


Kesimpulan

  1. KRT Sumadiningrat BUKAN Habib Hasan bin Thoha Bin Yahya.
  2. KRT Sumadiningrat yang tercatat sebagai menantu Sultan Hamengkubuwana II adalah tokoh yang juga sekaligus cucu Sultan Hamengkubuwana I. Tokoh ini pula yang dalam berita kolonial dan babad tradisional di Jawa disebut singo barong, BUKAN Habib Hasan bin Thoha Bin Yahya.
  3. Ayah KRT Sumadiningrat adalah KRT Jayaningrat I. Siapa KRT Jayaningrat I?
  4. KRT Jayaningrat I adalah menantu Sultan Hamengkubuwana I yang menikah dengan Raden Ayu Jayaningrat (Mandoyokusumo 1988, 10). Raden Ayu Jayaningrat adalah anak keempat Sulan HB I (Dajapertama and Dirdjasoebrata n.d., 13).
  5. Urutan nasab KRT Sumadiningrat dari atas sebagai berikut (Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 163–64 & 201–8): Kyai Ageng Ngerang I → Kyai Ageng Ngerang II (Kyai Bodo Pajang) → Kyai Ageng Ngerang III (Ki Buyut Pati) → Kyai Ageng Panjawi (Kyai Ageng Pati) → Adipati Pragolapati I → Adipati Pragolapati II → Kyai Wonokriyo (Bagus Jaka Kriya/Kyai Kriyan) → Demang Puspatruna/Demang Jawinata/Tumenggung Gajah Mada/Tumenggung Gajah Gede → Tumenggung Jawinata/Tumenggung Gajah Cilik → Adipati Jayaningrat/Gajah Tlena → Tumenggung Jayaningrat Manten/KRT Jayaningrat I → KRT Sumadiningrat [Jejeran].
  6. KRT Sumadiningrat memiliki 4 orang adik, yaitu; RT Wiryawinata [Jejeran]; RT Janingrat [Jejeran]; Raden Ayu Rangga Madiun; RT Wiryadiningrat (Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 207).
  7. KRT Sumadiningrat menikah dengan GKR Bendara, putri Sultan Hamengkubuwana II dari hasil pernikahannya dengan GKR Kedaton (Mandoyokusumo 1988, 16; #Sejarah Ratu n.d., 80 & 123; Agustriyanto 2018; Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 208).
  8. KRT Sumadiningrat gugur akibat keganasan serangan Inggris ke Yogyakarta pada peristiwa Geger Sepehi. Peristiwa ini diceritakan di dalam Babad Sepehi di Pupuh III, Pada I-VII. Babad Sepehi bercerita tentang peristiwa Geger Sepehi. Karya ini ditulis oleh Pangeran Mangkudiningrat, anak Sultan HB II, yang memang langsung berada di tengahtengah pertempuran (Irawan 2018, 65–66).
  9. Setelah gugur dalam Geger Sepehi, jenazah KRT Sumadiningrat dibawa untuk dimakamkan di Jejeran pada jam sepuluh malam. Makam KRT Sumadiningrat berada di tanah pamutihan yang memang merupakan haknya di Pasarean Astana Gedong, Jejeran, Wonokromo, Bantul, Yogyakarta. Tepat di sisi barat Masjid Kagungan Dalem Mi’rajul Muttaqinallah. Dulu masjid ini disebut Masjid Sumadiningratan (Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 208).
  10. Makam KRT Sumadiningrat berada di dalam sebuah cungkup khusus di sisi selatan cungkup makam Kyai Kriyan (Kyai Wonokriyo), seorang ulama besar Mataram Islam pada zaman Sultan Agung hingga Amangkurat I yang tiada lain merupakan leluhurnya sendiri.
  11. Menjadi maklum bila KRT Sumadiningrat dimakamkan tepat di bawah atau di sisi selatan cungkup makam Kyai Kriyan yang merupakan punjer atau leluhurnya. Memang beginilah adat atau budaya pemakaman di Jawa. Tokoh tertentu akan dikuburkan di sebuah lahan yang sama dengan para leluhurnya.
  12. Sedangkan makam KRT Jayaningrat I juga berada di pasarean ini. Tepatnya di dalam cungkup khusus di sisi selatan pengimaman masjid.
  13. Perkawinan KRT Sumadiningrat dengan GKR Bendara tidak membuahkan keturunan.
  14. Hanya saja, di luar cungkup makam KRT Sumadiningrat ada makam KRT Sumanegara. Tokoh ini adalah anak KRT Sumadiningrat dari istri lain. Sayangnya Serat Salasilah hanya menyebutkan nama sang anak, bukan nama sang ibu atau sang istri lain itu.
  15. KRT Sumanegara adalah bupati wedana distrik maosan dalem Pengasih hingga Nanggulan. Selain itu ada pula makam keponakannya, KRT Tirtanegara bin KRT Janingrat. KRT Tirtanegara merupakan bupati maosan Kalibawang (Serat Salasilah Para Loeloehoer Kadanoeredjan 1899, 208).
  16. Belakangan makam KRT Sumadiningrat di Jejeran, oleh Majelis Taklim Darul Hasyimi Yogyakarta, juga disebut sebagai sebagai makam Sayyid Ahmad bin Thoha bin Yahya. Silahkan dicek narasi Sulistyo Eko Cahyono di dalam link YouTube di atas. Cek juga tautan ini: https://fb.watch/l1x33-0pBM/?mibextid=5Ufylb.
  17. Narasi penyebutan makam KRT Sumadiningrat di Jejeran sebagai makam Sayyid Ahmad bin Thoha Bin Yahya adalah sebagai berikut: a).Dalam narasi Sulistyo Eko Cahyono disebutkan di menit ke 2:42:13 bahwa ketika terjadi penyerangan oleh Legiun Inggris yang bertujuan untuk mencari Habib Hasan, kediaman Habib Hasan di Jejeran, Bantul, didatangi. Pada saat itu Habib Hasan melakukan koordinasi di ndalem Keraton Ngayogyakarta; b). Di menit ke 2:43:20, Sulistyo Eko Cahyono mengatakan bahwa Habib Ahmad yang tinggal di Suronatan sedang ada di Jejeran ketika legiun Inggris datang. Pasukan Inggris mengepung rumah Habib Hasan. Habib Ahmad lalu mengaku sebagai Habib Hasan kepada Inggris. Alasannya karena Habib Hasan diperlukan strategi dan kesatriaanya oleh keraton. Atas alasan itu Habib Ahmad mengaku menjadi Habib Hasan; c). Di menit ke 2:45:00, Sulistyo Eko Cahyono mengatakan bahwa keluarga Habib Hasan (termasuk Habib Ahmad dan putra puterinya) ditahan dan meninggal. Ini terjadi pada 1812 M. Habib Ahmad dimakamkan di Jejeran dan dikenal dengan nama KRT Sumodiningrat. Sebagai pengalihan agar pencarian Habib Hasan mengendor. Makam Jejeran dimitoskan angker. Sehingga Inggris tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang dimakamkan.
  18. Berdasarkan analisis atas data istri Habib Hasan bin Thoha Bin Yahya yang bertentangan dengan data historis di atas, cerita tentang Habib Ahmad yang dikatakan mengaku sebagai KRT Sumadiningrat yang disebut dimakamkan di Jejeran ini meragukan. Babad Sepehi menceritakan secara rinci di mana posisi KRT Sumadiningrat saat itu hingga ia dibunuh. Diceritakan juga di sana bagaimana KRT Sumadiningrat menjaga pos pertahanan bagian tenggara Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat bersama dengan KRT Wiryawinata, adiknya sendiri.
  19. Makam Jejeran di barat Masjid Mi’rajul Muttaqinallah adalah pemakaman anak-turun Kyai Kriyan (Kyai Wonokriyo). KRT Sumadiningrat adalah cucu-buyut Kyai Kriyan. Sekali lagi, menjadi maklum bila jenazahnya dimakamkan di sana. Sebab memang itu pemakaman leluhurnya. Sangat ganjil jika dikatakan bahwa makam KRT Sumadiningrat di Jejeran merupakan makam Sayyid Ahmad bin Thoha Bin Yahya.
  20. Berdasarkan semua analisis di atas, jelas sekali bahwa KRT Sumadiningrat yang disebut menantu Sultan HB II dan menjabat sejumlah jabatan penting di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga meninggal pada 1812 BUKANlah Habib Hasan bin Thoha Bin Yahya dan bukan pula Sayyid Ahmad bin Thoha Bin Yahya.
  21. Makam KRT Sumadiningrat berada di Jejeran, Wonokromo, Bantul, Yogyakarta, tepat di sisi barat Masjid Mi’rajul Muttaqinallah. BUKAN di Semarang.
  22. Makam KRT Sumadiningrat dan seluruh leluhur hingga anak-keturunannya di Jejeran, Wonokromo, Bantul, Yogyakarta harus dijaga dan dirawat oleh terutama anak-turun Kyai Kriyan, Sultan HB I, Sultan HB II, dan seluruh kawula Mataram.

Izvori

  1. https://www.academia.edu/118076339/Kanjeng_Raden_Tumenggung_KRT_Sumodiningrat M. YASER ARAFAT -
  2. https://www.royalark.net/Indonesia/yogya2.htm -
  3. https://www.facebook.com/groups/327670604460/posts/10161453203344461/?paipv=0&eav=AfYySgsuQz51nzDqHRVZ29Fj9ZyxhcIUhfhqZk6Q067smbkbb3ui8WzqYvAFXrCc_HU&_rdr -

From grandparents to grandchildren

Grandparents
8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa
birth: 8 decembar 1711, Surakarta
marriage: Raden Ayu Srie Berie Budjang
marriage: Kanjeng Ratu Kencana / Ratu Mas (Raden Ayu Sukiya/Subiya)
marriage: Ratu Mas Wirasmoro , Kertasura
title: 15 avgust 1726 - 1742, Kartasura, Raja Kasunanan Kartasura
marriage: Raden Ayu Tembelek
divorce: Raden Ayu Tembelek
marriage: Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
divorce: Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
title: 1745 - 11 decembar 1749, Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta Ke-I
death: 20 decembar 1749, Surakarta
12. Gusti Pangeran Hario Hadiwijoyo
marriage: Raden Ayu Sentul
death: 1753, Kaliabu, Salaman, Magelang
Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
birth: 6 avgust 1717, Kartasura
marriage: Bendoro Mas Ayu Asmorowati
marriage: Gusti Kanjeng Ratu Kencono
marriage: Bendoro Raden Ayu Tiarso [G.Hb.1.3] (Bendoro Raden Ayu Tilarso)
marriage: Bendoro Mas Ayu Sawerdi
marriage: Bendoro Mas Ayu Mindoko [G.Hb.1.6]
marriage: Bendoro Raden Ayu Jumanten [G.Hb.1.8]
marriage: Bendoro Mas Ayu Wilopo [G.Hb.1.9]
marriage: Bendoro Mas Ayu Ratnawati [G.Hb.1.10]
marriage: Bendoro Mas Ayu Tandawati [G.Hb.1.12]
marriage: Bendoro Mas Ayu Tisnawati [G.Hb.1.13]
marriage: Bendoro Mas Ayu Turunsih
marriage: Bandara Mas Ayu Ratna Puryawati [G.Hb.1.15]
marriage: Bendoro Radin Ayu Doyo Asmoro [G.Hb.1.16]
marriage: Bendoro Mas Ayu Gandasari [G.Hb.1.17]
marriage: Bendoro Raden Ayu Srenggara
marriage: Bendoro Mas Ayu Karnokowati [G.Hb.1.18]
marriage: Bendoro Mas Ayu Setiowati [G.Hb.1.19]
marriage: Bendoro Mas Ayu Padmosari [G.Hb.1.20]
marriage: Bendoro Mas Ayu Sari [G.Hb.1.21]
marriage: Bendoro Mas Ayu Pakuwati [G.Hb.1.22]
marriage: Bendoro Mas Ayu Citrakusumo [G.Hb.1.23]
marriage:
marriage: 2. Mas Roro Juwati / Raden Ayu Beruk / KRK Kadipaten / KRK Ageng / KRKTegalraya (Kanjeng Ratu Mas)
marriage: 4. Bendoro Raden Ayu Handayahasmara / Mbak Mas Rara Ketul
marriage: Raden Ayu Wardiningsih
title: 29 novembar 1730 - 13 februar 1755, Kartasura, Pangeran Mangkubumi
marriage: Bendoro Mas Ayu Cindoko [G.Hb.1.11] , Yogyakarta
title: 13 februar 1755 - 24 mart 1792, Yogyakarta
death: 24 mart 1792, Imogiri, Yogyakarta
title: 10 novembar 2006, Jakarta, Pahlawan Nasional RI
Adipati Jayaningrat Gajah Tlena
burial: (Makam Jejeran)
Grandparents
Parents
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam I [Hb.1.6] (Kanjeng Pangeran Haryo Notokusumo)
birth: 21 mart 1760, Pangeran Notokusumo / Pangeran Adipati Paku Alam I (1813-1829) Pendiri wangsa Pakualaman yang lahir pada tahun 1760 ini adalah peletak dasar kebudayaan Jawa dalam Kadipaten Pakualaman. Kepada para putra sentana, PA I memberi pelajaran sains dan tata negara. Beberapa karya sastranya adalah: Kitab Kyai Sujarah Darma Sujayeng Resmi (syair), Serat Jati Pustaka (sastra suci), Serat Rama (etika), dan Serat Piwulang (etika). Ia wafat pada tanggal 19 Desember 1829.
birth: 21 mart 1764, Yogyakarta
title: 28 januar 1812 - 31 decembar 1829, Yogyakarta, Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I [1812-1829]
death: 31 decembar 1829, Yogyakarta
Kanjeng Pangeran Adipati Dipowijoyo I [Hb.1.8] (Pangeran Muhamad Abubakar)
birth: 1765
title: ~ 1810, Yogyakarta, Pangeran Muhamad Abubakar
8. Bendoro Pangeran Haryo Diposanto
birth: 1762
death: < 1820
14. Bendoro Raden Mas Hadiwijaya / Bendoro Pangeran Haryo Panular
birth: 1771
death: 30 jul 1826, Nglengkong, Sleman
1. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro Gusti Raden Mas Intu
title: Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anum Amangku Negara ingkang Sudibya Atmarinaja Sudarma Mahanalendra
burial: avgust 1758, Imogiri, Yogyakarta
16. Bendoro Pangeran Haryo Mangkukusumo (1)
birth: 1772
occupation: januar 1828, Wakil Dalem
Kanjeng Raden Tumenggung Jayaningrat / Jayaningrat Manten
birth: ~ 1760, Remame, Kedu Selatan
occupation: Bupati Kedu Selatan
marriage: 23. Bendoro Raden Ayu Jayaningrat
burial: (Makam Kradenan, Srumbung, Magelang)
Parents
 
== 3 ==
KRT Cakradirja
birth: Yogyakarta
1. Kanjeng Raden Tumenggung Sumadiningrat I
birth: ~ 1760
marriage:
marriage: 8. Gusti Kanjeng Ratu Bendara
burial: 20 jun 1812, Pemakaman Jejeran, Wonokromo, Plered, Bantul, Yogyakarta, diatas jam 10 malam
death: 20 jun 1812, Masjid Alun2 Selatan Kraton Yogyakarta, Geger Sepehi, Sabtu, 20 Juni 1812 Antara Jam 5-6 pagi
== 3 ==
Children
1. Tumenggung Sumonegoro
title: Wedana Distrik Maosan Dalem Pengasih
burial: Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta
Children

Ostali jezici