Panembahan Lemah Duwur / Arosbaya - Bangkalan 1531 - 1592 (R. Pratanu) - Индекс потомака

Из пројекта Родовид

Особа:446445
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Panembahan Lemah Duwur / Arosbaya - Bangkalan 1531 - 1592 (R. Pratanu) [Aria Damar]
Kerajaan Arosbaya diperintah oleh Raden Pratanu alias Panembahan Ki Lemah Duwur (1531-1592), salah seorang putra Raden Pragalbo, untuk kali pertama penyebaran Agama Islam dikembang luaskan ke seluruh Pulau Madura. Berikutnya, dari keturunan Raden Pratanu inilah, berturut-turut lahirlah raja-raja besar di kawasan Madura Barat. Termasuk para raja keturunan Raden Praseno alias Pangeran Cakraningrat I dengan permaisurinya Kanjeng Ratu Syarifah Ambami, yang kita ketahui memerintah wilayah Madura Barat hingga tujuh turunan, dan situs makamnya menyatu di kompleks Pasarean Aermata.

2

21/2 <1> Pangeran Tengah ? (Raden Koro) [Aria Damar]
Свадба: <1> Ratu Ibu ? (Madegan Sampang) [?]
Титуле : 1592

3

31/3 <2+1> w Panembahan Cakraningrat I ? (Raden Praseno) [Aria Damar]
Свадба: <2> Nyi Ageng Sawu ? (Ratu Ibu) [?]
Свадба: <3> 6. Kanjeng Ratu Mas Sekar [Brawijaya]
Титуле : од 1624, Panembahan Cakraningrat I

4

41/4 <3> Raden Demang Melayakusuma [Cakraningrat I]
Смрт: 1647, Mataram
52/4 <3+2> Panembahan Cakraningrat II / Panembahan Sidang Kamal (Raden Undagan) [Cakraningrat I]
Свадба: <4> Ratu Ayunan [Amangkurat I]
Титуле : од 1648, Panembahan Cakraningrat II
63/4 <3+3+?> Raden Ayu Ketib Grobogan [Mataram]
74/4 <3+2> Raden Ario Atmojodiningrat [Cakraningrat I]
85/4 <3+2> Ratu Maospati [Cakraningrat I]

5

91/5 <4> w Raden Trunojoyo ? (Panembahan Maduretno) [Cakraningrat I]
Рођење: 1649, Madura
Свадба: <5> 11. Bendoro Raden Ayu Kaleting Kuning [Amangkurat I]
Свадба: <6> Bendoro Raden Ayu Klating Wungu [Amangkurat I]
Смрт: 2 јануар 1680, Bantul
122/5 <5> Panembahan Cakraningrat III ? (Panembahan Siding Kapal) [Cakraningrat II]
Титуле : од 1707, Madura Barat, Panembahan Madura Barat
Смрт: јануар 1718
Panembahan Cakraningrat III adalah seorang penguasa Madura Barat, yang berkuasa antara tahun 1707-1718. Di masa pemerintahannya, Madura Barat juga terimbas oleh pergolakan daerah-daerah pesisir Jawa yaitu Surabaya, Ponorogo, Madiun, Magetan, dan Jogorogo, yang dibantu oleh para keturunan Untung Suropati dan pasukan Bali; melawan kekuasaan Kesultanan Mataram yang dibantu oleh VOC.[1] Cakraningrat III bersikap ambigu, dimana ia sejak tahun 1712 menolak untuk menghadap ke kraton Mataram, namun tetap tidak memberontak secara terbuka.[1]

Cakraningrat III tewas terbunuh pada bulan Januari 1718 dalam bentrokan di atas kapal VOC, akibat suatu kesalah-pahaman.[2][1] Ia digantikan oleh Cakraningrat IV, yaitu saudaranya sendiri.[2] Karenanya, ia mendapat julukan anumerta Panembahan Siding Kapal ('Panembahan wafat di kapal') dari masyarakat setempat.

Referensi

   1 Ricklefs, Merle Calvin; Nugraha, Moh. Sidik (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 191-192. ISBN 9789790241152.
2 Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Psychology Press. hlm. 424. ISBN 9780700704330.
113/5 <5> Panembahan Cakraningrat IV ? (Kanjeng Raden Tumenggung Susroadiningrat) [Cakraningrat II]
Свадба: <7> 10. Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, Garwa Pangeran Hindranata. ? (Raden Ayu Bengkring) [Amangkurat IV] b. 1711 d. 1738
Свадба: <8> Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan) [Pakubuwono I]
Титуле : од 1718, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV
Смрт: 1753, Madura, Meninggal saat pengasingan di Sri Langka (Ceylon)
Pangeran Cakraningrat IV adalah seorang pemimpin Madura Barat (bertahta 1718-1746). Seperti pendahulunya, dia menolak kekuasaan raja Mataram. Dia lebih ingin berada di bawah pelindungan VOC, sesuatu yang ditolak VOC. Di samping itu, Cakraningrat secara pribadi membenci Amangkurat IV, raja Mataram (bertahta 1719-1726), dan menolak untuk sowan ke kraton Kartasura. Dia juga takut akan diracuni bila ke kraton.

Tahun 1726 Amangkurat meninggal, digantikan puteranya yang mengambil gelar Pakubuwana II, yang berumur 16 tahun (bertahta 1726-1749). Hubungan antara Mataram dan Cakraningrat membaik, dan Cakraningrat menikahi salah satu adik Pakubuwana. Hubungan antara Cakraningrat dan ibu mertuanya, Ratu Amangkurat, menjadi akrab.

Di akhir tahun 1730-an, kekuasaan Cakraningrat di Jawa Timur meningkat dan mengancam kedudukan orang Bali di daerah Blambangan.

Pada Juli 1741, pasukan Mataram menyerang garnisun VOC di Kartasura. Komandan garnisun, Johannas van Elsen, ditangkap dan dibunuh, dan benteng VOC dibongkar. Peristiwa ini adalah lanjutan dari peristiwa Geger Pacinan di Batavia (9 Oktober 1740). Pakubuwana memutuskan untuk memihak ke pemberontak Tionghoa yang menantang kekuasaan VOC di daerah Pasisir. Satu-satunya kekuatan militer yang bisa diharapkan VOC adalah Cakraningrat IV, yang menawarkan bantuannya. Cakraningrat menyerang Jawa Timur, sedangkan VOC sanggup merebut kembali daerah pemerintahannya di Pasisir.

Walau pemberontak Tionghoa sudah dikalahkan VOC, orang Jawa yang bersekutu dengan mereka bukan saja memusuhi VOC tapi juga mencurigai Pakubuwana. Pemberontak Jawa mengangkat Raden Mas Garenti (juga disebut Sunan Kuning), salah satu cucu Amangkurat III, yang berumur 12 tahun, sebagai Susuhunan baru.

Juni 1742, pemberontak menaklukkan Kartasura dan menjarahnya. Pakubuwana dan Kapten van Hohendorff lari ke Ponorogo. Akhirnya Pakubuwana minta bantuan Cakraningrat. Bulan November, pasukan Cakraningrat merebut Kartasura kembali. Kartasura dijarah sekali lagi. Cakraningrat dipaksa VOC untuk mengembalikan kraton ke Pakubuwana.

Cakraningrat menganggap bahwa jasanya memberinya hak atas Jawa Timur. Dia bersekutu dengan pemimpin Surabaya dan keturunan Surapati yang masih menguasai sebagian Jawa Timur. Dia juga berhenti mengirim upeti beras dan membayar bea pelabuhan Jawa Timur ke VOC. VOC mencoba berunding dengan dia bulan Juli 1744 tapi ditolak. Pada Februari 1745 VOC menyatakan Cakraningrat makar. Cakraningrat angkat senjata dan menyerang Madura Timur. Mula-mula pasukan VOC kewalahan, tapi arus berbalik. Akhirnya Cakraningrat terpaksa lari ke Banjarmasin.

Namun sultan Banjarmasin mengkhianatinya dan menyerahkannya ke VOC. Cakraningrat dibawa ke Batavia, kemudian dibuang ke Tanjung Harapan (Belanda: Kaap de Goede Hoop) di Afrika Selatan tahun 1746. Karenanya, ia mendapat julukan rakyat sebagai Panembahan Siding Kaap. VOC memutuskan puteranya untuk menjadi penggantinya, sebagai Cakraningrat V.

Dengan kekalahan Cakraningrat IV, ikut campur Madura di Jawa berakhir.
104/5 <6+?> Raden Tumenggung Sontoyudo I [Mataram]

6

191/6 <11> Ratu Anom [Cakraningrat IV]
Титуле : Patih Panembahan Madura
Свадба: <9> Raden Arya Suradilaga [Surapati]
152/6 <11> Panembahan Cakraningrat V / Panembahan Sidho Mukti (Pangeran Secoadiningrat/Pangeran Surodiningrat) [Cakraningrat IV]
Свадба: <10> Ratu Maduretno [?]
Свадба: <11> w Ratu Adipati [?]
Свадба: <12> w Ratu Lor [?]
Титуле : од 1745, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat V
Смрт: 1770
Panembahan Cakraningrat V adalah penguasa Madura Barat antara tahun 1745-1770.[1] Namanya sebelum naik tahta adalah RA Secoadiningrat.[2] Ia menggantikan ayahnya Cakraningrat IV, yang diasingkan hingga wafatnya oleh VOC ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan.[2] Pangeran Secoadiningrat adalah anak kedua dari istri kedua ayahnya; dan ia diangkat karena anak pertama dari istri pertama umurnya lebih muda, sedangkan kakaknya tidak diangkat karena ada kecacatan.[3] Di masa pemerintahannya, Cakraningrat V adalah sekutu penting bagi VOC dan merupakan wedana bupati (regent kepala) untuk wilayah VOC di Jawa bagian timur, yang terbentang sejak Madiun hingga ke Blambangan, diserahkan oleh Mataram kepada VOC pada tahun 1743.[2]

Referensi

   1 Truhart, Peter (2003). Asia & Pacific Oceania: Regents of Nations III (ed. 2). Walter de Gruyter. hlm. 1318. ISBN 9783110967463.
   2 a b c Kumar, Ann (1985). Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics and the Pesantren, 1883-1886. Faculty of Asian Studies, Australian National University. hlm. 31-32. ISBN 9780867846034.
3 Penerbitan Sumber-Sumber Sejarah, Masalah 5. Arsip Nasional Republik Indonesia. 1973. hlm. xxv-xxvi.
133/6 <10> Raden Tumenggung Sontoyudo II [Mataram]
144/6 <12> Raden Ayu Rogo Asmoro [Cakraningrat III] 165/6 <11> Pangeran Sosrodiningrat [Cakraningrat IV]
176/6 <11> Pangeran Ronodiningrat [Cakraningrat IV]
187/6 <11> Pangeran Wirodiningrat [Cakraningrat IV]
208/6 <10> Raden Ayu Sontoyudo [Majapahit]

7

251/7 <19+9> Raden Museng / Raden Adipati Arya Soeroadiningrat III [Cakraningrat IV]
Професија : Regent Sedayu 1816 - 1855
212/7 <20> Ratu Kedathon [Madura]
Смрт: 1620
243/7 <15> w Panembahan Cakraningrat VI ? (Panembahan Tengah) [Cakraningrat V]
Титуле : од 1770, Madura, Panembahan Cakraningrat VI
Смрт: 1780
234/7 <15> Sultan Cokroadiningrat I ? (Panembahan Cakraningrat VII) [Cakraningrat VI]
Титуле : од 1780, Madura, Sultan Bangkalan I
Смрт: 1815
Panembahan Cakraningrat VII, kemudian menjadi Sultan Cakraadiningrat I adalah penguasa Madura Barat yang berkuasa antara tahun 1780-1815.[1] Gubernur Jenderal Daendels memberikannya gelar Sultan Bangkalan; namun hal itu tidak membuat Cakraningrat VII menolong Belanda.[1] Ia malah membantu Inggris ketika mereka tiba pada tahun 1811 untuk merebut daerah jajahan Belanda.[1]

Makam Cakraningrat VII terletak di pemakaman kerajaan di Aeng Mata, Arosbaya.[2]

Referensi

   1 Kumar, Ann (1985). Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics and the Pesantren, 1883-1886. Faculty of Asian Studies, Australian National University. ISBN 9780867846034., hlm. 31.
2 Bax, Mart; Kloos, Peter (1992). Faith and Polity: Essays on Religion and Politics. VU University Press. hlm. 111. ISBN 9789053830802.
225/7 <13> Kyai Ageng Wiroyudo [Mataram]

8

Lambang Kesultanan Bima
Lambang Kesultanan Bima
261/8 <21+?> Nyai Ageng Derpoyudo / Roro Widuri [Kesultanan Bima]
Рођење: Keturunan Ke 2 Sultan Bima
Сахрана: Kuncen, Yokyakarta
292/8 <22> 3. Kyai Ageng Derpoyudo [Mataram]
Сахрана: Majangjati, (Dukuh Majan, Kecamatan Kerjo, Karanganyar, Sragen)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


SILSILAH ( GARIS KETURUNAN ) DARI PRABU BRAWIJOYO, PANAMBAHAN SENOPATI S/D KYAI AGENG DERPOYUDO

H.M.S. Citrosuhartoyo menulis surat kepada Kraton Ngayogyakarto sehubungan dengan informasi silsilah KYAI AGENG DERPOYUDO ini di kutip dari data/arsip Dinas Pariwisata Kab. Dati II Karanganyar, silsilah tsb telah ditanggapi oleh Kraton Ngayogyakarto benar dan cocok adanya, dalam silsilah tersebut H.M.S Citrosuhartoyo termasuk generasi ke IX Trah Kyai Ageng Derpoyudo.

Adapun data tsb kami dokumenkan sbb:

Image:Derpo-1.jpg

Image:Derpo-2.jpg

Image:Derpo-3.jpg

Image:Derpo-4.jpg
353/8 <25> Raden Adipati Arya Soeroadiningrat IV [Cakraningrat IV]
Професија : Regent Sedayu 1855 - 1884
314/8 <23> Panembahan Cakraningrat VIII / Sultan Cokroadiningrat II (Pangeran Adipati Setyoadiningrat III) [Cokroadiningrat I]
325/8 <24> Panembahan Cakraningrat IX [Cakraningrat VI]
Титуле : од 1847, Madura
Смрт: 1862
276/8 <22> 1. Nyai Sontoyudo [Kerajaan Bima]

sejarah cikal bakal daerah nganjuk

Sejarah pemerintahan kabupaten pace sangat sulit diungkapkan

Karena kurangnya data yang dapat menjelaskan keberadaannya. Demikian pula halnya dengan mata rantai hubungan antara kabupaten pace dengan kabupaten berbek. Sehubungan dengan hal tersebut maka pembahasan tentang sejarah pemerintahan kabupaten nganjuk dimulai dari keberadaan kabupaten berbek

Berdasarkan peta jawa tengah dan jawa timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul :”Orang jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”,penerbit pustaka Azet, Jakarta,1986;diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah nganjuk.apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah nganjuk terbagi dalam 4(empat)daerah ,yaitu Berbek ,Godean dan Kertosono.dengan catatan , bahwa Berbek,Godean,Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai belanda dan kasultanan Yogyakarta,sedangkan daerah nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta

Timbul pertanyaan, apakah keempat daerah tersebut mempunyai status sebagai daaerah kabupaten yang dipimpin oleh seorang bupati (Raden Tumenggung) atau berstatus lain? Dari silsilah keturunan raja negeri bima, silsilah Ngarso Dalem Sampean Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sulatan Hamengkubuwono1 atau asal usul Raden Tumenggung Sosrodi-Ningrat Bupati Nayoko Wedono Lebet Gedong Tengen Rajekwesi dapat diperoleh kesimpulan bahwa memang benar daerah-daerah tersebut pada waktu itu merupakan daerah kabupaten. Adaoun penguasa daerah Berbek dan Godean dapat dijelaskan sebagai berikut:

1, Raja bima mempunyai seoarang putra, yaitu: Haji Datuk Sulaeman, yang kawin dengan putri Kyai Wiroyudo dan berputra 4(empat) orang yaitu;

1. Nyai Sontoyudo

2.Nyai Honggoyudo

3.Kyai Derpoyudo

4.Nyai Damis Rembang

2. Nyai Honggoyudo berputra:

1. Raden Ayu Rongso Sepuh

2. Raden Ayu Tumenggung Sosronegoro

3. Raden Ngabei Kertoprojo

4. Mas Ajeng Kertowijoyo

3. Raden Tumenggung Sosronegoro I,Bupati Grobongan, mempunyai putra sebanyak 30(tiga puluh) orang, antara lain:

1. Raden Tumenggung Sosrodiningrat I (putra I)

2. Reden Tumenggung Sosrokoesoemo I (putra VII)

3. Raden Tumenggung Sosrodirjo (putra ke XXIII)

4. Raden Tumenggung Sosrokoesoemo I adalah Bupati Berbek (sebelaum pecah dengan Godean) Berputra sebanyak 19(sembilan belas) orang ,antara lain :

1. RMT Sosronegoro II(putra ke-2)

2. RT. Sosrokoesoemo II (putra ke-11).

Menurut pengamatan penulis, ketika RT Sosrokoesoemo I meninggal dunia, telah digantikan adiknya, yakni RT Sosrodirdjo sebagai Bupati Berbek. Setelah itu Berbek di pecah menjadi dua daerah, yaitu berbek dan godean. RT. Sosrodirdjo tetap memimpin daerah Berbek, sedangkan Godean dipimpin oleh keponakannya yaitu RMT.Sosronegoro II (putra kedua dari RT Sosrokoesoemo I). selanjutnya, menurut perkiraan, setelah kedua bupati tersebut surut/pension, kabupaten Berbek yang dipimpin oleh RT.Sosrokoesoemo II (Putra ke-11 dari RT.Sosrokoesoemo I).

Tentang kabupaten Nganjuk dan Kertosono belum dapat diungkapkan lebih kauh, karena dalam perkembangan selanjutnya kedua daerah tersebut bergabung manjadi satu dengan daerah Berbek, yang diperkirakan terjadi sebelum tahun 1852. Adapun bupati Nganjuk sekitar tahun 1830 adalah RT.Brotodikoro, sedangkan bupati Kertosono adalah RT.Soemodipoero.
287/8 <22> 2. Nyai Honggoyudo [Kerajaan Bima]
308/8 <22> 4. Nyai Damis Rembang [Kerajaan Bima]
339/8 <24> Pangeran Prawironegoro [Cakraningrat VI]
Lambang Kesultanan Bima
Lambang Kesultanan Bima
3410/8 <21+?> Penghulu Ibrahim (Ayahnya Penghulub Pekih Ibrahim) [Kesultanan Bima]