Kanjeng Pangeran Ronggo Warsito - Индекс потомака
Из пројекта Родовид
2
21/2 <1> ♂ Kanjeng Pangeran Kuning [?]3
31/3 <2+?> ♂ Raden Tumenggung Mertawangsa I ? (Seda Lawe) [?]4
41/4 <3> ♂ Pangeran Mertawangsa II (Seda Pondhoh) [Majapahit]5
51/5 <4> ♂ Pangeran Surabrata [Majapahit]6
81/6 <6> ♂ Raden Mas Panji Merto Dipuro [?][[Mencari Tahun Kelahiran]]
Reog Sambernyawan Wonogiren diilhami dari nilai sejarah perjuangan R. M. Said*) dalam melawan penjajah Belanda yang selalu ikut campur dalam urusan kerajaan. --
- ) ♂ # Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa)
birth: 7 April 1725, Kartasura death: 28 December 1795, Surakarta) --
Perjuangan R. M. Said yang ulet dimulai dari Nglaroh menuju Sembuyan, Wiroko, Keduwang dan berakhir sampai Ponorogo, Jawa Timur. Di Kabupaten Ponorogo, R. M. Said mengajak Adipati Suradiningrat untuk bersatu melawan kompeni Belanda. Akan tetapi ajakan ini ditolaknya dan timbulah perselisihan dalam perang catur di antara keduanya.
Dari perang catur berkembang menjadi perang fisik yang berkobar dengan sengit karena Adipati Suradiningrat tetap menolak ajakan R. M. Said. Dengan ketegasan, kharisma, dan keberanian yang luar biasa pada diri R. M. Said maka ia disebut Pangeran Sambernyawa. Hal ini ditandai pula dengan terbunuhnya Adipati Suradiningrat di tangan Pangeran Sambernyawa. Akhirnya pengikut Adipati Suradiningrat berangsur-angsur menyerah kalah.
NB: Namun dari referensi diatas, belum tahu, yang bertemu dengan Raden Mas Said, apakah Adipati Suradiningrat I, ataukah Adipati Suradiningrat II. Untuk itu, catatan ini saya tambahkan pada kedua orang tersebut.
- ) Menurut catatan sejarah dan silsilah Trah Suradiningrat memang pernah terjadi salah paham antara Kangjeng Raden Hadipati Suradiningrat I dengan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I yang disebabkan oleh kelicikan Patih Ponorogo saat itu yang bernama Patih Tambakbaya. Ketika KGPAA Mangkunegara I berada di perbatasan Kadipaten Ponorogo, beliau menerima surat sambutan dari Adipati Ponorogo yang telah diubah isinya oleh Patih Tambakbaya dari kata-kata yang semula "SAMPUN SAMEKTA SEDAYA" menjadi "SAMPUN SAMEKTA ING NGAYUDHA" sehingga menimbulkan salah paham dan kemarahan dari pihak Mangkunegaran dan berujung dengan gugurnya Kangjeng Raden Hadipati Suradiningrat I. Peristiwa tersebut terjadi di daerah Demung oleh karena itu beliau dikenal dengan nama Kangjeng Raden Hadipati Suradiningrat I Seda Demung. Menjelang wafatnya Kangjeng Raden Hadipati Suradiningrat I, KGPAA Mangkunegara I menemui beliau dengan menunjukkan surat yang dikirim oleh Patih Tambakbaya yang berbeda isinya dengan yang beliau diktekan kepada Patih Tambakbaya. Mengetahui dirinya telah diadu domba dengan Adipati Ponorogo, KGPAA Mangkunegara I memerintahkan pasukannya mengejar Patih Tambakbaya yang telah melarikan diri dan memenggal kepala Patih tersebut sebagai penebus kesalahan yang telah dilakukan Patih tersebut.
7
101/7 <7> ♂ Raden Tumenggung Tjakramenggala [Majapahit][[Mencari Tahun Kelahiran]]
Reog Sambernyawan Wonogiren diilhami dari nilai sejarah perjuangan R. M. Said*) dalam melawan penjajah Belanda yang selalu ikut campur dalam urusan kerajaan. --
- ) ♂ # Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa)
birth: 7 April 1725, Kartasura death: 28 December 1795, Surakarta) --
Perjuangan R. M. Said yang ulet dimulai dari Nglaroh menuju Sembuyan, Wiroko, Keduwang dan berakhir sampai Ponorogo, Jawa Timur. Di Kabupaten Ponorogo, R. M. Said mengajak Adipati Suradiningrat untuk bersatu melawan kompeni Belanda. Akan tetapi ajakan ini ditolaknya dan timbulah perselisihan dalam perang catur di antara keduanya.
Dari perang catur berkembang menjadi perang fisik yang berkobar dengan sengit karena Adipati Suradiningrat tetap menolak ajakan R. M. Said. Dengan ketegasan, kharisma, dan keberanian yang luar biasa pada diri R. M. Said maka ia disebut Pangeran Sambernyawa. Hal ini ditandai pula dengan terbunuhnya Adipati Suradiningrat di tangan Pangeran Sambernyawa. Akhirnya pengikut Adipati Suradiningrat berangsur-angsur menyerah kalah.
NB: Namun dari referensi diatas, belum tahu, yang bertemu dengan Raden Mas Said, apakah Adipati Suradiningrat I, ataukah Adipati Suradiningrat II. Untuk itu, catatan ini saya tambahkan pada kedua orang tersebut.8
271/8 <10> ♂ Raden Mas Nitidipura [Majapahit] 282/8 <12> ♂ Raden Soemarto [?] 293/8 <9> ♂ Brotonegoro, RMP ? (Wedono Ponorogo) [?] 304/8 <9> ♂ Notowidjojo (Notowijoyo), RMP ? (Klw. Magetan) [?] 315/8 <9> ♀ Prawirodigdo, RA ? (Wedono Rengel) [?] 326/8 <9> ♂ Aji Soerodiningrat (Surodiningrat) ke Iii, RM ? (Bupati Magetan) [?] 337/8 <9> ♀ T. Mertonegoro, RA ? (Bupati Ponorogo) [?] 348/8 <9> ♂ Soerolojo (Suroloyo), RMP [?] 359/8 <9> ♂ Ario Sosrokoesoemo (Sosrokusumo), RM ? (Patih Ponorogo) [?] 3610/8 <9> ♀ Soemodiwirjo (Sumodiwiryo), RA ? (Wedono Pelem) [?] 3711/8 <9> ♂ Soebroto (Subroto), RMP ? (Mantri Gudang Plaosan) [?] 3812/8 <9> ♂ Soemobroto (Sumobroto), RMP ? (Mantri Polisi Tebu Ngaribojo) [?]Dari situ timbul 'kemiripan' bahwa pernyataan bapak yang menuturkan bahwa Eyang Buyut Kakung seorang mantri tebu. Dan jika dibandingkan dengan 'Soemobroto', ternyata beliau adalah seorang 'Mantri Polisi Tebu Ngariboyo'.
Hanya satu hal yang masih belum jelas. Bahwa bapak sempat menuturkan jika Eyang Kakung Buyut itu berkuasa di daerah Ngebel, bukan di Ngariboyo. Penelitian lebih lanjut untuk memeriksa kedekatan kedua daerah tersebut, dan menganalisa profesi Eyang Buyut Kakung, apakah tetap ataukah berpindah-pindah lokasi.