13. Pangeran Jaya Sentika b. 1710 - Индекс потомака

Из пројекта Родовид

Особа:1294763
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> 13. Pangeran Jaya Sentika [Al Mahasin]
Рођење: 1710, Kasunyatan, Banten
Свадба: <1> 2. Nyi Hj. Ummu Salamah [Al Mansyur]
Сахрана: Kenari, Banten
SUMBER :


1. BABAD Banten (Primbon)

2. Catatan Keluarga Drs. Rd. H. Achmad Arslan Jayasentika, M. Sc (Juru Sejarah Bani Jayasentika).

3. Catatan Keluarga Tb. Safaruddin Jayasentika (Ketua Umum/Kasepuhan Dzurriyyat Panembahan Maulana Yusuf Pekalangan Gede, Banten 1570 - 1580).

4. Catatan Keluarga Abah H. Tb. A. Halim Syah Jayasentika (Dewan Penasehat/Kasepuhan Dzurriyyat Panembahan Maulana Yusuf Halim, Jakarta Timur 1570-1580).

5. Buku Nasab Induk : Keluarga Pangeran Jaya Sentika (Halim, Jakarta Timur)


Ahli Waris Tulisan dan segala yang dibagi disini: R (Tb). Dika Syah Bachri, S. ikom Bin R (Tb) H. Agus Halim Syah Jayasentika, SE, MH Bin R (Tb) H. Sa'aman


== PENINGGALAN PUSAKA ==

(Menyusul)



== SEJARAH SINGKAT ==


Kisahnya di Kesultanan Banten memang tidak banyak yang tahu karena data - data informasi yang sedikit dan hanya anak keturunannya saja yang mengetahui berdasarkan cerita (oral) turun temurun serta sedikit catatan keluarga yang ada.


Pangeran Jaya Sentika memiliki nama kecil Raden Abdul, lahir pada tahun 1710 Masehi di Kasunyatan (Banten) dari seorang ibu Garwa Padmi Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin yang bernama Ratu Rochimah binti Ratubagus Jaya Haji bin Patih Mangkubumi/Pangeran Arya Mandura Raja bin Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Sultan Banten ke – IV)


Menurut folklore, Pangeran Jaya Sentika berperawakan tinggi (lebih tinggi diantara lelaki seusianya), berbadan tegap, berdada bidang, berkulit kuning Langsat (bersih), berhidung mancung, berambut lurus seleher sedikit bergelombang dan berwajah seperti orang (keturunan) Arab dan bicaranya lugas penuh wibawa.


Pangeran Jaya Sentika kecil dibesarkan dilingkungan Keraton, seperti anak - anak Sultan yang lainnya, beliau dididik Ilmu Agama, Ilmu Tata Negara dan Ilmu Beladiri sejak belia. Hingga tumbuh menjadi remaja yang cakap dan tangguh. Keberanian dan ketegasan sudah nampak dari kecil, sehingga ia tak pernah takut menyuarakan kebenaran. Tutur katanya lugas , terarah dan tak pandai basa - basi, maka tidak seorang pun yang tidak memahami ucapannya. Wataknya pendiam tak banyak bicara namun tegas ketika menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Inilah bibit awal yang membuatnya tidak disukai oleh banyak pihak, VOC atau bangsawan Istana kala itu.


Semenjak kecil ia telah dibekali Ilmu Beladiri yang mumpuni, mulai dari teknik berpedang (golok sabet), memanah, berkuda, serta lelaku batin pun sudah menjadi makanan pokok sehari - hari. Beliau pun dikenal piawai memainkan beragam senjata perang. Meski demikian, pondasi agama yang baik membuat dirinya tetap menjunjung tinggi nilai – nilai adat dan norma – norma kemanusiaan. Dimata rakyatnya, ia dikenal sebagai seorang pangeran yang suka menolong. Kepribadiannya yang tak mau dikenal membuat dirinya seakan tak punya peran sehingga jasanya terasa sukar tuk dikenang.


Dimasa hidupnya, kondisi Istana kala itu memang sudah tidak sehat. Korupsi merajalela, Keselewengan terjadi didepan mata dan itu dilakukan bukan hanya oleh Belanda namun juga dari keluarga Istana. Rakyat dibebani aturan - aturan yang menyiksa dan tak ada yang bisa menghentikannya. Rakyat tak lagi percaya kepada pemerintah, Kesultanan Banten kehilangan marwah, rakyat memberontak, tingkat kejahatan menjulang tinggi, walaupun masih dapat dipadamkan namun situasi ini sangat memilukan. Seperti halnya api yang senantiasa siap berkobar hanya tinggal menunggu pemantiknya saja.


Kira - kira pada tahun 1730 H saat usia sang Pangeran menginjak (-+) 20 tahun, ia meminta izin kepada ayahandanya untuk pergi mendalami agama ke negeri Arab, namun tidak di izinkan karena usianya yang masih terbilang muda, singkat cerita dipertemukanlah ia dengan Syeikh Haji Mansyur, seorang ulama Thariqah di Banten kala itu, beliau seorang Mursyid Thariqah Syattariyah yang masyhur akan kewaliannya. Meski sikapnya terkadang Khawariqul ‘Adat (diluar kebiasaan). Konon ceritanya, ketika pertama kali ingin berguru, sang Pangeran diminta untuk berkhalwat serta berpuasa sebelumnya disebuah gua yang letaknya dipinggir pantai (masih wilayah banten). Selama 100 Hari, namun ketika perutnya terasa lapar tiba - tiba datang seekor harimau yang membawa persediaan makanan. Jika persediaan telah habis, ia akan kembali datang. Kemudian setelah selesai berkhalwat 100 Hari, bertemulah sang Pangeran dengan sesosok Kakek - kakek berjubah putih, bersurban Hijau dan bertongkat. Menurut cerita senyap, harimau yang selalu datang membawakan makanan adalah Santri Syeikh Haji Mansyur dari Bangsa Jin. Sementara kakek - kakek itu adalah Nabiyullah Khidir a.s.


Jika ada cerita turun temurun yang menyebutkan bahwa Pangeran Jaya Sentika merupakan pengamal Thariqah, itu tidak salah. Karena memang Syaikh Haji Mansyur adalah salah seorang gurunya. Kedekatannya bahkan bukan hanya sebagai murid dan guru, melainkan sudah seperti ayah dan anak. Hingga kemudian dinikahkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Nyi Hj. Umi Salamah / Nyai Umi. Tidak banyak cerita mengenai istrinya, akan tetapi dari pernikahan ini ia memiliki keturunan.


Kiprahnya dalam keraton dimulai ketika usianya (-+) genap 24 tahun, ia memegang jabatan sebagai juru tengah, dan komandan pasukan khusus tugasnya antara lain sebagai pengawal pribadi sultan dan kepala keamanan Istana/Keraton Surosowan dan menjadi benteng paling depan tatkala berhadapan dengan musuh membawahi 60 Pasukan Elit Kerajaan yang siap bertaruh nyawa demi kejayaan Kesultanan Banten.


Pada saat Kesultanan Banten kisruh di zaman Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin yang disebabkan oleh kesewenang - wenangan yang dilakukan sang Permaisuri Syarifah Fathimah (Wanita Keturunan Arab) Janda seorang Letnan Melayu di Batavia. Beliau merupakan Pioneer dari kalangan Istana yang pertama melakukan pemberontakan terhadap kezaliman yang dilakukan sang Permaisuri yang bersekutu dengan VOC untuk merampas kekuasaan dengan cara menyingkirkan Sultan Muhammad Syifa’ Zainul Arifin dan Pangeran Gusti selaku putra mahkota. Kondisi semakin memburuk tatkala Kompeni mengangkat Pangeran Arya Adisentika bin Sultan Abul Mahasin menjadi Sultan sepihak dengan gelar Sultan Abul Ma’ali Muhammad Wase’ Zainul ‘Alimin pada tahun 1752


Puncaknya, Pangeran Jaya Sentika mengambil komando, diawali dengan membentuk pemerintahan darurat bersama saudara dari beda ibu yakni Pangeran Arya Adi Sentika, bersama para ponggawa kerajaan serta beberapa keluarga Istana memberi perlawanan demi menyelamatkan marwah sang Sultan dan negaranya dengan membuat kekacauan dari dalam Istana dan kekacauan didaerah Caringin dan Kota Surasowan. Namun pasukan VOC dan sekutu terlalu kuat sehingga membuat para ponggawa banyak meregang nyawa. Kemudian, dengan sisa pasukan serta keluarga yang ada dalam barisan, mencoba keluar dari kota pergi menuju pedalaman dan bergabung dengan Laskar Rakyat Banten yang dipimpin oleh Ratu Bagus Buang dan Ratu Bagus Mustofa (Ki Tapa) /Pangeran Temanggung yang sebelumnya telah memulai pertempuran diluar Keraton. Basis perjuangan awal didaerah Gunung Sari, Serang, Banten. Kemudian bergerak ke Batavia, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Jasinga, Anyer hingga Ujung Kulon. Pangeran Jaya Sentika pun seperti Ratubagus Buang dan Ki Tapa yang menjadi buruan musuh, pasukan Belanda dan sekutu dibuat geram dan kewalahan. Pasalnya, ketiganya begitu cerdik dan sulit dihentikan langkahnya. Strategi perang "Petjah Seribu" pun dilancarkan, satu nama sesungguhnya berbeda - beda orangnya. Ditambah, setiap kali berpindah - pindah tempat mereka mengganti nama dan nyamar menjadi rakyat jelata, hal itu tentu membuat jejak langkahnya tak mudah dibaca oleh pihak musuh.


Pertempuran terus menerus terjadi, korban pun semakin banyak berjatuhan, mulai dari kalangan Rakyat hingga Bangsawan keluarga Kesultanan pun tak luput menjadi sasaran. Sungguh Belanda dan sekutu biadab! Akhirnya, Pangeran Jaya Sentika tak mampu lagi melihat kerabat dan keluarganya menjadi korban. Istri pertamanya wafat dalam pelarian dikarenakan sakit dan dimakamkan di daerah Ciomas, dekat gunung sari. Beliau pun menitipkan anak dari istri pertamanya ini kepada Pangeran Darmakusuma, Adik dari lain ibu (Dikemudian hari anaknya saling dinikahkan) sementara ia melanjutkan perjuangan.


Pangeran Jaya Sentika kembali mengatur siasat agar sisa pasukan yang ada bisa selamat, dengan perbekalan yang terkuras dan tak ada jalan lain selain menerobos pasukan lawan yang telah mengepung dari segala arah, akhirnya beliau berpencar dengan barisan yang lain mencoba mengecoh musuh. Karna kecerdasannya dimedan perang beliau berhasil memecah pasukan lawan dan lolos dalam kejaran.


Menurut riwayat Drs. R (Tb) H. Achmad Arslan, M. Sc (Mang Entus Mamay), "Pangeran Jayasentika itu licin dan lihai, ia cerdas dalam mengecoh lawan dan selalu berhasil meloloskan diri dari kepungan dan kejaran Belanda/Sekutu",


Didalam pelariannya sampailah ia di Pamijahan, Tasik, Jawa Barat. Disana ia berniat menemui sahabat gurunya yaitu Syeikh Abdul Muhyi bin Lebe Warta Kusuma (Syaikh Abdul Jalil), disana ia pun sempat berguru kepada sang Syeikh dan dinikahkan dengan putri gurunya yang bernama Nyi Rd. Ayu Chatisah, kemudian setelah itu dibawalah sang istri ke Gunung Sari, Ciomas, Banten. Menurut cerita Mang Entus Mamay, Dimasa tuanya, Pangeran Jaya Sentika menghabiskan sisa usianya sebagai guru Thoriqot Syattariyah dan dikenal dengan nama Syeikh Abdul Wakhid, beliau pun tinggal dan wafat (dimakamkan) di Gunung Kupak, Ciomas, Banten. Namun menurut riwayat keluarga penulis, menjelang akhir hayatnya beliau balik ke Banten kemudian wafat dimakamkan bersebelahan dengan pasaréan Sultan Muhammad Waseh Zainul Alimin, saudaranya, dikomplek pemakaman Sultan, Cikoplok, Kenari, Banten.


Wallahu A'lam bish-Shawab.


Riwayat keluarga Gunung Sari dan Keluarga Halim.

(Bersambung...)


Noted : Sumber Catatan dan Riwayat Keluarga Besar yang tidak disebarluaskan. Hanya untuk menambah pengetahuan saja, jika ada yang menyadurnya apalagi sampai merubah-rubah tanpa persetujuan keluarga, atau izin terlebih dahulu kepada Person:1197198 KAMI TIDAK MENGIZINKAN dan sungguh KURANG DALAM ADAB serta tidak menghargai kami sebagai salah satu Keturunannya.

2

21/2 <1+1> 1. Pangeran Jaya (Tubagus Safiuddin Jaya) [Jaya Sentika]
Рођење: 1752, Kasunyatan Banten
Свадба: <2> 1. Ratu Ayu [?]
Смрт: Cikoplok, Kenari, Banten
32/2 <1+?> 2. Raden Sura Jaya [Jaya Sentika]
Рођење: 1756, Barugbug, Ciomas, Banten

3

71/3 <2+2> 2. Ratu Afifah [Jaya Sentika]
Рођење: Kamasan, Banten
Смрт: Cikoplok, Kenari, Banten
42/3 <2+2> 1. Pangeran H. Chusen [Jaya Santika]
Рођење: 1789, Kamasan, Banten
Смрт: Cikoplok, Kenari, Banten
SUMBER :

1. Catatan Keluarga Kasunyatan - Banten.

2. Buku Nasab Induk : Keluarga P. Jaya Santika (Jakarta)


Milik Keluarga: Tb. Dika Syah Bachri
53/3 <2> 4. Syaikh Tubagus Abdul Latief [Jaya Sentika] 64/3 <2> 3. Pangeran H. Mulafar [Jaya Sentika]
85/3 <3> Raden Irfan [Jaya Sentika]
96/3 <2> 5. Ratu Afiyah [Jaya Santika]

4

131/4 <5> Tubagus Abdul Khaer [Tubagus]
Место становања : изм и, Di kasunyatan, banten
Pendiri TTKKDH
102/4 <4> SyaikhTubagus Abdul Mu'in (Buya Mu'in Kamasan) [Chusaeni]
Рођење: 1830, Kamasan; Banten
Свадба: <3> Nyi Gede Kamasan [Kamasan]
Смрт: Kenari, Kasunyatan, Banten
113/4 <8> Raden Chidir [?]
124/4 <7> Ψ Dalam Pendataan [Pendataan]

5

141/5 <10+3> 1. Kiyai Tubagus Achmad Muntari (Mbah Mun) [Chusaeni]
Рођење: 1862, Kenari, Banten, Jawa Barat
Свадба: <4> Nyi Raden Siti Jama' [Jama'] b. 1878
Смрт: 1940, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
152/5 <11> Rd. H. Moch. Adam [Chidir]
163/5 <11> Rd. H. Suta Asria [Chidir]
174/5 <10+3> 2. KH. Tubagus Achmad Muntadhor [Muntadhor]
185/5 <10> 3. KH. Tubagus Achmad Muntaqo' [Chusaeni]
196/5 <13> Ratu Khadariyah [Ratu]

6

201/6 <14+4> Tubagus Udjang Bachri [Chusaeni]
Рођење: 1895, Sukaraja, Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Свадба: <5> 3. Nyi Rd. Kasmeri [Kasmeri] b. 1898
Смрт: 1955, Lemah Abang, Cikarang Utara
PEJUANG HIZBULLAH YANG LUPUT DARI SEJARAH

Tb. Ujang Bachri (Riwayat lain :Bakri) merupakan anak dari Kiai Tb. Muntari, Sukaraja - Bogor (asal Kenari - Banten). "Ujang" adalah panggilan sayang atau ningrat yang lazim digunakan diwilayah priangan /masyarakat Sunda. Meskipun leluhurnya berasal dari Kenari - Banten, namun ia lahir dan besar di Sukaraja - Bogor. Menurut kesaksian keluarga, Abah Ujang diceritakan perawakannya gagah, berbadan tegap dan berkumis. Dalam kesehariannya selalu berpakaian menggunakan iket /udeng dan baju pangsi hitam, tetapi sangat santun dalam laku lampahnya. Masa kecil dan mudanya banyak dihabiskan untuk menimba ilmu, mulai dari Agama, hingga kanuragan. Beliau pun ahli dalam beladiri, mengingat secara garis nasab masih cicit dari jalur Ibunya yang merupakan puteri dari Rd. Sena bin Rd. Zaed peletak dasar jurus Cibarusahan. diceritakan bahwa beliau ikut dalam Laskar Hizbullah dan memimpin pasukan kelompok Cibarusah, bersama - sama dengan (alm) Kiai H. Rd. Ma'mun Nawawi, Cibogo; (alm) Kiai Haji Noer Ali, Bekasi dan tokoh - tokoh lainnya. Memang usianya kala itu sudah tidak lagi muda tapi ke cintaannya pada tanah air dan Agama tidak sedikit pun mengendurkan semangatnya, meski harus bertaruh harta dan nyawa. Hingga hal itu membuatnya sering berpindah - pindah tempat dan membawa serta anak - anaknya, dari Sukaraja, Cibarusah, Karawang, Rengasdengklok, Cileungsi, hingga balik ke Cibarusah. Atas izin Allah SWT. hingga akhir hayatnya beliau tidak pernah tertangkap. Dan beliau menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit dalam usia yang sudah sepuh di Lemah Abang, Cikarang. Jenazahnya dipusarakan di makam pahlawan Pejuang Lemah Abang. Lokasinya dipojok, mepet tembok bangunan SD.

Wallahu A'lam bish-showab.
212/6 <15> Raden Mochammad Hasan [Hasan]
223/6 <16> Rd. H. Marhasan [Suta Asria]
234/6 <19> Nyai Manawiyah [Ratu]
KETURUNAN TUBAGUS ABDUL KHAER

7

251/7 <20+5> 1. Ratu Juhariyah (Juha) [Juhariyah]
Рођење: 1916, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Свадба: <6> Engeh [?]
262/7 <20+5> 2. Ratu Sukaesih (Encih) [Sukaesih]
Рођење: 1918, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Свадба: <7> R. Dadang Asmara [Asmara]
273/7 <20+5> 3. Ratu Chafsah (Acah) [Chafsah]
Рођење: 1920, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
284/7 <20+5> 4. Ratu Komala [Komala]
Рођење: 1923, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Смрт: Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat, Wafat diusia muda (tidak berketurunan)
295/7 <20+5> 5. Tubagus Maksum [Bachri]
Рођење: 1925, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Смрт: Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat, Wafat saat kecil (tidak berketurunan)
306/7 <20+5> 6. Ratu Rukmini [Al Bachri]
Рођење: 1928, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Свадба: <8> Keturunan Arab Betawi [Betawi]
Свадба: <9> Sutikno [?]
317/7 <20+5> 7. Ratu Khadijah (Ijah) [Al Bachri]
Рођење: 1930, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Свадба: <10> Muhammad Totong [Totong]
Сахрана: Cipinang, Jakarta Timur, Makamnya berada dekat ibunya yakni Ratu Kasmeri.
328/7 <20+5> 8. Tubagus Agus [Bachri]
Рођење: 1932, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Смрт: Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat, Wafat saat kecil (tidak berketurunan)
249/7 <20+5> 9. (Alm) H. Tubagus Saaman [Bachri]
Рођење: 6 јун 1933, [https://id.wikipedia.org/wiki/Cimahpar,_Bogor_Utara,_Bogor Cimahpar Tanah Baru, Bogor]
Свадба: <11> Hj. Mariyah [Gobang] b. 1940
Смрт: 2003, [https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta Jakarta]
3310/7 <20+5> 10. Ratu Salbiyah [Al Bachri]
Рођење: Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat, Wafat saat kecil (tidak berketurunan)
Рођење: 1935, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
3411/7 <20+5> 10. Ratu Radhiyah (Iyot) [Al Bachri]
Рођење: 1938, Sukaraja - Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
3512/7 <21> Raden H. Mochammad Syadeli [Syadeli]
3613/7 <22> Rd. H. Abdul Karim [Marhasan]

8

371/8 <24+11> 1. Tubagus Agus Halim Jayasentika, SE, MH [Bachri]
Рођење: 28 април, Jakarta Timur
Свадба: <12> 7. Ratu Hj. Elies Sopiamah [Al Mukti Ali] b. 16 новембар
Професија : 1985, [https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia Bank Indonesia] ''Pensiun Sejak 2015''
382/8 <35> Raden H. Arslan Achmad [Achmad]
393/8 <24+11> 2. Ratu Etty Resmi Sariarti [Bachri] 404/8 <24+11> 3. Ratu Tri Komala (Okom) [Bachri] 415/8 <24+11> 4. Ratu Nataliawati [Bachri] 426/8 <24+11> 5. Tubagus Arief Sudrajat [Bachri] 437/8 <24+11> 6. Ratu Erni Sariarni [Bachri] 448/8 <24+11> 7. Tubagus Andri Razzaq [Bachri] 459/8 <24+11> 8. Ratu Dewi Nurlaila [Bachri] 4610/8 <24+11> 9. Ratu Meita Hermalita [Bachri] 4711/8 <25+6> 1. Karta [Engeh]
4812/8 <25+6> 2. Rochmat [Engeh]
4913/8 <25+6> 3. Rochmi [Enge]
5014/8 <26+7> 1. Nyi R. Nani [Asmara] 5115/8 <27> Sanah [?]
5216/8 <30+8> 1. Mansyur (Wafat Kecil) [Mansyur]
5317/8 <30+9> 1. Rahardjo Wisesa [Sutikno] 5418/8 <30+9> 2. Suhartati [Sutikno] 5519/8 <30+9> 3. Sri Rahayu [Sutikno] 5620/8 <30+9> 4. Waluyo (Pedro / Uyo) [Sutikno] 5721/8 <30+9> 5. Teguh Wahyudi [Sutikno] 5822/8 <31+10> 1. Hidayat [Totong] 5923/8 <31+10> 2. Maesaroh (Nyai) [Totong] 6024/8 <31+10> 3. Maemunah [Totong] 6125/8 <31+10> 4. Asbuna [Totong] 6226/8 <36> Kiai H. Rd. Sangsang [Abdul Karim]