Natayuda III Bupati Kedu - Индекс потомака
Из пројекта Родовид
2
21/2 <1> ♀ Bendoro Raden Ayu Srenggara [?]3
41/3 <2+1> ♀ 5. Bendoro Raden Ayu Danukusumo [Hamengku Buwono]Свадба: <2> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Danukusumo ? (Wedono Jobo) [Danurejo I] d. јануар 1812
Рођење: 21 март 1764, Yogyakarta
Титуле : од 28 јануар 1812, Yogyakarta, Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I [1812-1829]
Смрт: 31 децембар 1829, Yogyakarta
4
91/4 <4+2> ♂ Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo II / Kanjeng Raden Tumenggung Mangkunegoro (Patih Seda Kedhaton) [Danurejo I]Свадба: <5> ♀ Bendoro Mas Ayu Pulungayun [?]
Професија : од 9 септембар 1799, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo II
Смрт: 28 октобар 1811, Yogyakarta, Dimakamkan di Banyusumurup, kemudian dipindahkan ke Mlangi
Свадба:
Свадба: <6> ♀ Muktionowati [Ga.Pa.2.1] [?]
Свадба: <7> ♀ Resminingdiah [Ga.Pa.2.3] [?]
Свадба: <8> ♀ Widowati [Ga.Pa.2.4] [?]
Свадба: <9> ♀ Sariningdiah [Ga.Pa.2.2] (Gondhowiryo) [Ga.Pa.2.2]
Свадба: <10> ♀ 37. Gusti Kanjeng Ratu Ayu Krama [Gp.Pa.2.1] [Hamengku Buwono II]
Титуле : 1814, Yogyakarta, Pangeran Suryaningrat
Титуле : 31 децембар 1829, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat
Титуле : од 4 јануар 1830, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II
Смрт: 23 јул 1858, Yogyakarta
Pada 1814 ia dilantik menjadi Pangeran Suryaningrat. Setelah ayah mangkat, maka pada 31 Desember 1829 sang pangeran ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat. Melalui perjanjian politik 1831-1832-1833 dengan Pemerintah Hindia Belanda, KGP Adipati Suryaningrat dikukuhkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II. Dalam masa pemerintahannya ditandai dengan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian dan kesusastraan disamping meletakkan dasar pemerintahan Kadipaten Pakualaman. Kebudayaan menemukan wujud yang baru dalam kadipaten walaupun tidak meninggalkan pokoknya.
Perlu dicatat bahwa Paku Alam II dari garwa padmi (permaisuri) mendapat empat orang putra. Sementara keseluruhan putra-putrinya berjumlah 16 orang. Pada waktu ia naik tahta putra sulungnya yang bernama GPH Suryoputro telah wafat. Putra kedua yaitu GPH Suryaningrat terganggu ingatannya karena terlalu mendalami soal mistik. Putra yang ketiga GPH Nataningprang mendampinginya dalam memegang tampuk pemerintahan dan merupakan tulang punggungnya. Namun putra ketiga ini mendahului meninggal dunia pada 1857. Dengan demikian putra terakhirnya, GPH Sasraningrat, yang menggantikan membantu tampuk pemerintahan sekaligus pewaris tahta berikutnya. Akhirnya KGPA Paku Alam II mangkat pada 23 Juli 1858 setelah bertahta sekitar 30 tahun dan dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.Титуле : од 1799, Bupati Madiun Ke 16 di : Maospati
Смрт: 17 децембар 1810, Banyu Sumurup-Imogiri dipindahkan ke Giripurno-Gn Bancak-Magetan pada 1957
Свадба: <12> ♀ 74. Gusti Kanjeng Ratu Sasi [Hamengku Buwono II]
Професија : од 2 децембар 1813, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo III
Смрт: 1849, Mojokerto
5
251/5 <9> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro I [Danurejo II]Свадба: <13> ♀ Bendoro Raden Ayu Padmi [?]
Свадба: <14> ♂ Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar [Hamengku Buwono III] b. 11 новембар 1785 d. 8 јануар 1855, Keraton Yogyakarta
Титуле : 18 фебруар 1825, Tegalrejo
Смрт: 28 фебруар 1827, Yogyakarta
Setelah geger Madiun reda di tahun 1814 untuk yang ke lima kalinya Pangeran Diponegoro menikah dengan R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi R.A Maduretno saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Tahun 1826 ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi Sultan di Dekso, R.A Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Namun karena sakit beliau meninggal pada tahun 1828. Dari pernikahan ini lahirlah Raden Mas Joned pada tahun 1815 Dan Raden Mas Roub tahun 1816 . Raden Ayu Maduretno juga dikenal dengan Raden Ayu Ontowiryo atau Raden Ayu Diponegoro. Ketika menikah dengan R. A Maduretno, isteri pertama dan keempat sudah meninggal, sedangkan isteri kedua lebih senang tinggal diistana sehingga terjadilah hubungan yang tidak harmonis antara P. Diponegoro dengan RA. Retnokusumo. Hubungan Pangeran Diponegoro dengan keluarga besar Raden Ronggo semakin ditingkatkan untuk menambah kekuatan dan kedudukan kasultanan Jogja di mata penjajah.
Masa Perang Diponegoro di Madiun
Bupati Madiun Pangeran Raden Ronggo Prawirodiningrat adalah putra ke enam Ronggo Prawirodirjo III dengan ibu suri GKR Maduretno, saudaranya kandungnya ada sebelas, yakni RA Prawironegoro, RA Suryongalogo, RA Pangeran Diponegoro, RA Suryokusumo, Raden Adipati Yododiningrat (Bupati Ngawi), Raden Ronggo Prawirodiningrat sendiri ( Bupati Madiun), RA Suronoto, RA Somoprawiro, RA Notodipuro, dan RA Prawirodilogo. Sedangkan dari ibu selir putri asli Madiun, lahirlah Pahlawan Nasional Raden Bagus Sentot Prawirodirjo. Beliau sejak kecil hidup dilingkungan istana Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Ronggo Prawirodiningrat ini, meletus perang Jawa, atau Perang Diponegoro, rakyat Madiun dan sekitarnya dari semua golongan mendukung perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap pemerintahan Belanda. Perang Besar ini disebabkan karena Bangsa Belanda selalu ikut campur urusan pemerintahan Kasultanan Yogyakarta dan selalu melakukan penindasan, pemerasan yang tidak berperi kemanusiaan, hingga rakyat semakin menderita. Pendukung Perang Diponegoro di Kabupaten Madiun, dan di seluruh wilayah Mataram, pada umumnya terdiri dari :
Rakyat Kebanyakan : mereka sudah tidak tahan atas berbagai Pajak yang tinggi mencekik hidup mereka (usaha Belanda dalam menutup Kas akibat kekalahan Perang pada era Napoleon ) Golongan Bangsawan : mereka tidak puas dengan peraturan sewa menyewa tanah yang hanya dihargai sebagai ganti rugi belaka (praktek Monopoli Belanda) Ulama dan Santri :
mereka merasa tidak senang dengan tingkah laku kaki tangan Belanda minum-minuman, berjudi, dan madat yang akhirnya merajalela.Свадба: <15> ♀ Raden Ayu Sentotprawirodirjo [Hb.3.2.12] [Hamengku Buwono III]
Смрт: 17 април 1855, Bengkulu
Титуле : Bupati Japan (Mojokerto) bergelar Tumenggung Sumodipuro
Титуле : од 2 децембар 1813, Yogyakarta, Patih Keraton Yogyakarta bergelar Danurejo IV
Свадба: <16> ♀ Bendoro Raden Ayu Suryo Sastraningrat [Hamengku Buwono II]
Титуле : од 19 децембар 1858, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat
Смрт: 17 октобар 1864, Yogyakarta
Свадба: <17> ♀ Bendoro Raden Ayu Suryodilogo [Pa.1.8.2] [Paku Alam I]
Титуле : 10 октобар 1878, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Prabu Suryodilogo
Титуле : од 20 март 1883, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V
Смрт: 6 новембар 1900, Kulon Progo
KGPAA Prabu Suryodilogo memegang kewajiban yang sangat berat. Diantaranya adalah melunasi hutang almahrum kepala Kadipaten Pakualaman dan memelihara serta menegakkan ketertiban/keamanan di wilayah Pakualaman. Setelah menujukkan tanda-tanda kemajuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya maka pada 20 Maret 1883 ia diperkenankan memakai gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V. Paku Alam V tidak banyak memberi apresiasi di bidang kesusastraan karena ia memilih berkecimpung di bidang Ekonomi. Selain prestasi sebuah pukulan berat harus diterima dengan dibubarkannya angkatan perang Pakualaman pada tahun 1892.
Berbeda dengan pendahulunya, Paku Alam V merintis anggota keluarga Paku Alam untuk menuntut ilmu di sekolah-sekolah Belanda antara lain di Sekolah Dokter Jawa. Bahkan mulai 1891 ia mengirim beberapa putra dan cucunya ke Negeri Belanda (Nederland) untuk mengecap pendidikan disana. Dari pemikirannya yang tidak kolot ini muncul beberapa hasil diantaranya ada anggota keluarga Paku Alam yang menjadi anggota Volksraad dan Raad van Indie (walaupun ia tidak dapat melihat langsung hasilnya karena telah mangkat).
Paku Alam V memiliki 17 putra-putri yang dilahirkan baik dari permaisuri maupun selir. Salah seorang putranya, KPAA Kusumoyudo, adalah anggota Raad van Indie. Setelah 22 tahun memerintah, pada 6 November 1900, KGPAA Paku Alam V mangkat dan dimakamkan di Girigondo, Adikarto (sekarang-maret 2007- merupakan bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).Свадба: <19> ♀ Raden Ayu Adipati Danurejo [Hb.3.4.3] [Hamengku Buwono III]
Смрт: 1844, Yogyakarta, Dimakamkan di Mlangi, sebelah utara Demakijo
Професија : од 11 фебруар 1847, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV
Свадба: <23> ♂ Raden Tumenggung Sosrodigdoyo ? (Bupati Kulon Progo) [?]
Свадба: <31> ♀ Raden Ayu Partosari [?]
Свадба: <33> ♀ Mas Ayu Padmosari [?]
Свадба: <34> ♀ Raden Ayu Padmowati [?]
6
591/6 <25+13> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro II ? (Raden Bagus Mali) [Yudonegoro]Свадба: <36> ♀ NYI MAS AYU Fatmah \ Bun Nioh [Tan] b. 1817изр
Смрт: 1837, Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')
Смрт: 1885, Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)
RIWAYAT HIDUP
PANGERAN DJONET / RM. JUNAT / RM. JEMET
Ketika ayahnya menyatakan diri sebagai penentang penjajah dan terusir dari Puri Tegalrejo, Raden Mas Joned baru berumur sepuluh tahun. Dia ikut rombongan pengungsi bersama keluarga besarnya ke Goa Selarong setelah Puri Tegalrejo digempur oleh pasukan Belanda. Dia sudah bisa merasakan bagaimana susahnya hidup dalam pengungsian dan hanya tinggal di dalam Goa bersama ibu dan saudara-saudaranya. Usianya masih terhitung anak-anak ketika dia lari mengikuti rombongan para penghuni Puri Tegalrejo dan para penghuni kampung sekitar puri. Terkadang sebuah tangan kokoh menyambarnya dan meletakkannya dalam gendongan sambil berlari mendorong gerobak dimana ibu dan bibinya menumpang menyatu dengan perbekalan seadanya. Orang itu tak lain adalah Sentot Prawiro Dirjo pamannya sendiri. Umur Raden Mas Joned sekitar 15 tahun ketika melihat ayahnya ditangkap oleh Belanda. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tetap tegar menghadapi semuanya. Raden Mas Joned tidak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ayahnya digiring dimasukkan ke dalam kereta yang membawanya ke pengasingan. Marah dan dendam, itulah yang ada di dalam benak Raden Mas Joned. Jiwa mudanya sangat terguncang dan itulah yang membuat Raden Mas Joned selalu melakukan perlawanan dimanapun dia melihat orang Belanda. Raden Mas Joned berusaha membebaskan ayahnya dengan cara mengejar ke Ungaran, lalu ke Semarang. Dia berhasil menyusup ke dalam kapal pembawa Pangeran Diponegoro tetapi ketahuan dan Raden Mas Joned menceburkan diri ke laut. Dia tidak putus asa karenanya. Raden Mas joned lalu mengejar Pangeran Diponegoro melalui darat bersama beberapa orang pengikutnya menuju Batavia. Sesampainya di Batavia, Pangeran Joned berusaha mendekati tempat penyekapan Pangeran Diponegoro, tetapi sayang, mata-mata mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro telah dipindahkan menggunakan kapal ke arah Timur. Dengan perbekalan seadanya disertai dengan pengikut-pengikut setianya, Raden Mas Joned berangkat ke arah Timur melewati jalan darat sambil menebarkan petaka bagi siapapun yang mencoba menghalanginya. Raden Mas Djonet, mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak menguntungkan dalam perselisihan dengan seorang perwira di Djokjakarta. (J. Hageman, 1856, "Geschiedenis van den oorlog op Java, van 1825 tot 1830"). Atas kehendak keluarga, jenasah beliau disembunyikan dan dimakamkan di Bogor. Ibu Raden Mas Joned yaitu Raden Ayu Maduretno adalah kakak Sentot Prawirodirjo yang ikut bergabung dalam barisan Pangeran Diponegoro. Ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi sultan di Dekso, Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Pada tahun 1828 beliau wafat karena sakit dan dimakamkan di Imogiri.
PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO / RM. JUNAT / RM. JEMET
PANGERAN DJONET atau Raden Mas Djonet Dipomenggolo, adalah putera pertama Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun 1815 1) di Yogyakarta dari Ibu kandung yang bernama R.A. Maduretno alias R.A. Ontowiryo alias R.A. Diponegoro yakni isteri kelima Pangeran Diponegoro putri ketiga Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Kanjeng Ratu Kedaton Maduretno Krama (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Pangeran Djonet memiliki adik kandung bernama Pangeran Roub/Pangeran Raab/Pangeran Raib, yang pada tahun 1840 berhasil dibuang Belanda ke Ambon dan meninggal disana. Ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada 18 Pebruari 1828 (walaupun saat itu Belanda berikut Kerajaan yang lain tidak mengakuinya). Pada saat itu Raden Mas Djonet Dipomenggolo masih berumur 13 tahun.
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG 1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I 2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV 3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA 4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA 5. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 6. BPH. DIPANEGARA 7. RM. DJONET DIPAMENGGALA - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG 1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I 2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV 3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA 4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA 5. KRK. MADURETNO KRAMA (Putri ke 22 HB-II <menikah dengan> RADEN RANGGA PRAWIRADIRDJA III 6. BRAy. MADURETNO/RA. Ontowiryo/RA. Diponegoro 7. RM. DJONET DIPAMENGGALA - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
PANGERAN DJONET PADA MASA PERJUANGAN PANGERAN DIPONEGORO (Tahun 1825-1830)
Sejak usia 10 tahun Pangeran Djonet bersama 2 saudaranya yaitu Pangeran Roub dan Pangeran Diponegoro Anom selalu mendampingi/selalu diajak ayahnya dalam setiap perundingan penting dengan Belanda. Mengingat usianya yang relatif muda tidak banyak yang dilakukan Pangeran Djonet muda, akan tetapi selama 5 tahun Pangeran Djonet berada, melihat dan menyaksikan langsung (veni, vedi veci) sejarah yang sedang terjadi di tanah air melalui perjuangan orang tuanya yaitu Pangeran Diponegoro beserta panglima Sentot Prawiradirja dan Pangeran-pangeran juga para Kyai. Di medan perang Pangeran Djoned menyaksikan bagaimana prajuritnya terbunuh...bagaimana mendapatkan kemenangan...bagaimana mengatur siasat perang, semua ini merupakan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi pembentukan kepribadian Pangeran Djoned kemudian.
Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Pemberontakan Paderi di Sumatera Barat, untuk sementara dibiarkan. Sekitar 200 benteng telah dibangun untuk mengurangi mobilitas pasukan Diponegoro. Perlahan langkah tersebut membawa hasil. Dua orang panglima penting Diponegoro tertangkap. Kyai Mojo tertangkap di Klaten pada 5 Nopember 1828. Sentot Alibasyah, dalam posisi terkepung, menyerah di Yogya Selatan pada 24 Oktober 1829.
Diponegoro lalu menyetujui tawaran damai Belanda. Tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro disertai lima orang lainnya ( Raden Mas Jonet, Diponegoro Anom, Raden Basah Martonegoro, Raden Mas Roub dan Kyai Badaruddin) datang ke kantor Residen Kedu di Magelang untuk berunding dengan Jenderal De Kock. Mereka disambut dengan upacara militer Belanda. Dalam perundingan itu, Diponegoro menuntut agar mendapat "kebebasan untuk mendirikan negara sendiri yang merdeka bersendikan agama Islam." De Kock melaksanakan tipu muslihatnya. Sesaat setelah perundingan itu, Diponegoro dan pengikutnya dibawa ke Semarang dan terus ke Betawi. Pada 3 Mei 1830, ia diasingkan ke Manado, dan kemudian dipindahkan lagi ke Ujungpandang (tahun 1834) sampai meninggal. Di tahanannya, di Benteng Ujungpandang, Diponegoro menulis "Babad Diponegoro" sebanyak 4 jilid dengan tebal 1357 halaman.
PANGERAN DJONET PADA SAAT PENGASINGAN AYAHNYA KE SULAWESI (Tahun 1830)
Menurut cerita salah satu keturunan ke 6 Pangeran Djonet yang tinggal di sekitar makam yaitu R. Ustad ABDUL WAFA (keturunan dari Raden Mas SAHID ANKRIH, anak ke 5 Pangeran Djonet) adalah sebagai berikut : Sewaktu beliau dibuang ke Makassar, beliau ikut namun sewaktu Kapal/Perahu di lautan beliau menceburkan diri bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. Setelah beberapa lama menetap di Batavia, lalu beliau pindah ke Bogor, berjuang bersama pasukannya yang akhirnya menetap di Kebon Kelapa Cibeureum sampai akhir hayatnya.” (sesuai yang tertera dalam Papan Wisata Ziarah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor).
SITUS MAKAM PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO
Cerita lain, versi keturunan yang tinggal di sekitar makam : “ Pangeran Djonet tinggal dan menetap pertama kali di pinggiran kota Bogor (± 4 s.d 7 km dari Istana Belanda) di kampung Jabaru (Jawa Baru), setelah mempunyai 5 orang putra dan 2 orang putri semakin banyaklah keturunan Pangeran Djonet di kampong Jabaru tersebut, akhirnya membuka kampong baru lagi dengan nama kampong Dukuh Jawa, sampai akhirnya wafat pada usia 70 tahunan dan dimakamkan di kampong Kebon Kelapa (sekarang Jalan Raden Kosasih), Cikaret, Bogor Selatan tidak jauh dari kampong tempat beliau menetap ”.
PANGERAN DJONET DI BATAVIA (Tahun 1830-1831)
Setelah lolos dari proses pengasingan ke Pulau Sulawesi sesuai cerita sebelumnya, Pangeran Djonet muda yang baru berusia 15 tahun (1815-1830) dibantu pengikutnya yang berjumlah lebih dari 1 orang untuk mencari tempat persembunyian sementara di daerah Batavia. Sebagai kelompok asing yang berkeliaran di Batavia yang notabene sebagai pusat kegiatan colonial pada masa itu tentunya baik Pangeran Djonet maupun pengikutnya yang asli Yogyakarta mencari sanak saudara, kerabat maupun tetangga yang sedaerah. Akhirnya dengan wawasan sejarah yang dimiliki sang Pangeran Muda diputuskan untuk mencari daerah Matraman (saat itu umur daerah Matraman sudah mencapai 208 tahun sejak penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia).
Di Matraman, pengikut Pangeran Djonet terlebih dahulu mencari tokoh-tokoh setempat yang dianggap mengetahui asal-usul Matraman dan akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka tentang keberadaan Pangeran Mataram (tidak menyebutkan nama/menggunakan nama alias) dan menceriterakan secara umum kondisi kejadian saat itu. Diluar perkiraan sang Pangeran, mereka menerima dengan amat terbuka sambil disertai perasaan haru, bangga dan rindu akan kampong halaman akhirnya berkat bantuan dan perlindungan masyarakat Matraman pada saat itu Pangeran Djonet beserta pengikutnya menetap di Batavia (Matraman) lebih kurang selama 2 tahun.
Selama menetap di Matraman dalam rangka mempertahankan diri dari kejaran tentara Belanda, Pangeran Djonet membentuk pasukan (semacam pengawal Raja) dengan merekrut pemuda-pemuda yang mayoritas keturunan prajurit Kerajaan Mataram walaupun ada juga dari etnis lain yang juga bergabung dengan suka rela (di komplek pemakaman Pangeran Djonet di Bogor dimakamkan juga komandan pasukan pengawal yang berasal dari Banten). Komunikasi keberadaan Pangeran Djonet di Batavia dengan pihak Keraton Yogyakarta (lebih kurang 19 orang Pangeran/turunan Sultan yang mendukung Pangeran Diponegoro) dilakukan melalui media kurir/mata-mata/telik sandi yang masing-masing bergerak menuju titik yang ditentukan (rendesvouz), dari Keratonlah Pangeran Djonet mendapatkan bantuan logistik yang diperlukan dalam membentuk pasukan pengawal.
Tahun 1832 Pangeran Djonet genap berusia 17 tahun, usia yang cukup dewasa bagi seorang keturunan Sultan untuk segera memulai hidup berumah tangga. Maka pada tahun 1832 Pangeran Djonet mempersunting Putri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga Tan yang bernama BUN NIOH kemudian berganti nama menjadi NYI MAS AYU FATMAH (tidak ada literature yang menyebutkan dimana proses pertemuannya). Kalau mengacu kepada usia Nabi Muhammad SAW menikah, usia tersebut masih terlalu muda, akan tetapi karena kondisi saat itu sedang dalam proses bersembunyi ataupun penyamaran (incognito) ditambah lagi kebiasan Raja-raja Kasultanan Yogyakarta anak lelaki tertua menikah pada saat usia menginjak dewasa. Setelah berumah tangga Pangeran Djonet pindah ke pinggiran Kota Bogor, akan tetapi komunikasi dengan masyarakat Matraman tetap terjalin dengan sangat baik, dan sering mengahdiri acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Jami Mataram.
Berdirinya Masjid Jami Matraman memang tak lepas dari aktivitas bekas pasukan Sultan Agung Mataram yang menetap di Batavia. Nama wilayah Matraman pun disinyalir karena dahulunya merupakan tempat perkumpulan bekas pasukan Mataram. Untuk menjalankan aktivitas keagamaan bekas pasukan Mataram mendirikan sebuah Masjid di kawasan tersebut. Masjid yang didirikan pada tahun 1837 diberi nama Masjid Jami Mataram yang artinya Masjid yang digunakan para abdi dalem Keraton Mataram. Selain itu, pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk menandakan bahwa masjid itu didirikan oleh para bekas pasukan Mataram. Keaslian Masjid Jami Matraman masih terlihat dari bagian depan gedung masjid yang belum pernah direnovasi. Pada jaman dahulu masjid itu merupakan masjid paling bagus di kawasan tersebut, dengan perpaduan gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah dan India. Jika dilihat dari depan akan nampak bangunan seperti benteng dan pada dinding tembok mimbarnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi serta terlihat pula bentuk kubah bundar. Pada tahun 1837, masjid itu diresmikan oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro).
PANGERAN DJONET DI BOGOR (Tahun 1832 - 1885)
Tempat Tinggal Di Bogor
Pangeran Djonet pindah dari pelariannya di Batavia ke daerah pinggiran kota Bogor sekitar tahun 1832. Bersama pengikutnya keturunan bekas tentara kerajaan Mataram di Batavia (Daerah Matraman – Jakarta Timur), Pangeran Djonet membuka perkampungan baru yang akhirnya dikenal dengan nama Kampung JABARU, kependekan dari Jawa Baru.
Sarana transportasi darat yang umum pada masa itu kebanyakan menggunakan Kuda tunggang, kereta kuda, sepeda, sedikit kereta api dan mobil. Pangeran Djonet seperti halnya bangsawan di Keraton Yogyakarta tentunya sangat terlatih menggunakan kuda tunggang, oleh karenanya di sekitar kampong Jabaru, disuatu tempat yang bernama "Pasir Kuda" (Pasir, nama lain dari Bukit) Pangeran Djonet dan para pengikutnya biasa menambatkan kuda-kudanya (kemungkinan besar, dipasir inilah dibangun Istal).
Melihat cerita di atas, dan mempelajari Silsilah yang ada serta mencermati keberadaan RM. Djonet pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro setelah saya lakukan analisis dengan seksama dengan mengacu kepada artikel dan buku-buku diperoleh berbagai macam kemungkinan sebagai berikut :
- RM. Djonet adalah putra sulung dari pasangan Pangeran Diponegoro dengan RA. Maduretno yang lahir pada tahun 1815 M. Ketika Diponegoro berusia 42 tahun, beliau dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada tanggal 18 Pebruari 1828, pada saat itu RM. Djonet berumur 13 tahun.
- Sejarah Pangeran Djonet menurut cerita kutipan dari buku karangan Peter Carey menyebutkan bahwa Pangeran Djonet dibunuh oleh Belanda dalam sebuah peperangan pada tahun 1837. Cerita tersebut dapat beralasan :
- Dalam artikel : “Jejak Sultan Agung Mataram di Masjid Jami Matraman” disebutkan bahwa Masjid Jami Mataram dibangun dan diresmikan pada tahun 1837 oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro). Pada tahun 1837 Masjid Jami tersebut tergolong bangunan mewah arsitktur bangunannya menyerupai Taj Mahal, sehingga menjadi pusat perhatian Belanda. Informasi peresmian Masjid tersebut oleh keturunan langsung Pangeran Diponegoro sampai melalui mata-mata Belanda yang pada akhirnya Belanda melakukan penyergapan (kemungkinan dikediaman Pangeran Djonet di kampung Jabaru (Jawa Baru), di daerah Selatan Bogor. Dalam penyergapan tersebut akhirnya terjadi peperangan antara tentara Belanda dengan Pangeran Djonet dan pengikutnya. Di lain pihak, pada tahun yang sama 1837 Pangeran Djonet sudah berumah tangga dan mempunyai anak 7 ( 5 laki -laki dan 2 perempuan ).
- Mungkin saja data yang diperoleh Peter Carey sumbernya berasal dari pihak Belanda atau referensi lain yang ada di Inggris, dimana baik Belanda maupun Inggris membukukan sejarah pemberontakan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya lebih mengutamakan keberhasilannya semata, sehingga Pangeran Diponegoro dan keluarganya berikut pengikutnya dianggap “BAD GUY” yang sudah dan harus dikalahkan (dibunuh) sedangkan pihak Belanda maupun Inggris sebagai “GOOD GUY” yang patut mendapatkan penghargaan.
- Pangeran Djonet menetap di Batavia mulai tahun 1830, pada saat beliau berumur 15 tahun.Kalau mengacu kepada cerita versi “makam” (di Cikaret, Bogor), Pangeran Djonet termasuk dalam kelompok yang akan dibuang ke Makassar yang akhirnya dapat melarikan diri dan menetap di Batavia. Dimana pangeran Djonet tinggal di Batavia?, sampai tahun berapa tinggal di Batavia?, kapan pindah ke Bogor? Tahun berapa menikah?, Siapa isterinya? Berapa orang istrinya? Berapa orang putra-putrinya? dimana tinggalnya di Bogor? Jawabannya adalah :
- Di Batavia pangeran Djonet tinggal di perkampungan mantan prajurit Mataram (Sultan Agung Mataram menyerang VOC ke Batavia pada April 1628 - Mei 1629). Pada tahun 1837 perkampungan tersebut sudah berubah nama menjadi kampung MATRAMAN karena sudah berusia 218 tahun. Di Matraman inilah Pangeran Djonet menetap dan mendapatkan perlindungan dari keterunan tentara Mataram, sampai usia beliau mencapai 17-22 tahun.
- Pangeran Djonet pindah ke Bogor antara tahun 1832-1837, dimana pada usia tersebutlah menikah dengan puteri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga TAN yang bernama BOEN NIOH kemudin bermualaf dengan nama NYI MAS AYU FATMAH. Mengenai jumlah isterinya dapat diperkirakan sebagai berikut : apabila mengacu kepada buku Peter Carey pangeran Djonet terbunuh pada saat usia perkawinan 5 tahun (1837) dengan jumlah putra-putri 7 orang, berarti pangeran Djonet beristri minimal 2 orang, sedangkan kalau mengacu versi makam, Pangeran Djonet meninggal di usia 70 tahunan meninggalkan 2 orang isteri, 7 orang anak.
- Di Bogor Pangeran Djonet tinggal di pinggiran Kota ± 5 km dari Istana Belanda. Disana beliau dibantu para pengikutnya keturunan Mataram yang ada di Batavia membuka perkampungan baru yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Kampung JABARU kepanjangan dari Kampung Jawa Baru. Di kampung Jabaru inilah pangeran Djonet membentuk pasukan dan beranak-pinak. Kuda-kuda pangeran Djonet dan pasukannya ditambatkan di Istal Kuda didaerah pasir (bukit) yang pada akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Kampung Pasir Kuda (kampung diatas bukit yang banyak Kuda). Dari Kampung Jabaru keturunan Pangeran Djonet meluas dan membuka perkampungan baru di sebelah Timurnya yang juga dikenal dengan nama Kampung Dukuh Jawa.
- Menurut kesaksian keturunan Pangeran Djonet generasi ke 5 Rd.Hj. SITI MARIAM (IIH) & Rd.Hj. SITI JUARIAH (UWE), pada saat ayahnya RM.H. RANA MENGGALA (generasi 4) meninggal sekitar tahun 1970an, ada prajurit utusan Kraton Yogyakarta membawa peti berukir yang berisi antara lain uang. Pada saat itu keturunan Pangeran Djonet sampai generasi ke 5 belum banyak yang mengetahui asal-usul yang mengarah kepada Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diartikan bahwa, pihak Kraton Yogyakarta mengetahui keberadaan Pangeran Djonet di Bogor dan ada kemungkinan sebetulnya pada saat Pangeran Djonet tinggal pertama di Bogor pun sudah ada komunikasi rahasia antara telik sandi kraton Yogyakarta dengan pasukan Pangeran Djonet di Bogor (mengapa masih rahasia, mengingat di kalangan kerabat Pangeran Diponegoro di Yogyakarta pada saat itu disinyalir masih banyak yang pro-kolonial). Sejauh ini diantara keturunan 7 anak Pangeran Djonet, sampai dengan generasi kelima (lahir 1930an-1950an) silsilah keluarga yang lebih rinci tentang keturunan Pangeran Djonet masih memerlukan verifikasi dan penyempurnaan,
wallahu alam bi sawab.
SILSILAH KELUARGA BESAR KETURUNAN RM. DJONET DIPAMENGGALA
Putra-putri
No. | Nama | Tempat/Lahir |
---|---|---|
1. | RM. NGABEHI DIPAMENGGALA | Jabaru, C-1833 |
2. | RM. HARJO DIPOMENGGOLO | Jabaru, C-1834 |
3. | RM. HARJO DIPOTJOKRO / PANGERAN GRINGSING I | Jabaru, C-1835 |
4. | RM. HARJO ABDUL MANAP | Jabaru, C-1836 |
5. | RM. KH. SAHID ANGKRIH | Jabaru, C-1835 |
6. | NYI MAS RAy. UKIN | Jabaru, C-1836 |
7. | NYI MAS RAy. OKAH | Jabaru, C-1837 |
Cucu
- 1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebak pasar, C-1854)
- 2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
- 2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH
- 2.3. RM.H. ABAS
- 2.4. RM.H. ABDULRACHMAN ADIMENGGOLO
- 2.5. RM.H. MUHAMMAD HASAN
- 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO / P.GRINGSING II
- 4.1. RM.H. EDOJ
- 4.2. RM.H. SAYYID YUDOMENGGOLO
- 4.3. NYI RAy.Hj. SARODJA
- 4.4. NYI RAy.Hj. AMANUNG
- 5.1. RM. ASMINI
- 5.2. RM. IDRIS
- 5.3. RM. ONDUNG
Buyut / Cicit
- 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
- 1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
- 1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879)
- 1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880
- 1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882
- 1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884
- 2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
- 2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA
- 2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
- 2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
- 2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
- 2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
- 2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT (Zelfstandig Patih Buitenzorg 1916-1925)
- 2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
- 2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
- 2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
- 2.3.1. RM.H. ARDJA
- 2.3.2. RM.H. SUMINTA (MALIK)
- 2.3.3. RAy.Hj. PATIMAH <menikah dgn> DJUARSA (Ayahnya Mayjen. ISHAK DJUARSA)
- 2.3.4. RAy.Hj. FATMAH <menikah dgn> 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA Cucu RM. NGABEHI DIPOMENGGOLO
- 2.3.5. RM.H. YACUB
- 2.3.6. RAy.Hj. SITI MARIJAM (Loji)
- 2.4.1. RAy.Hj. SUKIYAMAH
- 3.1.1. RM. HARJO DIPOHADIKUSUMO / P. GRINGSING III
- 4.1.1. RM.H. SINTOMENGGOLO
- 4.2.1. RM.H. SADIRI GONDOMENGGOLO
- 4.3.1. RM.H. SUMAWIDJAJA
- 4.3.2. NYI RAy.Hj. DANANG
- 4.3.3. NYI RAy.Hj. ANOK
- 4.3.4. NYI RAy.Hj. ENGKO
- 4.3.5. NYI RAy.Hj. TOJO (Ibu Bandung)
- 5.1.1. RM.H. ASMININ
- 5.1.2. RM.H. MALI
- 5.1.3. RM.H. MINAU
- 5.1.4. RM.H. IKING
- 5.1.5. RAy.Hj. UMI
Canggah
- 1.1.1.1. R.H. RAIS
- 1.1.1.2. R.Hj. ECIN
- 1.1.1.3. R.Hj. HALIMAH
- 1.1.1.4. R.Hj. SITI KHODIJAH
- 1.1.1.5. R.Hj. SITI MUKMINAH
- 1.1.1.6. R.Hj. SITI JUARIAH (Uwa UWE, Sempur)
- 1.1.1.7. R.H. MAHBUB
- 1.1.1.8. R.Hj. SITI MAEMUNAH
- 1.1.1.9. R.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
- 1.1.1.10. R.IYAN RIDWAN
- 1.1.2.1. R.H. YASIN (C-1910
- 1.1.2.2. R.H. ALI
- 1.1.2.3. R.H. ABDUL MANAN (Adung)
- 1.1.2.4. R.Hj. SUPIAH (Siti)
- 1.1.2.5. R.Hj. ENCUNG
- 1.1.2.6. R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
- 1.1.2.7. R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
- 1.1.2.8. R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
- 1.1.2.9. R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
- 1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
- 1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
- 1.1.3.1. R. BUSTOMI
- 1.1.3.2. R. ISMAIL
- 1.1.3.3. R. MUDJITABA
- 1.1.3.4. NYI R. SUAEBAH
- 1.1.3.5. NYI R. MAEMUNAH
- 1.1.4.1. R. ILYAS DAJIR
- 1.1.5.1. R. ILYAS DAJIR
- 1.1.5.2. R. ILYAS DAJIR
- 1.1.6.1. .............
- 1.1.6.2. R. SOLEH
- 1.1.6.3. R. SOFYAN ATS SAURI / YUSUF
- 1.1.6.4. R. ARIFIN
- 2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.1.2. R.H. UMAR SURIODIRDJO (Ciomas)
- 2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO Ciomas)
- 2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
- 2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas)
- 2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI (Ciomas)
- 2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
- 2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
- 2.2.1.1. R.H. KURAESIN
- 2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
- 2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas)
- 2.2.6.1. R.H. PANJI
- 2.2.6.2. R.H. PANDU
- 2.2.6.3. R.H. HASAN
- 2.2.6.4. R.H. KURAESIN
- 2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Ir. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
- 2.2.8.1. R.H. ACO UMAR
- 2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
- 2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
- 2.2.9.3. Rd.H. TATANG MUCHTAR (Ciluar)
- 2.2.9.4. NYI Rd. ICHA AISYAH (Di Belanda sejak 1935)
- 2.3.6.1. Drs.H.R. MANSYUR
- 2.3.6.2. H.R. SANUSI (Gunung Batu)
- 2.3.6.3. Drs.H.R. ENTJEP WAHAB (Jakarta)
- 3.1.1.1. R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO / P. GRINGSING IV (Magetan)
- 4.1.1.1. NYI Rd. HJ. S. AISYAH
- 4.1.1.2. NYI Rd. HJ. INA
- 4.1.1.3. NYI Rd. HJ. SITI
- 4.1.1.4. Rd. H. MARANA
- 4.1.1.5. NYI Rd. HJ. ARISAH
- 4.1.1.6. Rd. H. BARNAS SINTOMENGGOLO
- 4.1.1.7. NYI Rd. HJ. UTI
- 4.1.1.8. NYI Rd. HJ. UTA
- 4.1.1.9. NYI Rd. HJ. HATIMAH
- 4.1.1.10.Rd. H. SIDIQ SINTOMENGGOLO
- 4.2.1.1. Rd. H. KARTA
- 4.2.1.2. NYI Rd. HJ. JUHA
- 4.2.1.3. Rd. H. DARMA
- 4.2.1.4. Rd. H. DARNA
- 4.3.1.1. R.H. ENTUNA PARTAWIJAYA
- 4.3.2.1. R.H. PRAWIRA SOMANTRI
- 5.1.1.1. R. ABDUL LATIF
- 5.1.1.2. R. ARMANI
- 5.1.1.3. NYI Rd. JENAB
- 5.1.1.4. R. MURNAS
- 5.1.1.5. R. ABDURROHIM
- 5.1.1.6. R. ABDURROHMAN
Смрт: 1894, Wanagopa, Tegal
Raden Mas Roub/Raib/Raab/Pangeran Hasan 1816
Adalah adik kandung Raden Mas Joned. Usianya sekitar sembilan tahun ketika mengikuti ayahnya dalam medan perang. Bersama kakaknya dia ikut merasakan bagaimana kehidupan dalam pengungsian. Raden Mas Roub selalu mengikuti perjalanan ayahnya dalam medan perang. Selain karena putera dari isteri permaisuri kedua, Pangeran Diponegoro menyiapkan Raden Mas Roub agar kelak sebagai seorang pemimpin agama. Sampai di sini dapat dijelaskan bahwa ada 4 (empat) putera Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Ambon. Pada buku The Power of Prophecy tulisan Peter F Carey halaman 746 dijelaskan bahwa pada akhir tahun 1848 Pangeran Diponegoro menanyakan kepada gubernur jenderal di Makassar perihal tiga anaknya yaitu Pangeran Dipokusumo, Raden Mas Raib serta Pangeran Diponingrat yang diberitakan mengalami sakit tekanan jiwa. Pangeran Diponegoro juga menanyakan anaknya yang tertua yang mengalami pembuangan di Sumenep pada tahun 1834 setelah memberontak di Kedu, dan belum pernah berkirim kabar.
Segudang Misteri dari Dukuh Wanagopa (27 Maret 2015)
Dukuh Wanagopa terletak di Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Berjarak ± 4,5 KM di barat daya pusat Kecamatan Warureja. Dukuh Wanagopa juga berada di perbatasan antara Kecamatan Warureja dan Suradadi. Letak yang strategis dengan tiga sungai yang mengalir di dalamnya, antara lain : Sungai Kunci, Sungai Pedati, dan Sungai Jimat, membuat mayoritas penduduk Dukuh Wanagopa memilih bekerja sebagai petani.
Dukuh Wanagopa memiliki salah satu peninggalan sejarah yaitu Makam Kyai Hasan atau yang dikenal warga setempat dengan nama Mbah Wana. Menurut sejarah, Kyai Hasan merupakan anak kedua dari Pangeran Diponegoro dari istri keempatnya, yaitu Raden Ayu Manduretno. Kyai Hasan memiliki nama lain Raden Mas Raib atau Pangeran Hasan. Pada saat perang Diponegoro berlangsung Kyai Hasan berumur 9 tahun, beliau sering membantu ayah dan kakak kandungnya yang bernama Mas Joned. Akhirnya mereka ditangkap oleh pihak Belanda pada tanggal 18 Maret 1830 dan diasingkan ke Ambon. Namun pada tahun 1848, Kyai Hasan pun kembali ke tanah Jawa atas seizin Van den Bosch, kemudian beliau mengembara sembari menyebarkan agama Islam di sekitar lereng Gunung Slamet, dan sampailah di sebuah Desa yang ketika itu sudah dibangun oleh Mbah Ibrohim seorang pendatang dari Desa Bumiharja pada tahun 1870. Kemudian desa itu diberi nama Wanagopa. Menurut Bapak Abdul Salam, S.Ag sejarawan wanagopa mengatakan bahwa Wanagopa berasal dari dua kata yaitu Wana dan Gopak. Wana berarti hutan dan Gopak berarti petak, jadi disimpulkan bahwa Wanagopa dibuat dengan menebang hutan secara berpetak-petak. Selain itu nama Wanagopa merupakan bentuk penghargaan Mbah Ibrohim kepada Kyai Hasan/Mbah Wana. Disisa hidupnya Kyai Hasan menghabiskan waktunya dengan mendekatkan diri pada Allah. Pada tahun 1896-an beliau wafat dan dimakamkan di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Tetapi beberapa pihak mengatakan bahwa Kyai Hasan meninggal di Panggung Tegal. Namun kenyataannya, makam Kyai Hasan sendiri berada di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman.Свадба: <37> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Sultan [Gp.Hb.6.2] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng (Roromunting) [Prawirorejoso]
Свадба: <56!> ♀ Kanjeng Mas Hemawati [Hamengku Buwono]
Свадба: <38> ♀ Bendoro Raden Ayu Panukmowati [Ga.Hb.5.2] [?]
Свадба: <39> ♀ Bendoro Raden Ayu Dewaningsih [Ga.Hb.5.1] [?]
Свадба: <40> ♀ Bendoro Raden Ayu Retno Sriwulan [Ga.Hb.5.3] [?]
Титуле : од 19 децембар 1823, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
Титуле : од 17 јануар 1828, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
Свадба: <41> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
Титуле : 1839, Yogyakarta, Letnan Kolonel
Титуле : 1847, Yogyakarta, Kolonel
Развод: <41!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
Свадба: <42> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.3.2.22] / Bendoro Raden Ayu Andaliya [Gp.Hb.5.2] [Hamengku Buwono III] b. 1834 d. 25 мај 1919, Yogyakarta
Смрт: 5 јун 1855, Imogiri, Astana Besiyaran
Riwayat pemerintahan Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Raden Mas Mustoyo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1821. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda.Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1821 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertahta berumur 2 (dua) tahun.
Hamengkubuwana V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif, dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.
Kebijakan Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Raden Mas Ariojoyo (nantinya Hamengkubuwana VI). Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan Sultan dengan Raden mas Ariojoyo.
Keadaan semakin menguntungkan Raden Mas Ariojoyo setelah ia berhasil mempersunting putri Kesultanan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 Sultan sendiri, Kanjeng Mas Hemawati. Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa pemerintahannya.
Sri Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno ("wafat oleh yang dicinta"), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke-5-nya, yaitu Kanjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sri Sultan suaminya.[2]
Ketika insiden pembunuhan itu terjadi, permaisuri Sultan HB V yakni Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, sedang hamil tua. 13 hari pasca sultan tewas, lahirlah anak yang dikandungnya itu dan seharusnya menjadi penerus tahta Yogyakarta. Putra mahkota Sultan HB V tersebut diberi nama Raden Mas Kanjeng Gusti Timur Muhammad.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_V
Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono V Salah satu mahakarya yang lahir di era beliau adalah Serat Makutha Raja. Di dalamnya memuat tentang prinsip-prinsip dasar menjadi raja yang baik. Dari karya ini dapat dilihat visi ke depan Sultan Hamengku Buwono V yang sangat memihak kepada rakyat.
Serat Makutho Raja ini pula yang nantinya menjadi pedoman bagi raja-raja selanjutnya, dan juga menjadi rujukan bagi pemimpin-pemimpin di luar keraton. Serat Makutho Raja ini kurang lebih mengandung nasehat-nasehat dari Kitab Tajussalatin.
Kitab Tajussalatin diterjemahkan di era Sri Sultan Hamengku Buwono V. Kemudian lahir pula karya lain seperti Suluk Sujinah, Serat Syeh Tekawardi dan Serat Syeh Hidayatullah.
Sri Sultan Hamengku Buwono V juga menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap kegiatan-kegiatan seni, terutama seni tari. Beliau memimpin sendiri komunitas tari di istana. Bahkan, beberapa sumber juga mengatakan ia turut menjadi penari.
Disamping tarian, Sri Sultan Hamengku Buwono V memprakarsai Gendhing Gati yang memadukan alat musik diatonis seperti terompet, trombon, suling dan jenis drum atau tambur dengan karawitan Jawa. Gendhing Gati ini lazimnya digunakan dalam gerak Kapang-Kapang pada tari Bedaya atau Serimpi, yaitu komposisi ketika masuk atau keluar dari ruang tari.
Pada era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V juga terdapat keunikan-keunikan lain dalam pelembagaan tari. Beliau membentuk kelompok penari Bedaya yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita, digantikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut kelompok Bedaya Kakung.
Karya seni tari lain yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono V adalah Tari Serimpi Renggawati yang ditarikan oleh lima orang penari, yang salah satunya berperan sebagai Dewi Renggawati. Jalan cerita tari ini menggambarkan kisah Prabu Anglingdarma.
Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono V juga mengembangkan seni wayang orang. Pada masanya tak kurang dari lima judul lakon yang sering dipertunjukkan yakni Pragulamurti, Petruk Dadi Ratu, Angkawijaya Krama, Jaya Semedi dan Pregiwa-Pregiwati.
Media:https://www.kratonjogja.id/raja-raja/6/sri-sultan-hamengku-buwono-vСвадба: <43> ♀ Putri Kerajaan Brunei [?]
Свадба: <44> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnodiningrum [Ga.Hb.6.7] [?]
Свадба: <45> ♀ Bendoro Raden Ayu Murtiningrum [Ga.Hb.6.6] [?]
Свадба: <46> ♀ Bendoro Raden Ayu Pujoretno [Ga.Hb.6.2] [?]
Свадба: <47> ♀ Bendoro Raden Ayu Dewiningrum [Ga.Hb.6.8] [?]
Свадба: <48> ♀ Bendoro Raden Ayu Puspitoningrum [Ga.Hb.6.5] [?]
Свадба: <49> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnoningdiah [Ga.Hb.6.3] [?]
Свадба: <50> ♀ Bendoro Raden Ayu Sasmitaningrum [Ga.Hb.6.4] [?]
Свадба: <51> ♀ Bendoro Raden Ayu Tedjaningsih [Ga.Hb.6.1] [?]
Свадба: <37!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Sultan [Gp.Hb.6.2] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng (Roromunting) [Prawirorejoso]
Свадба: <52> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Gp.Hb.6.1] ? (Gusti Kanjeng Ratu Hamengku Buwono, Pakubuwono VIII) [Pakubuwono VIII] , Yogyakarta
Титуле : од 5 јул 1855, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana VI Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping VI
Свадба: <122!> ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Angabehi [Hb.5.1] / Bendoro Raden Ayu Gondokusumo [Gp.Hb.6.3] [Hamengku Buwono V] , Yogyakarta
Развод: <122!> ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Angabehi [Hb.5.1] / Bendoro Raden Ayu Gondokusumo [Gp.Hb.6.3] [Hamengku Buwono V]
Смрт: 20 јул 1877, Yogyakarta
Riwayat Pemerintahan Nama asli Sultan Hamengkubuwana VI adalah Raden Mas Mustojo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tahun 1821.
Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu Hamengkubuwana V pada tahun 1855, setelah Hamengkubuwana V meninggal secara misterius. Pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi yang besar yang meruntuhkan sebagian besar Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gede (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.
Pada masa Hamengkubuwana V, Raden Mas Mustojo adalah seorang penentang keras kebijakan politik perang pasif kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang ada di bawah Kerajaan Belanda. Namun setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi Hamengkubuwana VI, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.
Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI kemudian mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VI, namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan Danuredjo V, patih Keraton Yogyakarta saat itu. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin kuat pada masa pemerintahan HB VI, apalagi setelah dia menikah dengan putri Kesultanan Brunai.
Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa dengan kerajaan-kerajaan lain, tercatat bahwa Sultan HB VI dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Tapi lambat laun hubungan dengan pemerintahan Hindia-Belanda agak mulai menuai konflik tertama karena keraton Yogyakarta kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Hindia-Belanda dan Kerajaan Belanda.
Pemerintahan Hamengkubuwana VI berakhir ketika ia meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877. Ia digantikan putranya sebagai sultan selanjutnya bergelar Hamengkubuwana VII.Свадба: <98!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.6.10] [Gp.Pa.4.1] [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <53> ♀ Raden Ayu Pujaningrum [Ga.Pa.4.1] [?]
Свадба: <54> ♀ Raden Ayu Pujoretno [Ga.Pa.4.2] [?]
Свадба: <55> ♀ Raden Ayu Rengganingsih [Ga.Pa.4.3] [?]
Титуле : од 1 децембар 1864, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat bergelar Prabu Paku Alam IV
Смрт: 24 децембар 1878, Yogyakarta
Pada 1 Desember 1864 RM Nataningrat ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat menggantikan almahrum pamannya. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemunduran Kadipaten Pakualaman. Banyak dari kebijakan Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menimbulkan ketidakpuasan. Selain itu ia tidak begitu mahir dalam hal kesusastraan dan kebudayaan. Di keluarga besar Paku Alam pun terjadi beberapa perubahan yang cenderung kurang baik akibat sering bergaul dengan orang-orang Belanda. Kemewahan dan foya-foya menjadi penyebab kehancuran beberapa anggota keluarga Paku Alam.
Namun disamping itu, dengan perjanjian politik 1870, Kadipaten Pakualaman diperkenankan memiliki setengah batalyon infantri dan satu kompi kavaleri. Legiun ini lebih besar dari angkatan perang yang diperbolehkan pada masa para pendahulunya. Perlu ditambahkan pula, KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] mengirim seorang pegawai laki-lakinya untuk menuntut ilmu di Kweekschool Surakarta dan seorang pegawai perempuannya untuk menuntut ilmu kebidanan di Jakarta. Agaknya inilah yang akan mendorong para Paku Alam selanjutnya untuk menyekolahkan anggota keluarga besar Paku Alam ke sekolah Belanda.
KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menikah pertama kali dengan Putri Bupati Banyumas yang kemudian diceraikan karena sakit. Perkawinan yang kedua dengan GK Ratu Ayu putri Hamengkubuwono VI. Namun lagi-lagi seperti perkawinan yang pertama ia tidak memperoleh anak. GK Ratu Ayu selanjutnya juga diceraikan. Perlu dicatat GK Ratu Ayu kemudian menikah dengan Bupati Demak dan melahirkan Bupati Jepara, ayah RA Kartini. KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] hanya memiliki 2 putra-putri yang berasal dari selir. Pada 24 September 1878 ia mangkat dan dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.Свадба: <75!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Timur [Paku Alam III]
Титуле : од 11 април 1901, Yogyakarta, Gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI
Смрт: 9 јун 1902, Kulon Progo
7
== ASAL-USUL ==
RADEN NGABEHI DIPOMENGGOLO alias KH. SAFAWI, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1833 putra ke 1 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai 1 orang anak : 1. RM. KH. USMAN BAKHSAN Dipomenggolo
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak) #0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA #1. BPH. Diponegoro #2. RM. Djonet Dipamenggala #3. RM. Ngabehi Dipamenggala
KETURUNAN
#1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA (C-1833) 1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebakpasar, C-1854)><Nyi Rd Kuraesin (Cucu RA. Mangkuwidjaja, Bupati Bogor tahun 1865-1870) 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877) 1.1.1.1. RA.DJUHRO 1.1.1.2. RA.DJUHRIAH 1.1.1.3. RM.H. RAIS 1.1.1.4. RA.Hj. ECIN 1.1.1.5. RA.Hj. HALIMAH 1.1.1.6. RM. ACEP USMAN 1.1.1.7. RA. DJUBAEDAH 1.1.1.8. RM. HASBULLOH 1.1.1.9. RA.Hj. SITI KHODIJAH 1.1.1.10. RA.Hj. SITI MUKMINAH 1.1.1.11. RM.H. MAHBUB 1.1.1.12. RA.Hj. NENENG MAEMUNAH 1.1.1.13. RA.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng) 1.1.1.14. RM.IYAN RIDWAN 1.1.1.15. RM. IBRAHIM 1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878) 1.1.2.1. R.H. YASIN (C-1910 1.1.2.1.1. R. ENDUS 1.1.2.1.2. R. SALMAH (Encal) 1.1.2.1.2.1. R. HARUN AL-RASYID 1.1.2.1.3. R. SUHANDA (Kang AA) 1.1.2.1.4. R. ARSYAD (Kang OO) 1.1.2.1.5. R. SUKARNA (Kang UU) 1.1.2.1.5.1. R. ENEN 1.1.2.1.5.2. R. DIDING 1.1.2.1.5.3. R. ENTIN 1.1.2.1.6. R. SUKARNI (Kang Ani) 1.1.2.1.6.1. R. SUKANTA 1.1.2.1.7. R. MUTHOLIB (Toto) 1.1.2.1.7.1. R. DEDI NURTHOLIB (Nunuy) 1.1.2.1.7.1. R. IIS 1.1.2.1.7.1. R. DEDE 1.1.2.2. R.H. ALI 1.1.2.2.1. R.H. JUMENA 1.1.2.3. R.H. ABDUL MANAN (Adung) 1.1.2.3.1. R. SASTRA (Caca) 1.1.2.3.2. R. ENOH 1.1.2.3.3. R.H DIDIH 1.1.2.3.4. R. CICIH 1.1.2.3.5. R. SUPARTI 1.1.2.3.5.1. Kang Eddy 1.1.2.3.5.2. R.Pepen Supendi 1.1.2.3.5.3. R.Neni 1.1.2.3.5.4. R.Yeti 1.1.2.4. R.Hj. SUPIAH (Siti) 1.1.2.4.1. R. DJAKA 1.1.2.4.1.1. R. Abdul Kadir (Oding) 1.1.2.4.2. R. ANONG KRAMAATMAJA <menikah dengan> MA. SALMUN RAKYADIKARIA (Pujangga Sunda, asal Banten) 1.1.2.4.2.1. R. Jatayu Wiyati Salmun (Uyu) 1.1.2.5.2.1.1. R. Riefa Sayyidina 1.1.2.5.2.1.2. R. Yutimma Dewiaty 1.1.2.4.2.2. R. Yeti 1.1.2.4.2.3. R. Parti 1.1.2.4.2.4. R. Iwan 1.1.2.4.2.5. R. Aas 1.1.2.4.2.6. R. Neni 1.1.2.4.2.7. R. Hedi 1.1.2.4.2.8. R. Ented 1.1.2.4.3. R.Hj. HALIMAH (Emah) 1.1.2.4.4. R.Hj. EMPIN (Rapi'ah) 1.1.2.4.5. R.H. DJAJUSMAN (Jayus) 1.1.2.4.6. R. SOLEH 1.1.2.5. R.Hj. ENCUNG 1.1.2.5.1. R. NANI (Eneng) 1.1.2.6. R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911) 1.1.2.6.1. R. JATNIKA JAYAKUSUMAH (Enjat) 1.1.2.6.1.1. R. EDI WAHYUDI 1.1.2.6.1.1.1. R. YUDHA 1.1.2.6.1.1.2. R. ENENG 1.1.2.6.1.1.3. R. TATI 1.1.2.6.1.1.4. Rb. MOCH HAPI 1.1.2.6.2. R. LUKMAN JAYAKUSUMAH (Maman) 1.1.2.6.3. R. NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (Enis) 1.1.2.6.3.1. R. PEPEN RUSPENDI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.1.1. Rb. YANA RUBIYANA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.1.2. Rb. AGUSTANJAYA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.1.3. Rr. NURWINA SEPTI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.1.4. Rr. RIZKI MELINA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.2. R. ENDANG SUHENDAR DIPONEGORO 1.1.2.6.3.2.1. Rr. INESIA VIOLINA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.2.2. Rb. M. HARPA RAMADHAN DIPONEGORO 1.1.2.6.3.2.3. Rb. M. GITAR RAMADHAN DIPONEGORO 1.1.2.6.3.3. R. SUPRIATINI DIPONEGORO (Tintin) 1.1.2.6.3.3.1. R. EKA SANDRA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.3.2. R. AIDA NANDARA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.4. R. LILIH SURYYA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.4.1. Rb. RANDY ADITYANA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.4.2. Rr. ALIN NURGIANTY DIPONEGORO 1.1.2.6.3.4.3. Rr. DITA TRIJAYANTI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.4.4. Rb. IVAN WIRANATA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5. R. MARYATI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5.1. Rb. NIKI ADRIAN PURNAMA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5.2. Rr. RANTI DWILESTARI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5.3. Rb. JODI TRIADI DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5.4. Rr. GITA SEPTIA PERMATA DIPONEGORO 1.1.2.6.3.5.5. Rr. VERDA FAUZIYAH RACHMAN DIPONEGORO 1.1.2.6.3.6. R. DENI SUPRAMANA DIPONEGORO(Wafat 2012) 1.1.2.6.4. R.H. SURYA KUSUMAH (Cecep) 1.1.2.6.4.1. R. Hedi Hadiwinata 1.1.2.6.4.1.1. Rr. Anisa Nurditasari 1.1.2.6.4.1.2. Rb. Muhammad Arditya Hadiwinata 1.1.2.6.4.2. R. Henny Handayani 1.1.2.6.4.1.1. Rr. Afifah Rachmalia 1.1.2.6.4.1.2. Rr. Nabila RAchmani 1.1.2.6.4.1.3. Rb. M. Rizki Asidiq 1.1.2.6.4.3. R. Adi Karyadi 1.1.2.6.4.1.1. Rb. Moh. Raghit Putra Karyadi 1.1.2.6.4.1.2. Rb. Moh. Rehan Putra Karyadi 1.1.2.6.5. R. HARJA SUTISNA JAYAKUSUMAH (Entis) 1.1.2.6.5.1. R. Toto 1.1.2.6.5.1.1. Putra Toto ke 1 1.1.2.6.5.1.2. Putra Toto ke 2 1.1.2.6.5.2. R. Yayat 1.1.2.6.5.2.1. Putra Yayat ke 1 1.1.2.6.5.2.2. Putra Yayat ke 2 1.1.2.6.5.3. R. Tina Herlina (Nina) 1.1.2.6.5.3.1. Putra Nina ke 1 1.1.2.6.5.3.2. Putra Nina ke 2 1.1.2.6.5.4. R. Kurnia 1.1.2.6.5.4.1. Putra Kurnia ke 1 1.1.2.6.5.4.2. Putra kurnia ke 2 1.1.2.6.5.5. R. Hira 1.1.2.6.6. R. MUSLIHAT JAYAKUSUMAH (Emung) 1.1.2.6.6.1. R. Bambang Meirano 1.1.2.6.6.1.1. Rb. M. Arul 1.1.2.6.6.1.2. Rr. Luthfiah (Lulut) 1.1.2.6.6.2. R. Irwan Junarsa 1.1.2.6.6.3. R. Nur Endah Noviani (Nuri) 1.1.2.6.6.3.1. Rb. Sihabuddin 1.1.2.6.6.3.2. Rb. Fachri 1.1.2.6.7. R. MULYADI JAYAKUSUMAH (Yadi) 1.1.2.6.7.1. R. Dian Mardiana 1.1.2.6.7.1.1. Rr. Sifa 1.1.2.6.7.1.2. Rb. Defa 1.1.2.6.7.2. R. Fitria Yulianti 1.1.2.6.7.2.1. Rr. Dea 1.1.2.6.7.2.2. Rb. Yofa 1.1.2.6.7.2.3. Rr. Deean Coco 1.1.2.6.7.3. R. Mulya Saputra 1.1.2.6.7.3.1. Rb. Axel Alvito Meola 1.1.2.6.8. R. DODY SUYATNA JAYAKUSUMAH (Dodot/Dody) 1.1.2.6.8.1. R. Irene Anggraeni 1.1.2.6.8.1.1. Rb. Daffa Adillah 1.1.2.6.8.1.2. Rr. Syahla Dheandra Zahran 1.1.2.6.8.1.3. Rr. Alma Hiraku Pramuditha 1.1.2.6.8.2. R. Rangga Permana Kusumah (Angga) 1.1.2.6.8.2.1. Putra Angga Ke 1 1.1.2.6.9. R. RIDWAN JAYAKUSUMAH (Wawang) 1.1.2.6.9.1. R. Bahraini Riza 1.1.2.6.9.1.1. Rr. Bahraini Putri 1.1.2.6.9.1.2. Rb. Bahraini putra 1.1.2.6.9.2. R. Budhi Nusantara 1.1.2.6.9.2.1. Rb. Budhi Putra 1.1.2.6.9.2.2. Budhi Putra ke 2 1.1.2.6.9.3. R. Bella Kusnandar 1.1.2.6.9.3.1. Rb. Nizar Maulana 1.1.2.6.9.3.2. Rb. Aqeela 1.1.2.6.9.3.3. Rr. Bella Putri 1.1.2.6.9.4. R. Rina Kusmawati 1.1.2.6.9.4.1. Putra ke 1 Rina 1.1.2.6.9.4.2. Putra ke 2 Rina 1.1.2.6.10. R. RAFIUDIN JAYAKUSUMAH (Dingding, tidak berputra) 1.1.2.6.11. R. SUDRAJAT JAYAKUSUMAH (Jajat) 1.1.2.6.11.1. Rr. Rina Oktaviani 1.1.2.6.11.2. Rr. Debi Aprianti 1.1.2.6.11.3. Rb. Heri (tidak berputra) 1.1.2.6.11.4. R. Hari Sephandri (AO) 1.1.2.6.11.3.1. Putra Ari ke 1
1.1.2.7. R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata) 1.1.2.7.1. R.Hj. NUNUNG NURJUARIAH 1.1.2.7.2. R.Hj. NINIH NURJANAH 1.1.2.7.3. R. YAYAH 1.1.2.7.4. R. ENDANG 1.1.2.7.5. R. ODIN 1.1.2.8. R.MASDIR KURNAEN (Aeng) 1.1.2.8.1. R.Hj. KURNIATI (Iis) <menikah dengan> DR.Ir.H. FACHRUDDIN (Rektor UNHAS) 1.1.2.8.2. R. KASWATI (Kotih) 1.1.2.8.2.1. Drs. R. Deddi Fardillah 1.1.2.8.2.2. R. Finny Redjeki, SE, MM 1.1.2.8.2.3. R. Arif Budiman
1.1.2.9. R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF 1.1.2.9.1. R. MEMET SAPUTRA (Ahmad) 1.1.2.9.2. R. YEYET RUSMIATI
1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati) 1.1.2.10.1. R. HEDI SUMARDI 1.1.2.10.2. R. EMBED SUHARLI 1.1.2.10.3. R. SOPIAH (Iyong)
1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN 1.1.2.11.1. R. HAYATI (Titi)
1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879) 1.1.3.1. R. Bustomi 1.1.3.2. R. Ismail 1.1.3.3. R. Mudjitaba 1.1.3.4. Nyi R. Suaebah 1.1.3.5. Nyi R. Maemunah 1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880 1.1.4.1. RH. Drs. Ilyas Dajir (Ciawi-Seuseupan) 1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882 1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884 1.1.6.1. ......................... 1.1.6.2. R. Sholeh 1.1.6.3. R. Sofyan Ats Sauri 1.1.6.3.1. R. Ahmad Qohar 1.1.6.4. R. Arifin== PEKERJAAN ==
ASAL-USUL
RADEN MAS HARJO DIPOMENGGOLO alias AYAH KULON, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1834 putra ke 2 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai orang anak : 1. RM. H. Brodjomenggolo 2. RAy. Hj. Gondomirah 3. RM. H. Abbas 4. RM. H. Abdurrahman Adi Menggolo 5. RM. H. Muhamad Hasan
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak) #0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA #1. BPH. Diponegoro #2. RM. Djonet Dipomenggolo #3. RM. Harjo Dipomenggolo
KETURUNAN
#2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (C-1834) 2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO 2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas) 2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas) 2.1.1.1.1. R.H. Djunaeni 2.1.1.1.2. R.H. Masca Suroatmojo 2.1.1.1.2.1. R. Suratmi 2.1.1.1.2.2. R. Sukendar 2.1.1.1.2.3. R. Sulaeman 2.1.1.1.2.4. R. Suhardi 2.1.1.1.2.5. R. Sudarjat 2.1.1.1.2.6. R. Suheni 2.1.1.1.2.7. R. Supiati 2.1.1.1.2.8. R. Surachman 2.1.1.2. R.H. UNENG SURIODIRDJO (Ciomas) 2.1.1.2.1. R.H. Dadang Pandji 2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna 2.1.1.2.1.1.1. R. Enda Juanda 2.1.1.2.1.1.1.1. R. Najla Ramadhani 2.1.1.2.1.1.2. R. Irma Resmiati 2.1.1.2.1.1.3. R. Dudi Kurnia 2.1.1.2.1.1.4. R. Adi Purnama 2.1.1.2.1.2. R. Juwariyah 2.1.1.2.1.2.1. R. Denny Rusian Achmed 2.1.1.2.1.2.1.1. R. Firdha Sapta Erlina 2.1.1.2.1.2.1.2. R. Sukma Harining Cakraningrat 2.1.1.2.1.2.2. R. Ebbet Surya Subakti 2.1.1.2.1.2.2.1. R. Dewi Suryani Oktaviana 2.1.1.2.1.2.2.2. R. Endang Dewa Supana 2.1.1.2.1.2.2.3. R. Siti Zahra Subakti 2.1.1.2.1.2.3. R. Triana Jaka Lesmana 2.1.1.2.1.2.3.1. R. Syechnoor Faris Lesmana 2.1.1.2.1.2.3.2. R. Rivanny Bunga Lesmana 2.1.1.2.1.2.4. R. Tita Novita Skartika 2.1.1.2.1.2.4.1. R. Rizky Pradana 2.1.1.2.1.2.4.2. R. Reza Purnama 2.1.1.2.1.2.4.3. R. Rasyid Fadillah 2.1.1.2.1.2.5. R. Rikky Nandang Permana 2.1.1.2.1.2.5.1. R. Aidah Faizah Permana 2.1.1.2.1.2.5.2. R. Aisyah Raihanah Permana 2.1.1.2.1.2.5.3. R. Raihan Permana 2.1.1.2.1.2.6. R. Muchammad Ichwan Karunia 2.1.1.2.1.2.6.1. R. Zidane Nayadikara Karunia 2.1.1.2.1.2.6.2. R. Keysha Jasmine Karunia 2.1.1.2.1.3. R. Muhammad Hidayat 2.1.1.2.1.3.1. R. Fitri Yanti 2.1.1.2.1.3.1.1. R. Tommy Faisal 2.1.1.2.1.3.2. R. Fatmawati 2.1.1.2.1.3.2.1. R. Audry Velma Calysta 2.1.1.2.1.3.2.2. R. Zyhan Kameylia Calysta 2.1.1.2.1.3.3. R. Anah Yuliastanti 2.1.1.2.1.3.3.1. R. Lolita Wibiyono 2.1.1.2.1.3.3.2. R. Angreini Wibiyono 2.1.1.2.1.3.3.3. R. Andini Wibiyono 2.1.1.2.1.3.3.4. R. Kanaya Wibiyono 2.1.1.2.1.3.4. R. Sari Komalasari 2.1.1.2.1.3.5. R. Ratna Dewi 2.1.1.2.1.3.6. R. Meti Rahmawati 2.1.1.2.1.3.7. R. Meta Melisa 2.1.1.2.1.4. R. Euis Sukaesih 2.1.1.2.1.4.1. R. Endang Kosasih 2.1.1.2.1.4.1.1. RR. Vernna Nurjannah 2.1.1.2.1.4.1.2. RR. Verlasya Khayira 2.1.1.2.1.4.2. R. Dede Komariah 2.1.1.2.1.4.3. R. Agus Supriatna 2.1.1.2.1.5. R. Siti Juleha 2.1.1.2.1.5.1. R. Muhammad Effendi (alm) 2.1.1.2.1.5.2. R. Dewi Puspa Sari (alm) 2.1.1.2.1.5.3. R. Abdul Azis 2.1.1.2.1.5.3.1. R. Muhammad Rassya Pratama 2.1.1.2.1.5.3.2. R. Muhammad Faza Adzima 2.1.1.2.1.5.4. R. Suprihatini (alm) 2.1.1.2.1.5.5. R. Rahmah Rahayu 2.1.1.2.1.5.4.1. R. Muhammad Azzam Fahrezi 2.1.1.2.1.5.6. R. Arif Bahtiar 2.1.1.2.1.6. R. Muhammad Taufik 2.1.1.2.1.6.1. R. Dinda Nur Ayu Lestari 2.1.1.2.1.6.1.1. RR. Nayla Syakila 2.1.1.2.1.6.2. R. Adietya Dwi Cahyadi 2.1.1.2.1.6.2.1. RR. Audrey Izzatunnisa Cahyani 2.1.1.2.1.7. R. Neneng Sukemi 2.1.1.2.1.7.1. R. Endang Fadillah 2.1.1.2.1.7.2. R. Lina Aprilia 2.1.1.2.1.8. R. Muhammad Lukman 2.1.1.2.1.8.1. R. Leni Kurnia Sari 2.1.1.2.1.9. R. Indah Ratnawati 2.1.1.2.1.10.R. Dedeh Juwita 2.1.1.2.1.11.R. Nur Aini Oktavia 2.1.1.2.1.12.R. Dedi Priatna 2.1.1.2.1.12.1.R. Muhammad Axelle 2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO (Ciomas) 2.1.1.3.1. R. H. Ading 2.1.1.3.2. R. Djohariah 2.1.1.3.3. R. H. Djajasukarta 2.1.1.3.4. R. Djumirah 2.1.1.3.5. R. Djula 2.1.1.3.6. R. Nurbaja 2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO 2.1.1.4.1. R. Eem Suhaimi <menikah dgn 2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna 2.1.1.4.2. R. Endjuh 2.1.1.4.3. R. H. MUH Sanusi 2.1.1.4.4. R. H. Sukardi 2.1.1.4.5. R. Enah 2.1.1.4.6. R. Endah 2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas) 2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas) 2.1.2.1.1. R. Djamhari Djunaedi Mantarena 2.1.2.1.1.1 R. Endjoh Danumihardja 2.1.2.1.1.1.1. R. Lukman Danumihardja 2.1.2.1.1.1.1.1. R. Mohamad Aliyudin Danumihardja (Yudhi) 2.1.2.1.1.2 R. Ahmad Sanusi 2.1.2.1.1.3 R. Ningrum 2.1.2.1.1.4 R. Rukminah 2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas) 2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas) 2.1.2.3.1. R. Narijah 2.1.2.3.2. R. Hawirodja 2.1.2.3.3. R. Ningrat 2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas) 2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI ADINATA (Ciomas) 2.1.3.1.1. R. Muhammad ALI 2.1.3.1.2. R. Muhammad Soleh 2.1.3.1.3. R. Muhammad Sidik 2.1.3.1.4. R. Muhammad As'ari 2.1.3.1.4.1. R.Anwar Basari 2.1.3.1.4.1.1. R. Hamdhani Zul Faqor 2.1.3.1.5. R. Romlah 2.1.3.1.6. R. Djuhro 2.1.3.1.7. R. Aisyah 2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas) 2.1.3.2.1. R. Muchtar 2.1.3.2.2. R. Syafaat 2.1.3.2.3. R. Munajat 2.1.3.2.4. R. Hasanah 2.1.3.2.5. R. Abdullah 2.1.3.2.6. R. Habibah 2.1.3.2.7. R. Jajaria 2.1.3.2.8. R. Jenab 2.1.3.2.9. R. Sidah 2.1.3.2.10.R. Sarah 2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji) 2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji) 2.1.4.1.1. NYI Rd.UHA (loji) 2.1.4.1.2. NYI Rd.Anung 2.1.4.1.3. NYI Rd.Atjih
2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH <menikah dgn> Rd. SURYADIMENGGALA (KRT. Buitenzorg, Trah Sumedang) 2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA 2.2.1.1. R.H. KURAESIN 2.2.1.1.1. R. Mama Jaya 2.2.1.1.2. R. Muhammad Tohir 2.2.1.1.3. NYI R. Ratnasari 2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA 2.2.1.2.1. R. Wiradikusumah 2.2.1.2.2. R. Moh. Toha 2.2.1.2.2.1. NYI R. Soleha 2.2.1.2.2.2. R. Musa 2.2.1.2.3. R. Achmad 2.2.1.2.3.1. NYI R. Sukarsih 2.2.1.2.3.2. R. Gunawan 2.2.1.2.3.3. R. Harun 2.2.1.2.3.4. NYI R. Supiah 2.2.1.2.3.5. NYI R. Siti Entit 2.2.1.2.3.6. R. Jamil 2.2.1.2.3.7. NYI R. Sumini 2.2.1.2.4. R. Muh Agus 2.2.1.2.4.1. NYI R. Juhro 2.2.1.2.5. R. Hasan 2.2.1.2.5.1. R. Amirsyah 2.2.1.2.5.2. NYI R. Harsinah 2.2.1.2.5.3. NYI R. Jumiati 2.2.1.2.5.4. R. Jaenalludin 2.2.1.2.6. NYI R. Julaeha 2.2.1.2.7. NYI R. Salmah 2.2.1.2.8. NYI R. Mari 2.2.1.2.9. NYI R. Juhro 2.2.1.2.10.NYI R. Hadijah 2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas) 2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA 2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH 2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH 2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH 2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT 2.2.6.1. R.H. PANJI 2.2.6.2. R.H. PANDU 2.2.6.3. R.H. HASAN 2.2.6.4. R.H. KURAESIN 2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT 2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Dr. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional 2.2.7.1.1. R. Mayjen (pur) Roeshan Roesli 2.2.7.1.1.1. R. dr Ratwini Roesli, SpTHT 2.2.7.1.1.2. R. dr Utami Roesli, SpA, Ibclc, Fabm 2.2.7.1.1.3. R. Prof. Dr. dr Rully MA Roesli, SpPD.KGH 2.2.7.1.1.4. R. Prof. Dr. Harry Roesli \ Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli 2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO 2.2.8.1. R.H. ACO UMAR 2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH 2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng) 2.2.9.1.1. Nyi Rd. Halimah 2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi) 2.2.9.2.1. Rd.H.A.B. Yogapranatha (Alm) 2.2.9.2.2. Rd. Syafei (Alm) 2.2.9.2.3. Nyi Rd. Tuti Guritna 2.2.9.2.3.1. Rd. H. Adang Yusuf Martadiredja <menikah dgn> 2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah 2.2.9.2.3.1.1. Rd. Damon Yusuf Martadiredja 2.2.9.2.3.1.1.1. Rd. M.Yasin Vahreza Yusuf Martadiredja (Reza Wahyu Martadiredja) 2.2.9.2.3.1.1.2. Rd. M.Yasin Vahrezi Yusuf Martadiredja (Rezi Wahyu Martadiredja) 2.2.9.2.3.1.1.3. Rd. Nur Illahi Vahriva Mudaim (Riva Wahyu Martadiredja) 2.2.9.2.3.1.1.4. Rd. Nur Husna Dewinda Fatmah (Winda Fatmah Martadiredja) 2.2.9.2.3.1.1.5. Rd. Nazwa Mustika Negara (Ica Wahyu Martadiredja) 2.2.9.2.3.1.2. Rd. Gunawan Yusuf Martadiredja 2.2.9.2.3.1.2.1. Rd. Rahmania Purwagunifa 2.2.9.2.3.1.2.2. Rd. Fathan Adi Gunawan 2.2.9.2.3.1.3. Rd. Ade Nine Siti Mariam ( Wafat Saat Bayi ) 2.2.9.2.3.1.4. Rd. Nanang Firman Safari Yusuf Martadiredja SP,M.Si 2.2.9.2.3.1.4.1. Rd. Nanang Junior 2.2.9.2.3.2. Rd. Syarif Kusnadi Jamal Martadiredja 2.2.9.2.3.2.1. Rd. Tetet Dian Indria Rahayu (wafat th 2002) 2.2.9.2.3.2.1. Rd. Syamil Hilminiandra Budiman 2.2.9. .3.2.2. Rd. Rully Ramdhani Kusumah 2.2.9.2.3.2.2.1. Rd. Sekar Rahayu Kusumah 2.2.9.2.3.2.3. Rd. Kusnadi Wisnu Yogasuwara (Wisnu) 2.2.9.2.3.3. Nyi.Rd. Yuliani Wahyu Martadiredja 2.2.9.2.3.3.1. Rd. Julkifli Rustita ( Wafat th 2012) 2.2.9.2.3.4. Nyi Rd. Mimi Wahyu Martadiredja (Wafat Bayi) 2.2.9.2.4. Rd. Hanafi (Alm) 2.2.9.2.5. Rd. Ali M. Ali Widyapranatha 2.2.9.2.6. Nyi Rd. Neneng Kulsum 2.2.9.2.7. Nyi Rd. Hj. Iyoh Roswati 2.2.9.2.8. Rd. U. Effendi Madyaprana 2.2.9.2.9. Nyi Rd. Dewi Sarah 2.2.9.2.9.1. Rd. Teddy Sao Wirakusumah 2.2.9.2.9.1.1. Rd. Devita Rizqi Yulianty 2.2.9.2.9.1.2. Rd. Dwi Dorozatun Samaniaty Ramadhona, S.I.Kom 2.2.9.2.10.Rd. H. Usman Satiaprana (Alm) 2.2.9.2.11.Rd. Enen Sutresna Yogaprana 2.2.9.2.11.1. Rd. Narayana Yoga Pertama 2.2.9.2.11.1.1. NR. Laras (Almh) 2.2.9.2.11.1.2. NR. NR. Ermalia Nuryanti 2.2.9.2.11.1.3. Rd. Moch, Riyan Chandra (Alm) 2.2.9.2.11.1.4. NR. Elma Nathania Yalanda 2.2.9.2.11.2. Rd. Yadi Indra Mulyadi Yogaprana 2.2.9.2.11.2.1. Rd. Zulqiar Ramdan 2.2.9.2.11.3. NR. Rengganis Kurniawati Yogaprana 2.2.9.2.11.3.1. NR. Fadhilah Istiqomah Yogandena 2.2.9.2.11.3.2. Rd. Firza Finaldien Yogandena (Alm) 2.2.9.2.11.3.3. Rd. Farly Nugraha Yogandena 2.2.9.2.11.4. NR. Popi Yuliawati Yogaprana 2.2.9.2.11.5. Rd. Tedi Wibisana Yogaprana 2.2.9.2.11.6. Rd. Ruhyat Apandi Yogaprana 2.2.9.2.11.6.1. NR. Keyla Azka Kireina 2.2.9.2.11.6.2. Rd. Fadlan Danish Ryogaprana 2.2.9.2.11.7. Rd. Rimau Gumelar Yogaprana 2.2.9.2.11.7.1. Rd. Aldebaran Nabhan Pradipta 2.2.9.2.11.8. Rd. Banyu Dewanata Yogaprana 2.2.9.2.11.9. Rd. Surya Tirta Bayu Yogaprana 2.2.9.2.11.10.Rd. Purnama Alam Yogaprana 2.2.9.3. Rd. Tatang Muhtar (Ciluar) 2.2.9.3.1. Nyi Rd. Siti Aminah 2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah 2.2.9.3.1.2. R Hidayat 2.2.9.3.1.3. R Ruhiyat 2.2.9.3.1.3.1. R. Dadang Darmayadi 2.2.9.3.1.3.1.1. Nyi Rr. Sriastuty Handayani Kyla Khu'mairah 2.2.9.3.1.3.2.2. Nyi Rr. Rezky Pertiwi 2.2.9.3.1.3.2. Nyi Rd. Sriyat 2.2.9.3.1.3.2.1. Nyi Rr. Ika 2.2.9.3.1.3.2.2. R. Aldi 2.2.9.3.1.3.2.3. Nyi Rr. Fia 2.2.9.3.1.3.2.4. Nyi Rr. Linda 2.2.9.3.1.3.3. Nyi Rd. Rodiah 2.2.9.3.1.3.3.1. R. Yudi 2.2.9.3.1.3.3.2. Nyi Rr. Ririn 2.2.9.3.1.3.3.3. R. LILI 2.2.9.3.1.3.4. R. Darmawan 2.2.9.3.1.3.4.1. R. Ekal 2.2.9.3.1.3.4.2. R. Zirul 2.2.9.3.2. Nyi Rd. Umriyah 2.2.9.3.2.4. R. Iskandar 2.2.9.3.2.4.1. R. Asep 2.2.9.3.2.4.2. Nyi Rr. Rosi 2.2.9.3.2.4.3. R. Irfan 2.2.9.3.2.5. Nyi R. ETI 2.2.9.3.2.5.1. R. Rizki 2.2.9.3.2.5.2. R. Agung 2.2.9.3.2.6. Nyi Rd. ENI Rohaeni 2.2.9.3.2.6.1. Nyi Rr. Gita 2.2.9.3.2.6.2. Nyi Rr. Gina 2.2.9.3.2.6.3. Nyi Rr. Garnia 2.2.9.3.2.6.4. Nyi Rr. Gian 2.2.9.3.2.7. R Saleh Sudrajat 2.2.9.3.2.7.1. R. Fredi 2.2.9.3.2.7.2. ................ 2.2.9.3.2.7.3. Nyi Rr. Annisa 2.2.9.3.2.8. R. ADE 2.2.9.3.2.8.1. R. Agung 2.2.9.3.2.8.2. R. DEDE 2.2.9.3.2.8.3. Rr. Eneng
2.3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas) <menikah dgn> [[Person:628329|Putri Pertama H. Daeng Jarbi (putra Raja Gowa ke 32)) 2.3.1. RM. H. Ardja 2.3.2. RM. H. Suminta (Malik) 2.3.3. RAy. Patimah Ibunya Mayjen Ishaq Djuarsa 2.3.4. RAy. Fatmah <menikah dgn> 1.1.1. RM. H. Moch. Rana Menggala 2.3.5. RM. Yacub 2.3.6. RAy. Siti Mariyam (loji) 2.3.6.1. Drs. H. R. Mansyur (Mama) 2.3.6.1.1. HR. Syarif Arifin 2.3.6.1.2. R. Surachman 2.3.6.1.3. R. Suherman S 2.3.6.1.3.1. R. ADITYA TIRTA WIGUNA 2.3.6.1.3.2. R. INDAH PRANASARI HERNANINGTIAS 2.3.6.1.4. R. Suratmi 2.3.6.1.4.1. R. AGUNG RAHMADI 2.3.6.1.4.2. R. MAHENDRA 2.3.6.1.4.3. R. KRESNA HADIWIJAYA 2.3.6.1.4.4. R. RETNO A. WULANDARI 2.3.6.1.5. R. Suparman 2.3.6.1.5.1. R. AYU 2.3.6.1.5.2. R. PUSPA 2.3.6.1.5.3. R. ARIEF 2.3.6.1.6. R. Sudirman 2.3.6.1.6.1. R. RACHMAT C. WINATA 2.3.6.1.6.2. R. DODDY A. KUSUMAH 2.3.6.1.6.3. R. DICKY SAPUTRA 2.3.6.1.6.4. R. FANNY SARASWATI 2.3.6.1.7. R. Suhartini 2.3.6.1.7.1. R. ASTRI FITRIA ASTUTI S. 2.3.6.1.7.2. R. MARAHDOMU S. 2.3.6.1.7.3. R. MARAHDIKA S. 2.3.6.1.7.4. R. PUTRI SARASWATI 2.3.6.1.7.5. R. YUSUF IBRAHIM 2.3.6.2. H. R. Sanusi (Momo) 2.3.6.2.1. R. Juwita 2.3.6.2.2. R. Rosita 2.3.6.2.3. ............... 2.3.6.3. Drs. HR. Entjep Wahab 2.3.6.3.1. .................
2.4. RM. H. Abdulrachman ADI Menggolo (Camat Ciomas) 2.4.1. R.Ay. Sukiamah
2.5. RM. H. Muhammad Hasan== PEKERJAAN ==
ASAL-USUL
RADEN MAS HARJO DIPOTJOKRO MENGGOLO alias PANGERAN GRINGSING I, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 3 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai orang anak : 1. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA #1. BPH. Diponegoro #2. RM. Djonet Dipomenggolo #3. RM. Harjo Dipotjokro Menggolo
KETURUNAN
#3. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING I) 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING II) 3.1.1. RM.HARJODIPO HADIKUSUMA (PANGERAN GRINGSING III)
3.1.1.1. R.DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO (Eyang Hertog) 3.1.1.1.1. R.Ngt. SRI DEWI Diponegoro (Magetan) 3.1.1.1.1.1. R.Wisnu Wibowo Diponegoro (Magetan) 3.1.1.1.1.1.1. R.Ngt. Kartika Ishianan Wisnu Wardhani Diponegoro (Magetan) 3.1.1.1.1.1.2. Rb.Nafi Wianditra Hafri Nugraha Diponegoro (Magetan) 3.1.1.1.1.2. R.Krisna Putra Diponegoro (Cilegon) 3.1.1.1.1.2.1. Rb.Satrio Bagus Eka Putra Diponegoro (Cilegon) 3.1.1.1.1.2.2. Rb.Bimo Bagaskoro Diponegoro (Cilegon) 3.1.1.1.1.2.3. Rr.Aisya Rahmania Putri Diponegoro (Cilegon) 3.1.1.1.1.3. R.Ngt. Dewi Pancawati Diponegoro (Surabaya) 3.1.1.1.1.3.1. Rb.Hade Pratama Diponegoro (Surabaya) 3.1.1.1.1.3.2. Rr.Alya Nismara Cayadewi Diponegoro (Surabaya) 3.1.1.1.1.3.3. Rb.Muhammad Ayman Arshq Ramadhan Diponegoro (Surabaya) 3.1.1.1.2. R.Heno Erlangga Diponegoro, SH (Karanganyar) 3.1.1.1.2.1. R.Wibowo Kusumo Winoto Diponegoro, SH (Karanganyar) 3.1.1.1.2.2. R.Ngt. Retno Wulandari Diponegoro, SH (Karanganyar) 3.1.1.1.2.3. R.Ngt. Kustini Kusumo Wardhani Diponegoro, S.Sn (Karanganyar) 3.1.1.1.2.4. R.Putra Wisnu Wardhana Diponegoro (Karanganyar) 3.1.1.1.2.5. R.Bayu Giri Prakosa Diponegoro, SE. MSi (Karanganyar)
3.1.1.1.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo) 3.1.1.1.3.1. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo) 3.1.1.1.3.2. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo) 3.1.1.1.3.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo) 3.1.1.1.4. R. Ngt. Gusti Laksmi Mahadewi Sri Diponegoro 3.1.1.1.5. R. Ngt. Gusti Maya Brahma Diponegoro 3.1.1.1.6. R. Nalendro Wibowo Diponegoro 3.1.1.1.7. R. Ngt. Dwi Wahyuni Kusuma Wardhani Diponegoro 3.1.1.1.7.1. Rb. Supratama Dwipa Diponegoro 3.1.1.1.7.2. Rb. Gusti Atmojo Suryo Menggolo Diponegoro 3.1.1.1.7.3. Rr. Ambar Rukmini Diponegoro
3.1.1.1.8. R. Putra Kusuma Wardhana Diponegoro 3.1.1.1.9. R. Kesuma Hendra Putra Diponegoro3.1.1.1.10.R. Ngt. Putri Laksmini Murni Diponegoro
ASAL-USUL
RADEN MAS SAHID ANKRIH lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATIMAH (asli Bogor) dikaruniai 3 orang anak : 1. RM. ASMINI 2. RM. IDRIS 3. RM. ONDUNG
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA #1. BPH. Diponegoro #2. RM. Djonet Dipomenggolo #3. RM. Sahid Ankrih
KETURUNAN
#4. RM. SAHID ANKRIH 4.1. RM. ASMINI 4.1.1. RM. ASMININ 4.1.1.1. R. Abdul Latif 4.1.1.1.1. R. Komarudin 4.1.1.1.1.1. R. Muhammad 4.1.1.1.1.2. R. Aah Mafahir 4.1.1.1.1.3. R.Ust. Abdul Wafa 4.1.1.1.1.4. R. Ahmad Hujatullah 4.1.1.1.1.5. R. Euis Nurhayati 4.1.1.1.1.6. R. Bunyamin 4.1.1.1.1.7. R. Nikmatullah 4.1.1.2. R. Armani 4.1.1.2.1. R. AL. KH. Darma 4.1.1.2.1.1. R. KH. Maksum 4.1.1.3. R. Jenab 4.1.1.4. R. Murnas 4.1.1.5. R. Abdurrohim 4.1.2.6. R. Abdurrohman 4.1.2. R. Mali 4.1.3. RM. MINAU 4.1.4. RM. IKING 4.1.5. NYIMAS RAy. UMMI
4.2. RM. IDRIS4.3. RM. ONDUNG
Свадба: <107!> ♂ Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi [Hb.6.11] (Gusti Pangeran Haryo Hadikusumo) [Hamengku Buwono VI] b. 30 новембар 1848 d. 26 март 1917
Свадба: <87!> ♂ Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VII / Gusti Raden Mas Murtejo [Hb.6.1] (Sinuhun Behi) [Hamengku Buwono VI] b. 4 фебруар 1839 d. 30 децембар 1921, Yogyakarta
Развод: <87!> ♂ Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VII / Gusti Raden Mas Murtejo [Hb.6.1] (Sinuhun Behi) [Hamengku Buwono VI] b. 4 фебруар 1839 d. 30 децембар 1921
Свадба: <58> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Mas ? ([Gp.Hb.7.2], Joyodipuro) [?] d. 1892
Свадба: <59> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnojuwito ? (Ga.Hb.7.6) [?]
Свадба: <60> ♀ 2. Gusti Kanjeng Ratu Kencono II [Gp.Hb.7.3] (Bendoro Raden Ayu Ratna Sri Wulan) [Hamengku Buwono II]
Свадба: <61> ♀ Bendoro Raden Ayu Ratnaningsih ? (Ga.Hb.7.1) [?]
Свадба: <62> ♀ Bendoro Raden Ayu Ratnaningdia ? ([Ga.Hb.7.2]) [?]
Свадба: <63> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnohadi ? (Ga.Hb.7.3) [?]
Свадба: <64> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnodewati [Ga.Hb.7.5] [?]
Свадба: <65> ♀ Bendoro Raden Ayu Rukmidiningdia [Ga.Hb.8.5] [Hb.6.9.3.1] (Bendoro Raden Ayu Rukhihadiningdyah) [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <66> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnosangdiah ? ([Ga.Hb.7.4]) [?]
Свадба: <67> ♀ Bendoro Raden Ayu Pujoretno [Ga.Hb.7.9] [?]
Свадба: <68> ♀ Bendoro Raden Ayu Pujoretno [Ga.Hb.7.9] [?]
Свадба: <69> ♀ Kanjeng Bendoro Raden Ayu Retnopurnomo [Ga.Hb.7.10] [?]
Свадба: <70> ♀ Bendoro Mas Ayu Retnojumanten [Ga.Hb.7.11] [?]
Свадба: <71> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnodewati [Ga.Hb.7.5] [?]
Свадба: <72> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnomurcito [Ga.Hb.7.8] [?]
Свадба: <73> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnomandoyo [Ga.Hb.7.13] [Danurejo] d. 30 децембар 1931
Свадба: <74> ♀ Bendoro Raden Ayu Dewo Retno [Ga.Hb.7.7] [?]
Свадба: <75> ♀ Raden Ajeng Centhung [Pl.Hb.7.1] [?]
Свадба: <76> ♀ Raden Roro Sumodirejo [Pl.Hb.7.2] [?]
Свадба: <77> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnoliringhasmoro [Ga.Hb.7.16] [?]
Свадба: <78> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnosetyohasmoro [Ga.Hb.7.15] [?]
Свадба: <79> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnorenggohasmoro [Ga.Hb.7.14] [?]
Свадба: <80> ♀ Bendoro Raden Ayu Retnowinardi [Ga.Hb.7.12] [?]
Свадба: <110!> ♀ Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V] b. 1836, Yogyakarta
Развод: <110!> ♀ Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V] b. 1836
Свадба: <57!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencana [Gp.Hb.7.1] (Bendara Raden Ayu Retno Sriwulan) [Sentot Alibasa] , Yogyakarta
Титуле : од 13 август 1877, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping VII
Развод: <81> ♀ Bendoro Raden Ayu Tejaningrum [?] , Yogyakarta
Смрт: 30 децембар 1921, Yogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwana VII (Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono VII, lahir: 1839 – wafat: 1931 adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1877 – 1920. Ia dikenal juga dengan sebutan Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.(Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono VII, lahir: 1839 – wafat: 1931 adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1877 – 1920. Ia dikenal juga dengan sebutan Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.
Riwayat Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI yang lahir pada tanggal 4 Februari 1839. Ia naik takhta menggantikan ayahnya sejak tahun 1877.
Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta, yang seluruhnya berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik memberikan peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00. Hal ini mengakibatkan Sultan sangat kaya sehingga sering dijuluki Sultan Sugih[rujukan?].
Masa pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan. Ia bahkan mengirim putra-putranya belajar hingga ke negeri Belanda.
Pada tanggal 29 Januari 1920 Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia 81 tahun memutuskan untuk turun takhta dan mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya. Konon peristiwa ini masih dipertanyakan keabsahannya karena putera mahkota(GRM. Akhadiyat, putra HB VII nomor 14) yang seharusnya menggantikan tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas penyebab kematiannya.
Dugaan yang muncul ialah adanya keterlibatan pihak Belanda yang tidak setuju dengan putera Mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.
Biasanya dalam pergantian takhta raja kepada putera mahkota ialah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun kali ini berbeda karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilakukan pada saat Hamengkubuwono VII masih hidup.<--, bahkan menurut cerita masa lalu sang ayah diasingkan oleh anaknya pengganti putera mahkota yang wafat ke Pesanggrahan Ngambarrukma di luar keraton Yogyakarta.-->
Hamengkubuwono VII dengan besar hati mengikuti kemauan sang anak (yang di dalam istilah Jawa disebut mikul dhuwur mendhem jero) yang secara politis telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan kerajaan. Setelah turun takhta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan "Tidak pernah ada raja yang meninggal di keraton setelah saya" yang artinya masih dipertanyakan. Sampai saat ini ada dua raja setelah dirinya yang meninggal di luar keraton, yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal dunia di tengah perjalanan ke luar kota dan Hamengkubuwono IX meninggal di Amerika Serikat. Bagi masyarakat Jawa adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di rumahnya sendiri. Hamengkubuwono VII meninggal di Pesanggrahan Ngambarrukma pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri. Silsilah Anak tertua dari Sultan Hamengkubuwana VI dan istri pertamanya RAy Sepuh/GKR Sultan/GKR Agung dan diangkat anak oleh Ratu Kencana. Memiliki delapan belas istri: 1.BRA Sukina/BRA Mangku Bumi (b. 1836), putri termuda Sultan Hamengkubuwana V dengan istri keduanya BRAy Dewaningsih. 2.GKR Mas, putri dari KRT Jayadipura atau dari Pangeran Suryadiningrat. 3.GKR Kencana/GKR Wandhani, putri dari Raden 'Ali Basa 'Abdu'l-Mustafa Senthot Prawiradirja. 4.GKR Kencana II/BRAy Ratna Sri Wulan, putri dari BPH Adi Negara. 5.BRAy Ratnaningsi. 6.BRAy Ratnaningdia. 7.BRAy Ratna Adi. 8.BRAy Ratnasangdia. 9.BRAy Ratnajiwata. 10.BRAy Puryaningdia. 11.BRAy Devaratna. 12.BRAy Puspitaningdiya. 13.BRAy Srengkara Adinindia. 14.BRAy Rukmidiningdia. 15.BRAy Ratna Adiningrum. 16.BRAy Ratna Puspita. 17.BRAy Tejaningrum. 18.BRAy Ratna Mandaya, putri dari Patih Dhanuraja VI.
Versi lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada Belanda untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan Ngambarrukma (sekarang Ambarrukma). Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu masih ada dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri Hotel Ambarrukma yang sekarang sudah tidak ada lagi.Свадба: <110!> ♀ Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V] b. 1836
Свадба: <82> ♀ Raden Ayu Adipati Mangkubumi Muda [Gp.Hb.6.11.2] [?]
Свадба: <83> ♀ Raden Ayu Pujomurti I [Ga.Hb.6.11.1] [?]
Свадба: <84> ♀ Raden Ayu Tejomurti I [Ga.Hb.6.11.2] [?]
Свадба: <85> ♀ Raden Ayu Tejomurti II [Ga.Hb.6.11.3] [?]
Свадба: <86> ♀ Raden Ayu Manjonomurti I [Ga.Hb.6.11.4] [?]
Свадба: <87> ♀ Raden Ayu Doyomurti I [Ga.Hb.6.11.5] [?]
Свадба: <88> ♀ Raden Ayu Panukmomurti [Ga.Hb.6.11.10] [?]
Свадба: <89> ♀ Raden Ayu Manjonomurti II [Ga.Hb.6.11.9] [?]
Свадба: <90> ♀ Raden Ayu Doyomurti II [Ga.Hb.6.11.8] [?]
Свадба: <91> ♀ Raden Ayu Hadimurti [Ga.Hb.6.11.7] [?]
Свадба: <92> ♀ Raden Ayu Pujomurti II [Ga.Hb.6.11.6] [?]
Смрт: 26 март 1917
Свадба: <120!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Sasi [Hb.6.15] [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <93> ♀ Raden Ayu Panukmowati [?]
Свадба: <94> ♀ Unggu Sihaka [Sihaka]
Свадба: <383!> ♀ Bendoro Raden Ajeng Kusjinah [Hb.7.2] / Raden Ayu Kanjeng Gusti [Hamengku Buwono VII]
Смрт: 12 јануар 1901, Manado
Karena Gusti Muhammad masih bayi, dan untuk mengisi kekosongan tahta kesultanan maka diangkatlah Pangeran Mangkubumi (adik dari Sultan Hamengku Buwono V) menjadi Sultan Hamengku Buwono ke VI, dengan persyaratan bahwa apabila setelah dewasa Gusti Muhammad akan diangkat menjadi Sultan berikutnya. Namun ternyata Sultan lebih memilih menunjuk putranya menjadi pengganti (putra mahkota) yang nantinya akan menjadi Sultan Hamengku Buwono VII.
Hal tersebut menimbulkan kekecewaan pada keluarga Hamengku Buwono V, terutama GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo yang kemudian memulai perlawanan kepada Sultan Hamengku Buwono VII. Kemudian GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo diputuskan bersalah telah memberontak dan “DIPINDAHKAN DARI YOGYAKARTA KE MANADO SELEBES” dengan Surat Keputusan dari Kesultanan Yogyakarta Hamengku Buwono VII yang disampaikan melalui Dipati Danureja dan Residen Befembag berbunyi sebagai berikut: “Surat Peringatanku aku Kanjeng Narendra, yang menguasai negeri Kerajaan Ngayogya, sabdaku ini : Tuan Kanjeng Prameswari dan Kangmas Pangeran Suryengalogo berdua, aku pindahkan dari negeri Ngayogya ke negeri Menado, sebab uwa, kangmas berani membangkang (mbalelo) pada Raja. Pergi dari kota tanpa pamit, serta berbuat perang sabil; membunuh perajurit Usar, abdi Kanjeng Gupermen Belanda. Karena itu Kangmas serta Uwa Jeng Prameswari kesalahan membangkang pemerintahan Raja. Tanggal 11 April 1883.”
Dengan berdasarkan Surat Keputusan dari Kesultanan tersebut diatas GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo beserta istri pertama berikut anaknya, dan juga semua pengikutnya, berangkat dengan diantar oleh Residen untuk naik kapal laut dari Semarang menuju Manado. Di Manado bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah lebih dahulu dipindahkan dari Yogyakarta ke Manado, yaitu Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo (putra Sultan Hamengku Buwono VI dan saudara dari Sultan Hamengku Buwono VII) beserta istri dan anaknya, menjemput rombongan dari Jogyakarta di kapal dan mempersilahkan agar Prameswari dan GPH Suryengalogo menempati rumah mereka di kampung Pondol.
GPH Suryengalogo, 4 tahun kemudian memanggil istri keduanya yaitu Raden Ayu Dayaningsih yang ada di Yogyakarta untuk tinggal di Manado, dan setahun kemudian mempunyai 1 anak laki-laki yang elok rupanya. Tetapi Raden Ayu Dayaningsih cepat meninggalkan segala-galanya. GPH Suryengalogo akhirnya wafat di Manado pada tanggal 12 Januari 1901. Setelah beliau meninggal dunia, GKR Sekar Kedaton dibelikan rumah oleh Sultan Hamengku Buwono VII untuk ditempati oleh beliau bersama anak dan cucunya. Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Hadiwijoyo sudah dianggap sebagai anaknya sendiri oleh GKR Sekar Kedaton, apalagi setelah GPH Suryengalogo meninggal dunia.
BPH Hadiwijoyo pun akhirnya meninggal dunia pada tahun 1916, dan dimakamkan di Manado, tetapi kemudian oleh para keturunannya makamnya dipindahkan ke Hastorenggo Kotagede Yogyakarta.Свадба: <95> ♀ Raden Ayu Adiresmi [Ga.Hb.6.20.1] [?]
Свадба: <96> ♀ Mas Ajeng Adiwati [Ga.Hb.6.20.2] [?]
Свадба: <97> ♀ Raden Ayu Adiningdyah [Ga.Hb.6.20.3] [?]
Свадба: <98> ♀ Raden Ayu Adiningsih [Ga.Hb.6.20.4] [?]
Свадба: <99> ♀ Bendoro Raden Ayu Puger Sepuh [Gp.Hb.6.20.1] ? (Bendoro Raden Ayu Puger I) [?]
Свадба: <100> ♀ Bendoro Raden Ayu Atasasih Puger Anom [Gp.Hb.6.20.2] ? (Bendoro Raden Ayu Puger II) [?]
Свадба: <101> ♀ Raden Ayu Adipuspito [Ga.Hb.6.20.6] [?]
Свадба: <102> ♀ Raden Ayu Kusumaningrum [Ga.Hb.6.20.5] [?]
Смрт: 28 октобар 1929, Yogyakarta
Број брака: 1859, Yogyakarta
Развод: <49!> ♂ Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VI / Gusti Raden Mas Mustojo [Hb.4.12] (Sinuhun Mangkubumi) [Hamengku Buwono VI] b. 10 август 1821 d. 20 јул 1877
Свадба: <103> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo [?]
Свадба: <414!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.7.36] [Hamengku Buwono VII]
Свадба: <417!> ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Yudonegoro II [Hb.7.19] (Bendoro Raden Ayu Cokdrodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
Професија : од 1 март 1912, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VII
Смрт: 1933, Yogyakarta, Dimakamkan di makam Cendonosari dusun Wonocatur, Banguntapan, Bantul
Свадба: <104> ♀ Djauharin Insjiah [Abdussakur] d. 1951
Смрт: 15 октобар 1959, Cimahi
Свадба: <106> ♀ Raden Ayu Kumoroningrum [Gp.Hb.7.17.2] ? (Raden Ayu Mangkukusumo Enem) [?] b. 1883
Свадба: <253!> ♀ Raden Ayu Mangkukusumo [Ga.Hb.7.17.1] [Hb.6.11.22] (Raden Ajeng Kusdilah) [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
Свадба: <107> ♀ Raden Ayu Doyoprono [Ga.Hb.7.17.1] [?]
Свадба: <108> ♀ Raden Ayu Doyoasmoro [Ga.Hb.7.17.2] [?]
Свадба: <109> ♀ Raden Ayu Doyohadiningsih [Ga.Hb.7.17.3] [?]
Свадба: <110> ♀ Raden Ayu Doyohadiningdyah [Ga.Hb.7.17.4] [?]
Свадба: <111> ♀ Raden Ayu Doyopuspito [Ga.Hb.7.17.5] [?]
Свадба: <112> ♀ Raden Ayu Doyosumarno [Ga.Hb.7.17.6] [?]
Свадба: <113> ♀ Raden Ayu Doyorukmi [Ga.Hb.7.17.7] [?]
Свадба: <114> ♀ Raden Ayu Doyosuprobo [Ga.Hb.7.17.8] [?]
Титуле : 16 октобар 1906, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo
Титуле : од 16 октобар 1906, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII
Свадба: <115> ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Retno Puwoso [Pakubuwono X] , Yogyakarta
Смрт: 16 фебруар 1937, Kulon Progo
Сахрана: 18 фебруар 1937, Kulon Progo
Setelah bertahta Prabu Suryodilogo, bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda, mengadakan beberapa pembaruan dibidang sosial dan agraria. Kemudian ia juga mereformasi bidang pemerintahan dengan mulai menerbitkan rijksblad (semacam lembaran Negara) untuk daerah Pakualaman. Pengertian yang konservatif secara berangsur digantikan dengan pikiran yang modern dan berpandangan luas. Pada 10 Oktober 1921 pengganti Paku Alam VI menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII dan oleh Pemerintah Hindia Belanda diberi pangkat Kolonel tituler. Pembaruan tidak berhenti pada tahun itu tetapi terus berlanjut, terutama dalam penyempurnaan pengelolaan anggaran keuangan. Pemerintah desa pun tidak luput dari pembenahan dan reorganisasi. Status kewarganegaraan penduduk dipertegas dengan membedakan antara warga Negara (kawulo kerajaan/kadipaten) dan bukan warga Negara (kawulo gubermen).
Disamping pemerintahan perhatian Paku Alam VII juga tertuju pada kesenian. Pagelaran wayang orang berkembang dengan baik. Dalam kesempatan menerima tamu-tamu dari luar negeri ia acapkali menjamu mereka dengan wayang orang dan beksan (tari-tarian klasik). Dalam bidang pendidikan ia mengijinkan sekolah-sekolah berdiri di daerah Adikarto (bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang) serta mengadakan sebuah lembaga beasisiwa untuk menjamin kelanjutan studi bagi mampu melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.
Pada 5 Januari 1909 Paku Alam VII menikah dengan GBRA Retno Puwoso, Putri dari Pakubuwono X, Sunan Surakarta. Seluruh putra-putrinya ada 7 orang. Ketika putra mahkota berkunjung ke Nederland untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Mahkota Belanda Juliana dan Pangeran Bernard, Paku Alam mangkat. Ia meninggal pada 16 Februari 1937 dan dimakamkan pada 18 Februari tahun yang sama di Girigondo Adikarto (sekarang bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).Свадба: <116> ♀ Johanna Adriana Catharina Wilhelmina Meijer [Meijer] b. 15 септембар 1897
Смрт: 25 новембар 1951, Surakarta
Свадба: <154!> ♀ R. A. Soetartinah [Paku Alam III] b. 14 септембар 1890
Смрт: 26 април 1959, Yogyakarta
Свадба: <86!> ♂ Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) [Paku Alam III] b. 2 мај 1889 d. 26 април 1959
Свадба: <167!> ♀ Raden Ajeng Siti Pailah [Paku Alam III] b. 17 јул 1902
Свадба: <117> ♂ Raden Mas Jacobus Soejadi Darmosapoetro [Darmosapoetro]
Смрт: 18 септембар 1975, Semarang
Сахрана: Kompleks Gua Maria Kerep, Ambarawa, Semarang
Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.
Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.
Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.
Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.
Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :
Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI. Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh. … (Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak
Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.
R.A. Maria Soelastri wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).Свадба: <162!> ♂ Raden Mas Johannes Soedarto Sosroningrat [Paku Alam III] b. 25 децембар 1895
Смрт: 9 фебруар 1916, Mahakeret Manado, Disarekan kembali di Pasarean Hasta Renggo Kotagede Yogyakarta pada Hari Minggu Legi 22 Juli 1990
Pada tahun 1883, BPH. Hadiwijoyo bersama istri dan anaknya, menjemput rombongan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedaton (permaisuri Sultan Hamengku Buwono V) dan putranya Gusti Raden Mas (GRM) Timur Muhammad/Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryengalogo di pelabuhan kapal di Manado, dan mempersilahkan mereka menempati rumah beliau di kampung Pondol. Selama di pengasingan, BPH. Hadiwijoyo ditemani putranya yang bernama RM. Menot. Kemudian disana lahir putra no.6 yang diberi nama RM. Joko Sangkolo. Setelah GPH. Suryengalogo meninggal dunia (1901), GKR. Sekar Kedaton dibelikan rumah oleh Sultan Hamengku Buwono VII sebagai tempat tinggal beliau bersama anak dan cucunya. BPH. Hadiwijoyo sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh GKR. Sekar Kedaton.
Kemudian GRA. Hadiwijoyo kembali ke Yogyakarta sampai dengan wafatnya dan dimakamkan di Pasarean Hasta Renggo Kota Gede Yogyakarta (di luar cungkup). BPH. Hadiwijoyo bersumpah tidak akan kembali ke Yogyakarta sebelum saudara yang memfitnahnya wafat, namun ternyata beliau wafat terlebih dahulu. Setelah sekian lama, akhirnya para anggota Trah Hadiwijoyo (Hadiwijayan) bersepakat untuk memindahkan makam BPH. Hadiwijoyo dari Mahakeret Manado ke Pasarean Hasta Renggo Yogyakarta. Rencana ini terelisasi pada tanggal 21 Juli 1990 dimana sebelumnya makam GRA. Hadiwijoyo dibongkar terlebih dahulu dan disandingkan dengan peti BPH. Hadiwijoyo untuk kemudian secara bersama-sama dimakamkan kembali di dalam cungkup.
Keenam Putra/Putri BPH. Hadiwijoyo adalah: 1. RA. Kustiyah (w.VI.17.1) 2. RM. Sutijo / RM. L. Prawirodipuro / RMW. Hatmodijoyo (w.VI.17.2) 3. RM. Subroto / RM. Dutodiprojo / RM. Rio Projomardowo (w.VI.17.3) 4. RA. Sriyati (w.VI.17.4) 5. RM. Sujono / RM. Menot (w.VI.17.5)
6. RM. Joko Sangkolo (w.VI.17.6)Свадба: <120> ♀ Raden Ayu Tejoasmoro [Ga.Hb.6.18.1] [?]
Свадба: <121> ♀ Raden Ayu Doyoasmoro [Ga.Hb.6.18.3] [?]
Свадба: <122> ♀ Raden Ayu Pujoasmoro [Ga.Hb.6.18.4] [?]
Свадба: <123> ♀ Roro Aminten [Ga.Hb.6.18.15] [?]
Свадба: <124> ♀ Raden Ayu Pujohadiresmi [Ga.Hb.6.18.14] [?]
Свадба: <125> ♀ Raden Ayu Asmorowati [Ga.Hb.6.18.12] [?]
Свадба: <126> ♀ Roro Pujoningsih [Ga.Hb.6.18.13] [?]
Свадба: <127> ♀ Roro Pujoasmoro [Ga.Hb.6.18.11] [?]
Свадба: <128> ♀ Roro Asmorohadi [Ga.Hb.6.18.10] [?]
Свадба: <129> ♀ Raden Ayu Asmaraningsih [Ga.Hb.6.18.5] [?]
Свадба: <130> ♀ Raden Ayu Asmorowati [Ga.Hb.6.18.6] [?]
Свадба: <131> ♀ Raden Ayu Asmororesmi [Ga.Hb.6.18.9] [?]
Свадба: <132> ♀ Roro Asmaraningdiah [Ga.Hb.6.18.8] [?]
Свадба: <133> ♀ Raden Ayu Supenaningsih [Ga.Hb.6.18.7] [?]
Смрт: 14 март 1928
Свадба: <138> ♂ Raden Mas Adipati Haryo Hadiningrat / Pangeran Ario Tjondronegoro IV [Demak]
Свадба: <144> ♀ Raden Ayu Doyoresmi [?]
Свадба: <145> ♀ Raden Ayu Suryomataram [Gp.Hb.6.9.1] ? (Bendoro Raden Ayu Kusniya) [?] , Surakarta
Свадба: <147> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Joyowinoto [?]
Свадба: <109!> ♂ Kanjeng Gusti Timur Muhammad Suryengalogo [Hb.5.9] / Raden Mas Muhammad [Hb.3.2.22.1] [Hamengku Buwono V] b. 17 јун 1855 d. 12 јануар 1901
Свадба: <149> ♀ Raden Ayu Renggowati [Ga.Hb.7.27.2] [?]
Свадба: <150> ♀ Raden Roro Suminten [Ga.Hb.7.27.3] [?]
Свадба: <151> ♀ Raden Ayu Setyowati [Ga.Hb.7.27.4] [?]
Свадба: <152> ♀ Raden Roro Srenggorowati [Ga.Hb.7.27.5] [?]
Свадба: <153> ♀ Raden Roro Secowati [Ga.Hb.7.27.6] [?]
8
Смрт: 5 јул 1908
mengenai Kalkulasi usia perkawinan dan status perkawinan :
- Perbedaan usia antara RTA. Suradimenggala dengan RAy. Gondomirah sebanyak (1852-1819) = 33 tahun, ini dapat diartikan bahwa RAy. Gondomirah adalah isteri ke 2 / ke 3.
- Pernikahan berlangsung pada saat usia RAy Gondomirah mencapai 26 tahun atau pada tahun 1878, dimana RTA. Suradimenggala sudah berusia (1878-1819) = 59 tahun.
Професија : изм и, 1893-1903 Penghoeloe Tjiomas
Gerakan Perlawanan Sosial di Tanah Partikelir Ciomas Bogor Tahun 1886
Gerakan perlawanan sosial dikenal juga dengan istilah “gerakan melawan pemerasan”, “gerakan melawan keadaan”, atau “gerakan melawan peraturan yang tidak adil”. Dalam istilah kolonial, peristiwa perlawanan semacam itu dikategorikan sebagai “ganguan ketentraman”, “huru-hara”, “kerusuhan”, atau “gerakan rohani”. Suatu ciri umum, bahwa hampir semua gerakan perlawanan sosial peristiwanya terjadi di tanah Partikelir (particultire landerijen). Sebab – sebab timbulnya gerakan tersebut, dipengaruhi oleh terbentuknya tanah partikelir dan situasi – situasi yang mempengaruhinya, antara lain:
Tanah partikelir muncul sejak awal jaman VOC sampai perempatan pertama abad ke-19, sebagai akibat adanya praktik penjualan tanah yang dilakukan oleh orang – orang Belanda. Tanah – tanah tersebut berlokasi disekitar Batavia, dan sebagaian besar berada di daerah pedalaman antara Batavia dan Bogor, daerah Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Pada awal kekuasaan VOC tanah tadi dihadiahkan kepada penanggung jawab kententraman dan keamanan di sekitar daerah Batavia, sedangkan sebagian kecil ada yang diberikan kepada kepala – kepala pribumi. Khusus untuk tanah partikelir di daerah Bogor, status kepemilikannya berada ditangan pribadi para Gubernur Jendral yang berlangsung secara berturut – turut. Bagi orang yang menerima tanah tersebut secara leluasa mereka bertindak sebagai tuan tanah dan segera menguasai penggarap anah dengan dikenakan beban berupa pajak tanah (cuke) yang tinggi, serta penyerahan wajib kerja yang berat. Tindakan pemerasan tuan tanah di wilayah pemilikan tanahnya itu membangkitkan gerakan perlawanan sosial yang penampilannya lebih cenderung bermotifkan perasaan dendam yang bersifat milenaristis atau mesianistis. Untuk menghilangkan kegelisahan para petani di daerah tersebut pada masa pemerintahan Deandeles dan Raffles pernah dikeluarkan larangan kepada tuan – tuan tanah untuk memperoleh sepersepuluh dari hasil tanah atau menentukan penyerahan tenaga kerja yang berat. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah tahun 1836, dinyatakan bahwa pemerintah mempunyai hak untuk melindungi para petani dan mengatur suatu peradilan di tanah partikelir. Tetapi dalam menghadapi kecurangan tuan – tuan tanah, termasuk para pembantunya, pihak pemerintah sangat sulit mengawasinya, sehingga kegelisahan dikalangan petani semakin cenderung untuk mencetuskan gagasan dengan jalan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk perlawanan yang berkesinambungan. Kasus perlawanan petani di tanah partikelir pada periode abad ke-19, banyak terjadi dan seolah – olah merupakan hal yang lumrah.
Menurut letak geografisnya, tanah partikelir Ciomas berada di lereng sebelah utara Gunung Salak. Tanah tersebut menjadi milik tuan tanah setelah dijual oleh Gubernur Jendral Deandels, dengan meliputi areal tanah seluas 9.00 bau (1 bau = 0,8 hektar). Tanah seluas itu dihuni oleh penduduk ± 15.000 jiwa. Seperti di tanah partikelir lainnya di daerah Ciomas pun para petani dihadapkan pada kondisi – kondisi sosial-ekonomi yang tidak menguntungkan, karena tenaganya dieksploitasi oleh tuan tanah, para pengawas, dan petugas tuan tanah lainnya yang menuntut pelayanan kerja yang berat, serta pemenuhan pajak (cuke) yang tinggi. Sebelum meletusnya gerakan petani tersebut, keadaan politik dan ekonomi yang berlaku di daerah Ciomas sendiri, antara lain :
1) Para pemungut pajak sering melakukan praktik, bahwa untuk menuai panen para petani diharuskan menunggu waktu yang ditentukan oleh tuan tanah. Untuk mengawasi panen, tuan tanah menunjuk petugas – petugas dan penjaga yang ditempatkan di sawah – sawah. Oleh karena petugas – petugas dan penjaga tersebut tidak diawasi secara langsung oleh tuan tanah, mereka cenderung untuk menggunakan kedudukannya dengan praktik yang curang terhadap petani. Berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di tanah partikelir lainnya, bahwa pada saat panen tiba, penuaian hanya dilakukan oleh petani di daerah itu. Hal ini akan membawa akibat, bahwa sebagian dari hasil panen dapat diserap ke tempat lain, dan dengan sendirinya mengurangi pendapatan petani di Ciomas.
2) Kekurangan pendapatan petani di Ciomas, ditambah lagi dengan kewajiban untuk mengangkut hasil panen milik tuan tanah dari sawah – sawah ke lumbung – lumbung (gudang – gudang padi), yang jaraknya antara 10 sampai 12 paal (= 15 sampai 18 km).
3) Di kebun – kebun dan pabrik – pabrik kopi Ciomas, berlau juga sistem perbudakan yang lebih berat, sehingga berlaku juga kerja paksa, dan kepada buruh yang tidak hadir atau datang terlambat dikenakan peraturan yang keras.
4) Kepada para petani dikenakan juga kewajiban untuk menyerahkan jenis barang tertentu, antara lain penyerahan dua butir kelapa untuk setiap pohon, penyerahan sebatang bambu untuk setiap petak sawah, penyerahan seluruh hasil pohon enau dan kopi yang diwajibkan ditanam di kebun petani yang jumlahnya mencapai 250 batang.
5) Petani dilarang mengekspor padi, kerbau, dan hasil bumi lainnya.
6) Jika petani tidak dapat membayar huangnya, maka akan dikenakan penyitaan atas tanah, rumah, dan kerbaunya.
7) Perluasan kekuasan tuan tanah terhadap petani sampai juga pada pengawasan mengenai penjualan ternak, rumput, kayu, dan penebangan pohon – pohon.
8) Kaum wanita dan anak – anak pun diharuskan bekerja selama sembilan hari untuk setiap bulannya.
Adanya dominasi politik, ekonomi, dan sosial yang dilakukan oleh tuan tanah terhadap kaum petani, telah membawa iklim yang lebih buruk dan pada akhirnya sampai mencapai konflik yang tajam. Salah satu akibat dari pelaksanaan eksploitasi tenaga kerja yang berat dan pemungutan cuke yang tinggi menjelang pecahnya perlawanan petani ialah terjadinya migrasi penduduk dari daerah itu. Bagi mereka yang tidak tahan lagi dengan praktik pemerasan tuan tanah dan merasa terancam akan kehancuran ekonominya segeralah angkat kaki meninggalkan tanah partikelir di Ciomas. Perasaan tidak puas petani untuk bekerja di tanah partikelir lebih nampak nyata ketika menolak kerja paksa di perkebunan kopi, dan mulailah mencetuskan perlawanan secara terbuka yang ditandai dengan tindakan kekerasan.
Perlawanan secara langsung diawali dengan melancarkan pemberontakan tanggal 22 Februari 1886, ketika mereka membunuh Camat Ciomas, Haji Abdurrachim (RM. H. ABDURRACHMAN ADI MENGGOLO), dan masih pada bulan Februari itu juga Arpan bersama kawan – kawannya mengundurkan diri ke Pasir Paok, dan di sana mereka menolak untuk menyerah kepada tentara pemerintah kolonial.
Sebulan sebelum terjadinya kedua peristiwa tadi, Mohammad Idris telah mengundurkan diri ke Gunung Salak. Sekalipun ia lahir di Ciomas, namun dalam perjuangan hidupnya ia selalu berpindah – pindah tempat, seperti ke Sukabumi dan Ciampea. Ia termasuk salah seorang yang sangat membenci tuan tanah dan kaki tangannya. Karena sikapnya itu, maka semakin banyaklah petani pelarian dari tanah partikelir untuk menggabungkan diri. Setelah diadakan pertemuan besar di pondok kecilnya, Idris bersama pengikutnya bersepakat untuk melancarkan penyerangan ke Ciomas. Dan tepat pada hari Rabu malam, tanggal 19 Mei 1886 sesuai dengan rencana semula Idris bersama pengikutnya berhasil menduduki daerah Ciomas bagian selatan. Selama menduduki daerah tersebut mereka tidak melakukan perampokan terhadap gudang – gudang di Sukamantri, Gadong, dan Warungloa. Bahkan sebaliknya mereka menyatakan, bahwa serangan yang dilancarkannya itu tidak dimaksudkan untuk merampok kekayaan, tetapi serangan tersebut hanya ditujukan khusus bagi pribadi tuan tanah. Tanggal 20 Mei 1886 para pemberontak menyelenggarakan upacara sedekah bumi di Gadong, yang dihadiri juga oleh semua pegawai tuan tanah. Upacara tersebut sebenarnya merupakan perayaan tahunan yang dimeriahkan dengan permainan musik, tari – tarian, dan atraksi – atraksi lainnya. Sebagai penutup dari perayaan itu, seolah – olah seperti diberikan aba – aba, bahwa kaum pemberontak setelah melihat pegawai – pegawai tuan tanah yang sesungguhnya bertindak sebagai penindas dan memeras mereka, beberapa diantara pengikut Mohamad Idris segera melampiaskan kemarahannya menyerang agen – agen tuan tanah secra membabi buta. Perayaan sedekah bumi itu berakhir dengan pembunuhan besar – besaran yang ditujukan kepada pegawai – pegawai tuan tanah. Dari peristiwa pembunuhan tersebut, diketahui bahwa sejumlah 40 orang mati dibunuh, dan 70 orang lainnya luka – luka. Tuan tanah beserta keluarganya selamat, karena secara kebetulan mereka tidak hadir dalam upacara itu.
Dari panggung peristiwa perlawanan petani Ciomas itu, jelaslah bahwa yang menjadi sasaran utama dan sebgai musuhnya adalah tuan tanah, pegawai pemerintah kolonial baik asing maupun pribumi, para pedagang, dan lintah darat.
Gerakan perlawanan petani Ciomas memperlihatkan adanya spontanitas baik waktu timbul maupun selama masa berkembangnya, yang ditunjang juga dengan iklim atau situasi politik yang benar – benar telah diperhitungkan akan timbulnya gerakan perlawanan. Peristiwa perlawanan petani Ciomas merupakan suatu corak atau model perjuangan yang berlatar belakang perbedaan kepentingan dan tujuan anara tuan tanah, pemerintah, dan pegawai – pegawai lainnya dengan kaum petani di lain pihak. Pertentangan kepentingan dan tujuan itu, pada akhirnya dapat dilakukan dalam bentuk perlawanan secara keras dari pihak petani sebagai protes akibat tekanan – tekanan yang berat.Свадба: <160> ♀ Nyi Kasihan [?]
Свадба: <161> ♀ Nyai Prawiro Purbo ? (Jiwaningsih) [?] d. ~ 1896
Смрт: 4 март 1933, Yogyakarta
Сахрана: 5 март 1933, Yogyakarta
Свадба: <162> ♀ Raden Ayu Hamengkunegoro [?]
Свадба: <312!> ♀ Raden Ayu Kusumodilogo / Raden Ajeng Siti Rokhiyah [Hb.6.11.30] [Hamengku Buwono VI]
Титуле : 5 март 1883, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram
Свадба: <163> ♀ Raden Ayu Wiroguno [Hb.7.4.1] [Hamengku Buwono VII]
K.R.T Wiroguno menjabat Bupati Patih Kadipaten Yogyakarta termasuk empu gendhing yang unggul. Disamping itu beliau masih melanjutkan membina corak pagelaran tari ciptaan ayahnya , Pangeran Mangkubumi, yaitu Langendriya. Beliau juga menciptakan dan mengembangkan tari golek putri, ikut serta membina Perkumpulan Tari Krida Beksa Wirama dan aktif membina penyiaran gendhing-gendhing atau seni suara melalui siaran radio pada masa itu.
Hasil Karya K.R.T Wiroguno antara lain : 1) menyusun teori dan pedoman seni gendhing dan suara gaya Mataraman, 2) menciptakan notasi gendhing gaya Mataraman dengan not balok, 3) menyusun suatu lokasi gendhing-gendhing Mataram dalam suatu buku tulisan tangan mulai tahun 1919,
4) mencipta dan menggubah tidak kurang dari 100 buah gendhing, baik gendhing Ageng maupun gendhing alit.Смрт: 27 април 1943, Yogyakarta
Свадба: <207!> ♀ Raden Ayu Roostijah [Ga.Hb.7.20.3] [Hb.6.20.3] (Bendoro Raden Ayu Doyopurnamaningrum) [Pugeran]
Свадба: <164> ♀ Raden Ayu Purbaningrum [Ga.Hb.7.20.5] [Hb.6.5.2.2] [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <165> ♀ Bendoro Raden Ayu Juwitaningrum [Ga.Hb.7.20.2] [?]
Свадба: <166> ♀ Bendoro Raden Ayu Pujaningrum [Ga.Hb.7.20.1] [?]
Свадба: <167> ♀ Bendoro Raden Ayu Kumaraningrum [Ga.Hb.7.20.4] [?]
Свадба: <168> ♀ Raden Ayu Grimis [Pl.Hb.7.20.1] [?]
Свадба: <169> ♀ Raden Ayu Supirah [Pl.Hb.7.20.2] [?]
Титуле : 1895, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibya Rajaputra Nalendra ing Mataram
Свадба: <170> ♀ Kanjeng Raden Ayu Hadipati Anom [Gp.Hb.7.20.1] ? (Raden Ayu Amangkunegoro) [?] , Yogyakarta
Смрт: 21 фебруар 1913, Yogyakarta
Terlahir dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Putro, dari permaisuri, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, pada tanggal 8 Maret 1879.
GRM Putro yang telah menyandang gelar Gusti Pangeran Harya (GPH) Purubaya dilantik menjadi Putra Mahkota Keraton Yogyakarta bergelar SDKGPAA Hamengkunegoro III menggantikan kakandanya SDKGPAA Hamengkunegoro II yang dikarenakan kesehatannya kurang memadai, dilepaskan haknya sebagai Putera Mahkota dan diturunkan derajat kepangeranannya menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Juminah. Gelar GPH Purubaya diwariskan kepada adindanya GRM Sujadi.
Sebagai Putra Mahkota, SDKGPAA Hamengkunegoro III memiliki seorang patih Kadipaten yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wiroguno. Bendera yang digunakan adalah Kyai Pare Anom, yang berwarna Hijau dan Kuning sebagai lambang Putra Mahkota. Seluruh kakandanya dan sanak saudaranya yang lebih tua memanggilnya dengan sebutan Kanjeng Gusti, sedangkan adik-adiknya menyebutnya dengan Rama Gusti sebagai tanda wakil dari ayahandanya selaku Sultan.
Di bidang seni & sastra, selain aktif sebagai penari Keraton dengan membawa tokoh sebagai Raden Gatutkaca / Purubaya, SDKGPAA Hamengkunegoro III juga menulis Serat Bharatayudha.
Di bidang pendidikan, SDKGPAA Hamengkunegara III mendirikan sekolah bagi para putra bangsawan keraton dan juga keluarga para sentana dalem di Pagelaran Keraton Yogyakarta, yang kemudian terkenal dengan nama Sekolah Keputran. ( Keputran diambil dari nama kecil beliau, PUTRO )
Di bidang lingkungan hidup & industri, SDKGPAA Hamengkunegoro III didampingi pamandanya KGPA Mangkubumi, membangun industri perkebunan vanilli di Pakem dan mereboisasikan Kaliurang. Disamping itu beliau juga membangun Pabrik Gula di Madukismo dan tambang Mangaan di Kulon Progo untuk meningkatkan perekonomian kerajaan dan sekaligus menciptakan lapangan kerja juga menaikkan taraf hidup rakyat.
Seringkali SDKGPAA Hamengkunegoro III berbenturan pendapat dan pemikiran dengan pihak penjajah Belanda, yang selalu mencoba menahan kemajuan dan kemandirian Keraton Yogyakarta.
Demikian ikhtisar singkat biografi SDKGPAA Hamengkunegoro III, namun sebelum beliau memenuhi keinginan ayahandanya Sri Sultan Hamengku Buwono VII untuk menggantikannya, beliau wafat dalam usia 34 tahun tepatnya pada tanggal 21 Februari 1913, akibat sakit keras sekembalinya beliau dari Kulon Progo dan Gunung Kidul.
Sumber: https://www.facebook.com/pages/KGPAAnom-Hamengkunegoro-III/135924553106257?sk=infoСвадба: <171> ♀ Raden Ayu Suryodiningrat Enem [Ga.Hb.7.24.4] [?]
Свадба: <172> ♀ Bendoro Raden Ayu Suryodiningrat [Pb.10.?] (Bendoro Raden Ajeng Kusatima) [Pakubuwono X] , Surakarta
Смрт: 1960, Yogyakarta
Pada tahun 1925-an mulai mensubsidi dan mengembangkan tari-tari topeng karena menghawatirkan kepunahan tari topeng rakyat di zaman malaise perang dunia pertama. Tari Topeng kemudian banyak dipagelarkan dengan lakon-lakon panji dan sejarah Jenggala dan Kediri, bahkan penampilan topeng tar-tar, sebagai suatu adengan dizaman Kertanegara. Beliau juga merintis memecahkan larangan putri-putri kalangan atas belajar menari. Yang pada zamannya dianggap merendahkan martabat wanita karena pencemaran tledek, dengan jalan mendidik putri-putrinya sendiri menari dan mementaskannya.
Dalam perjuangan politik peranannya cukup besar antara lain : memimpin rakyat pedesaan, berhasil mengayomi rakyat kecil pedesaan, mendidik pemberantasan buta huruf. Berhasil mengangkat rakyat yang dipimpinnya menduduki kursi pemerintahan, serta perwakilan di MPRS, Parlemen, Konstituante, Badan Pemerintah Harian, DPRD. Karena Ketokohannya dalam seni budaya, ia menerima piagam penghargaan seni Wijaya Kusuma dari Pemerintah Republik Indonesia.Свадба: <177!> ♀ Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Amangku Negara [Gp.Hb.8.1] [Hb.6.11.14] (Raden Ajeng Katinah / Kanjeng Alit) [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <173> ♀ Bendoro Raden Ayu Purya Aningdiya [Ga.Hb.8.2] [?]
Свадба: <174> ♀ Bendoro Raden Ayu Puspitoningdiah [Ga.Hb.8.3] [?]
Свадба: <175> ♀ Bendoro Raden Ayu Srengkoro Adiningdya [Ga.Hb.8.4] [?]
Свадба: <176> ♀ Bendoro Raden Ayu Rukmi Aningdiya [?]
Свадба: <177> ♀ Kanjeng Bendoro Raden Ayu Ratna Adiningrum [Ga.Hb.8.6] ? (Raden Ayu Retnohadiningrum) [?]
Свадба: <178> ♀ Raden Ayu Siti Umiramtilah / Umiramsilah [Ga.Hb.8.6] [Hb.6.20.5.5] (Bendoro Raden Ayu Retnopuspito) [Pugeran]
Свадба: <184!> ♀ Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegoro [Gp.Hb.8.1] (Raden Ajeng Kustilah [Hb.6.11.21]) [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <65!> ♀ Bendoro Raden Ayu Rukmidiningdia [Ga.Hb.8.5] [Hb.6.9.3.1] (Bendoro Raden Ayu Rukhihadiningdyah) [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <179> ♀ Raden Ayu Pustinah [Hb.6.20.9.3] (Bendoro Raden Ayu Retno Wilanten) [Pugeran]
Свадба: <234!> ♀ Raden Ayu Siti Katina [Ga.Hb.8.1] [Hb.6.11.1] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI] , Yogyakarta
Титуле : од 8 фебруар 1921, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana VIII Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping VIII
Смрт: 22 октобар 1939, Yogyakarta
Професија : 1909, Kalasan, Diangkat menjadi Panewu Palang Negari (Sekretaris) di Kabupaten Kalasan dan bergelar Raden Panewu Mangundimejo
Професија : 1914, Gunung Kidul Regency, Menjadi Panji Kepala Distrik) di Semanu Kabupaten Gunung Kidul dan bergelar Raden Panji Harjodipuro yang kemudian diubah menjadi Harjokusumo
Професија : 1919, Kalasan, Menjadi Bupati Pangreh Praja Kalasan dan bergelar Raden Tumenggung Harjokusumo
Професија : 1927, Yogyakarta, Menjadi Bupati Kabupaten Kota Yogyakarta yang merupakan gabungan Kabupaten Sleman, Kalasan, dan Kota Yogyakarta
Титуле : 3 новембар 1933, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VIII
Свадба: <238!> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Chondrokirono II [Hb.7.54] [Hamengku Buwono VII] , Yogyakarta
Мировање: 14 јул 1945, Yogyakarta
Свадба: <180> ♀ Raden Ayu Surtiadiwati Suryomataram [Hb.6.9.14.1] [Hamengku Buwono VI] d. 1921
Свадба: <181> ♀ Nyai Ageng Suryomataram [?] , Salatiga
Смрт: 18 март 1962, Yogyakarta
Свадба: <182> ♀ Raden Ayu Hadikusumo Sepuh [Gp.Hb.7.58.1] [Hb.6.5.2.4] [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <183> ♀ Raden Ayu Hadikusumo Enem [Gp.Hb.7.58.2] [Hb.6.9.7.3] [Hamengku Buwono VI]
Свадба: <184> ♀ Raden Roro Untari [?]
Смрт: 24 октобар 1974, Hasto Renggo, Yogyakarta
Свадба: <186> ♀ Raden Ayu Hadiningrum [?]
Свадба: <187> ♀ Raden Ayu Sasmintaningrum [?]
Титуле : 9 новембар 1893, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibya Rajaputra Nalendra ing Mataram
Смрт: ~ 1942, Pasarean Hastorenggo, Yogyakarta
Свадба: <188> ♀ Raden Ayu Hadinegoro Sepuh [Gp.Hb.7.68.1] [?]
Свадба: <189> ♀ Raden Ayu Hadinegoro Enem [Gp.Hb.7.68.2] Raden Ajeng Ismusiratun [Surodiningrat]
Смрт: 30 август 1982, Yogyakarta
Свадба: <190> ♂ Raden Wedana Sindudipuro [?] b. 14 септембар 1901 d. 11 мај 1951
Смрт: 2 октобар 1968, Yogyakarta
Свадба: <191> ♀ Kanjeng Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Pakualaman]
Свадба: <192> ♀ Kanjeng Raden Ayu Ratnaningrum [?]
Титуле : 13 април 1937, Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
Титуле : од 1942, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII
Професија : од 1 октобар 1988, Yogyakarta, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Смрт: 11 септембар 1998, Yogyakarta
Pada 19 Agustus 1945 bersama Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII mengirimkan telegram kepada Sukarno dan Hatta atas berdirinya RI dan terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pada 5 September 1945 secara resmi KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat/Maklumat (semacam dekrit kerajaan) bergabungnya Kadipaten Pakualaman dengan Negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah kerajaan terkecil pecahan Mataram ini menjadi daerah Istimewa. Melalui Amanat Bersama antara Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII dan dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober tahun yang sama, ia berdua sepakat untuk menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jabatan yang dipangku selanjutnya adalah Wakil Kepala Daerah Istimewa, Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY (Oktober 1946), Gubernur Militer DIY dengan pangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II). Mulai tahun 1946-1978 Paku Alam VIII sering menggantikan tugas sehari-hari Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah istimewa karena kesibukan Hamengkubuwono IX sebagai menteri dalam berbagai kabinet RI. Selain itu ia juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah DIY dalam pemilu tahun 1951, 1955, dan 1957; Anggota Konstituante (November 1956); Anggota MPRS (September 1960) dan terakhir adalah Anggota MPR RI masa bakti 1997-1999 Fraksi Utusan Daerah.
Setelah Hamengkubuwono IX mangkat pada tahun 1988, Paku Alam VIII menggantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sampai akhir hayatnya pada tahun 1998. Perlu ditambahkan bahwa pada 20 Mei 1998 ia bersama Hamengkubuwono X mengeluarkan Maklumat untuk mendukung Reformasi Damai untuk Indonesia. Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang disebut Pisowanan Agung. Beberapa bulan setelahnya ia menderita sakit dan meninggal pada tahun yang sama. Sri Paduka Paku Alam VIII tercatat sebagai wakil Gubernur terlama (1945-1998) dan Pelaksana Tugas Gubernur terlama (1988-1998) serta Pangeran Paku Alaman terlama (1937-1998).Свадба: <193> ♀ Theodora Eland [Eland] b. 7 новембар 1919 d. 18 март 2011
Смрт: 30 октобар 1945, Laren
Свадба: <195> ♀ R. A. Clara Siti Katijah Mangoenwinoto [Mangoenwinoto]
Смрт: 28 мај 1944
Смрт: 26 фебруар 1955, Yogyakarta, Disarekan Pasarean Kuncen Yogyakarta
Смрт: 25 децембар 1973, Jakarta
Свадба: <182!> ♂ Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VIII / [Hb.6.18.3] (Raden Mas Subari) [Hamengku Buwono VI] b. 3 септембар 1882, Yogyakarta
Свадба: <220> ♀ Raden Ayu Doyomurti [Ga.Hb.7.1.1] [?]
Свадба: <221> ♀ Raden Ayu Doyoresmi [Ga.Hb.7.1.2] [?]
Свадба: <222> ♀ Raden Ayu Tejowati [Ga.Hb.7.13.1] [?]
Свадба: <223> ♀ Raden Ayu Tejoresmi [Ga.Hb.7.13.2] [?]
Свадба: <224> ♀ Raden Ayu Tejoningsih [Ga.Hb.7.13.3] [?]
Свадба: <225> ♀ Raden Ayu Tejomurti [Ga.Hb.7.13.4] [?]
Свадба: <226> ♀ Raden Ayu Tejohamboro [Ga.Hb.7.13.5] [?]
Свадба: <227> ♀ Raden Ayu Tejoasmoro [Ga.Hb.7.13.6] [?]
Свадба: <228> ♀ Raden Ayu Tejoningdyah [Ga.Hb.7.13.7] [?]
Свадба: <418!> ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Danuhadiningrat II [Hb.7.15] [Hamengku Buwono VII]
Свадба: <460!> ♂ Raden Mas Rusyadi [Hb.7.17.14] (Kanjeng Raden Tumenggung Kusumodilogo) [Hamengku Buwono VII]
Свадба: <252> ♂ Kanjeng Pangeran Haryo Suryadi [?]
Свадба: <254> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Wiryokusumo [?]
Свадба: <257> ♀ Raden Ayu Layung Asmoro [Ga.Hb.7.31.1] [?]
Свадба: <258> ♀ Raden Ayu Layung Puspito [Ga.Hb.7.31.2] [?]
Свадба: <259> ♀ Raden Ayu Layung Sekar [Ga.Hb.7.31.3] [?]
Свадба: <131!> ♂ Kanjeng Pangeran Adipati Aryo Danurejo VII / Raden Mas Bambang Ryanto (Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro V) [Danurejo] b. 20 новембар 1869 d. 1933
- Kepala SMAN A1, Yogyakarta
- Kepala Sekolah Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama, Yogyakarta