? (Raden Ronggo Sedayu) - Индекс потомака

Из пројекта Родовид

Особа:658202
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> ? (Raden Ronggo Sedayu) [?]

2

21/2 <1> ? ? (Raden Ronggolawe) [?]
Raden Ronggolawe adalah Patih Surabaya
32/2 <1> ? (Mas Tirto Adi Menggolo) [?]

3

41/3 <2> Raden Adipati Yudonegoro II / Kyai Sumowijoyo [Yudonegoro]
Професија : Banyumas, Bupati Banyumas
52/3 <3> ? (Mas Mangunwijoyo) [?]
63/3 <3> ? ? (Kyai Ngabehi Mangundirono) [?]
Ki Ngabehi Mangundirono adalah bupati Ngrowo(nama lama Tulungagung) tahun 1744 M (Sumber Babad Tulungagung)
74/3 <3> ? (Nyai Dipati Mangundipuro) [?]
85/3 <3> ? ? (Mas Mangunrono) [?]

4

141/4 <4> Kanjeng Raden Adipati Danurejo I / Raden Bagus Konting Mertowijoyo (Patih Cakrajaya, Sumowijoyo, Yudonegoro II) [Yudonegoro]
Професија : Banyumas, Bupati Banyumas
Свадба: <1> 29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I. ? (Bendoro Raden Ayu Tongle) [Amangkurat IV]
Професија : од 13 фебруар 1755, Yogyakarta, Pepatih Dalem bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo I
Смрт: 19 август 1799, Yogyakarta, Dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Kadhaton Kasuwargan
92/4 <4> ? (Nyai Dipati Purwodiningrat) [?]
103/4 <5> ? (Kyai Kromodirono) [?]
114/4 <6> ? (Kyai Sumodirono Kenayan) [?]
125/4 <6> ? ? (Raden Tumenggung Sosrobahu) [?]
136/4 <6> ? (Raden Ayu Haryo Silarang) [?]
Putra Dalem ingkang Sinuhun Pakubuwono II
157/4 <4> Nyai Honggokusumo [?]
Magetan

5

191/5 <14+1> Kanjeng Raden Tumenggung Danunegoro / Tirtodiwiryo [Danurejo I]
Свадба: <2> 30. Bendoro Raden Ayu Tumenggung Danunagara (2) [Hamengku Buwono]
Титуле : новембар 1811, Bupati Kliwon
202/5 <14+1> Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegoro / Raden Riya Menduro (Adipati Danurejo) [Yudonegoro III]
Професија : од 7 новембар 1811, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Ngayogyakarta bergelar Kiai Adipati
183/5 <14+1> Kanjeng Raden Tumenggung Danukusumo ? (Wedono Jobo) [Danurejo I]
Свадба: <3> 5. Bendoro Raden Ayu Danukusumo [Hamengku Buwono] b. 1756
Смрт: јануар 1812
164/5 <9+?> Fulan ? (Kanjeng Ratu Pakubuwono II) [?]
175/5 <14> Raden Ayu Demang [Danurejo I]

6

211/6 <18+3> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo II / Kanjeng Raden Tumenggung Mangkunegoro (Patih Seda Kedhaton) [Danurejo I]
Рођење: 1772
Свадба: <5> Bendoro Mas Ayu Pulungayun [?]
Професија : од 9 септембар 1799, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo II
Смрт: 28 октобар 1811, Yogyakarta, Dimakamkan di Banyusumurup, kemudian dipindahkan ke Mlangi
222/6 <17+4> Kanjeng Raden Tumenggung Martonegoro [Hamengku Buwono I]

7

261/7 <21> Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro I [Danurejo II]
Рођење: menikah dgn Raden Ayu Bendara Kaleting Kuning (putri Kanjeng Ratu Kencana)
Свадба: <7> Bendoro Raden Ayu Padmi [?]
232/7 <21+5> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV / Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo (Kanjeng Pangeran Haryo Juru / Pangeran Juru Ridder) [Danurejo]
Свадба: <8> Bendoro Raden Ayu Danurejo [Hb.4.8] [Hamengku Buwono IV]
Свадба: <9> Raden Ayu Adipati Danurejo [Hb.3.4.3] [Hamengku Buwono III]
Смрт: 1844, Yogyakarta, Dimakamkan di Mlangi, sebelah utara Demakijo
Професија : од 11 фебруар 1847, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV
243/7 <21> Raden Tumenggung Mertonegoro / Jayapermadi [Danurejo II]
254/7 <21> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Gp.Hb.4.1] / Gusti Kanjeng Ratu Agung (Gusti Kanjeng Ratu Hageng) [Danurejo II]
275/7 <21> Raden Ajeng Kapilah Raden Ayu Suryabrangta [Danurejo II]

8

301/8 <26+7> Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro II ? (Raden Bagus Mali) [Yudonegoro]
Рођење: (dari Ibu Raden Ayu Bendara Padmi) BUPATI BANYUMAS VII
282/8 <25+11> Kanjeng Sultan Hamengku Buwono V / Gusti Raden Mas Gathot Menol [Hb.4.6] (Sinuhun Menol) [Hamengku Buwono V]
Рођење: 24 јануар 1820, Yogyakarta
Свадба: <13> Gusti Kanjeng Ratu Sultan [Gp.Hb.6.2] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng (Roromunting) [Prawirorejoso]
Свадба: <14> Kanjeng Mas Hemawati [Hamengku Buwono]
Свадба: <15> Bendoro Raden Ayu Panukmowati [Ga.Hb.5.2] [?]
Свадба: <16> Bendoro Raden Ayu Dewaningsih [Ga.Hb.5.1] [?]
Свадба: <17> Bendoro Raden Ayu Retno Sriwulan [Ga.Hb.5.3] [?]
Титуле : од 19 децембар 1823, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
Титуле : од 17 јануар 1828, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
Свадба: <18> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
Титуле : 1839, Yogyakarta, Letnan Kolonel
Титуле : 1847, Yogyakarta, Kolonel
Развод: <18!> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
Свадба: <19> Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.3.2.22] / Bendoro Raden Ayu Andaliya [Gp.Hb.5.2] [Hamengku Buwono III] b. 1834 d. 25 мај 1919, Yogyakarta
Смрт: 5 јун 1855, Imogiri, Astana Besiyaran
Sri Sultan Hamengkubuwana V (Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono V, lahir: 20 Agustus 1821 – wafat: 1855) adalah sultan kelima Kesultanan Yogyakarta, yang berkuasa tanggal 19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826, dan kemudian dari 17 Januari 1828 - 5 Juni 1855 yang diselingi oleh pemerintahan Hamengkubuwana II karena ketidakstabilan politik dalam Kesultanan Yogyakarta saat itu.

Riwayat pemerintahan Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Raden Mas Mustoyo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1821. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda.Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1821 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertahta berumur 2 (dua) tahun.

Hamengkubuwana V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif, dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.

Kebijakan Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Raden Mas Ariojoyo (nantinya Hamengkubuwana VI). Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan Sultan dengan Raden mas Ariojoyo.

Keadaan semakin menguntungkan Raden Mas Ariojoyo setelah ia berhasil mempersunting putri Kesultanan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 Sultan sendiri, Kanjeng Mas Hemawati. Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa pemerintahannya.

Sri Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno ("wafat oleh yang dicinta"), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke-5-nya, yaitu Kanjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sri Sultan suaminya.[2]

Ketika insiden pembunuhan itu terjadi, permaisuri Sultan HB V yakni Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, sedang hamil tua. 13 hari pasca sultan tewas, lahirlah anak yang dikandungnya itu dan seharusnya menjadi penerus tahta Yogyakarta. Putra mahkota Sultan HB V tersebut diberi nama Raden Mas Kanjeng Gusti Timur Muhammad.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_V

Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono V Salah satu mahakarya yang lahir di era beliau adalah Serat Makutha Raja. Di dalamnya memuat tentang prinsip-prinsip dasar menjadi raja yang baik. Dari karya ini dapat dilihat visi ke depan Sultan Hamengku Buwono V yang sangat memihak kepada rakyat.

Serat Makutho Raja ini pula yang nantinya menjadi pedoman bagi raja-raja selanjutnya, dan juga menjadi rujukan bagi pemimpin-pemimpin di luar keraton. Serat Makutho Raja ini kurang lebih mengandung nasehat-nasehat dari Kitab Tajussalatin.

Kitab Tajussalatin diterjemahkan di era Sri Sultan Hamengku Buwono V. Kemudian lahir pula karya lain seperti Suluk Sujinah, Serat Syeh Tekawardi dan Serat Syeh Hidayatullah.

Sri Sultan Hamengku Buwono V juga menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap kegiatan-kegiatan seni, terutama seni tari. Beliau memimpin sendiri komunitas tari di istana. Bahkan, beberapa sumber juga mengatakan ia turut menjadi penari.

Disamping tarian, Sri Sultan Hamengku Buwono V memprakarsai Gendhing Gati yang memadukan alat musik diatonis seperti terompet, trombon, suling dan jenis drum atau tambur dengan karawitan Jawa. Gendhing Gati ini lazimnya digunakan dalam gerak Kapang-Kapang pada tari Bedaya atau Serimpi, yaitu komposisi ketika masuk atau keluar dari ruang tari.

Pada era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V juga terdapat keunikan-keunikan lain dalam pelembagaan tari. Beliau membentuk kelompok penari Bedaya yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita, digantikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut kelompok Bedaya Kakung.

Karya seni tari lain yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono V adalah Tari Serimpi Renggawati yang ditarikan oleh lima orang penari, yang salah satunya berperan sebagai Dewi Renggawati. Jalan cerita tari ini menggambarkan kisah Prabu Anglingdarma.

Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono V juga mengembangkan seni wayang orang. Pada masanya tak kurang dari lima judul lakon yang sering dipertunjukkan yakni Pragulamurti, Petruk Dadi Ratu, Angkawijaya Krama, Jaya Semedi dan Pregiwa-Pregiwati.

Media:https://www.kratonjogja.id/raja-raja/6/sri-sultan-hamengku-buwono-v
293/8 <25+11> Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VI / Gusti Raden Mas Mustojo [Hb.4.12] (Sinuhun Mangkubumi) [Hamengku Buwono VI]
Sri Sultan Hamengkubuwana VI (Bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono VI, lahir: 1821 – wafat: 20 Juli 1877) adalah sultan ke-enam Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1855 – 1877. Dia menggantikan kakaknya, Hamengkubuwana V yang meninggal di tengah ketidakstabilan politik dalam tubuh Keraton Yogyakarta.

Riwayat Pemerintahan Nama asli Sultan Hamengkubuwana VI adalah Raden Mas Mustojo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tahun 1821.

Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu Hamengkubuwana V pada tahun 1855, setelah Hamengkubuwana V meninggal secara misterius. Pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi yang besar yang meruntuhkan sebagian besar Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gede (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.

Pada masa Hamengkubuwana V, Raden Mas Mustojo adalah seorang penentang keras kebijakan politik perang pasif kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang ada di bawah Kerajaan Belanda. Namun setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi Hamengkubuwana VI, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.

Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI kemudian mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VI, namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan Danuredjo V, patih Keraton Yogyakarta saat itu. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin kuat pada masa pemerintahan HB VI, apalagi setelah dia menikah dengan putri Kesultanan Brunai.

Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa dengan kerajaan-kerajaan lain, tercatat bahwa Sultan HB VI dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Tapi lambat laun hubungan dengan pemerintahan Hindia-Belanda agak mulai menuai konflik tertama karena keraton Yogyakarta kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Hindia-Belanda dan Kerajaan Belanda.

Pemerintahan Hamengkubuwana VI berakhir ketika ia meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877. Ia digantikan putranya sebagai sultan selanjutnya bergelar Hamengkubuwana VII.
314/8 <25+11> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Hanom Hamengkunegoro [Hb.4.1] [Hamengku Buwono IV]
325/8 <23+9> Raden Ayu Suryoprawiro [Hb.3.4.3.1] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
336/8 <23+9> Raden Mas Karmeni [Hb.3.4.3.2] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
347/8 <23+9> Raden Mas Suleman [Hb.3.4.3.3] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
358/8 <23+9> Raden Ajeng Parkis [Hb.3.4.3.4] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
369/8 <23+9> Raden Ayu Mertonegoro [Hb.3.4.3.5] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
3710/8 <23+9> Raden Ayu Dipokusumo [Hb.3.4.3.6] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
3811/8 <25+11> Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.4.14] [Hamengku Buwono IV]
3912/8 <23+8> Raden Ayu Suryoprawiro [Hb,4.8.1] [Hamengku Buwono IV]
4013/8 <23+8> Raden Mas Karmeni [Hb.4.8.2] [Hamengku Buwono IV]
4114/8 <24+10> Kanjeng Raden Tumenggung Mertonegoro II [Danurejo II]