R. Pragalbo / Ki Pragalbo (Islam Onggu') - Индекс потомака
Из пројекта Родовид
2
21/2 <1> ♂ Panembahan Lemah Duwur / Arosbaya - Bangkalan 1531 - 1592 (R. Pratanu) [Aria Damar]3
31/3 <2> ♂ Pangeran Tengah ? (Raden Koro) [Aria Damar]4
41/4 <3+1> ♂ w Panembahan Cakraningrat I ? (Raden Praseno) [Aria Damar]Свадба: <3> ♀ 6. Kanjeng Ratu Mas Sekar [Brawijaya]
Титуле : од 1624, Panembahan Cakraningrat I
5
51/5 <4> ♂ Raden Demang Melayakusuma [Cakraningrat I]6
101/6 <5> ♂ w Raden Trunojoyo ? (Panembahan Maduretno) [Cakraningrat I]Свадба: <5> ♀ 11. Bendoro Raden Ayu Kaleting Kuning [Amangkurat I]
Свадба: <6> ♀ Bendoro Raden Ayu Klating Wungu [Amangkurat I]
Смрт: 2 јануар 1680, Bantul
Смрт: јануар 1718
Cakraningrat III tewas terbunuh pada bulan Januari 1718 dalam bentrokan di atas kapal VOC, akibat suatu kesalah-pahaman.[2][1] Ia digantikan oleh Cakraningrat IV, yaitu saudaranya sendiri.[2] Karenanya, ia mendapat julukan anumerta Panembahan Siding Kapal ('Panembahan wafat di kapal') dari masyarakat setempat.
Referensi
1 Ricklefs, Merle Calvin; Nugraha, Moh. Sidik (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 191-192. ISBN 9789790241152.2 Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Psychology Press. hlm. 424. ISBN 9780700704330.
Свадба: <8> ♀ Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan) [Pakubuwono I]
Титуле : од 1718, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV
Смрт: 1753, Madura, Meninggal saat pengasingan di Sri Langka (Ceylon)
Tahun 1726 Amangkurat meninggal, digantikan puteranya yang mengambil gelar Pakubuwana II, yang berumur 16 tahun (bertahta 1726-1749). Hubungan antara Mataram dan Cakraningrat membaik, dan Cakraningrat menikahi salah satu adik Pakubuwana. Hubungan antara Cakraningrat dan ibu mertuanya, Ratu Amangkurat, menjadi akrab.
Di akhir tahun 1730-an, kekuasaan Cakraningrat di Jawa Timur meningkat dan mengancam kedudukan orang Bali di daerah Blambangan.
Pada Juli 1741, pasukan Mataram menyerang garnisun VOC di Kartasura. Komandan garnisun, Johannas van Elsen, ditangkap dan dibunuh, dan benteng VOC dibongkar. Peristiwa ini adalah lanjutan dari peristiwa Geger Pacinan di Batavia (9 Oktober 1740). Pakubuwana memutuskan untuk memihak ke pemberontak Tionghoa yang menantang kekuasaan VOC di daerah Pasisir. Satu-satunya kekuatan militer yang bisa diharapkan VOC adalah Cakraningrat IV, yang menawarkan bantuannya. Cakraningrat menyerang Jawa Timur, sedangkan VOC sanggup merebut kembali daerah pemerintahannya di Pasisir.
Walau pemberontak Tionghoa sudah dikalahkan VOC, orang Jawa yang bersekutu dengan mereka bukan saja memusuhi VOC tapi juga mencurigai Pakubuwana. Pemberontak Jawa mengangkat Raden Mas Garenti (juga disebut Sunan Kuning), salah satu cucu Amangkurat III, yang berumur 12 tahun, sebagai Susuhunan baru.
Juni 1742, pemberontak menaklukkan Kartasura dan menjarahnya. Pakubuwana dan Kapten van Hohendorff lari ke Ponorogo. Akhirnya Pakubuwana minta bantuan Cakraningrat. Bulan November, pasukan Cakraningrat merebut Kartasura kembali. Kartasura dijarah sekali lagi. Cakraningrat dipaksa VOC untuk mengembalikan kraton ke Pakubuwana.
Cakraningrat menganggap bahwa jasanya memberinya hak atas Jawa Timur. Dia bersekutu dengan pemimpin Surabaya dan keturunan Surapati yang masih menguasai sebagian Jawa Timur. Dia juga berhenti mengirim upeti beras dan membayar bea pelabuhan Jawa Timur ke VOC. VOC mencoba berunding dengan dia bulan Juli 1744 tapi ditolak. Pada Februari 1745 VOC menyatakan Cakraningrat makar. Cakraningrat angkat senjata dan menyerang Madura Timur. Mula-mula pasukan VOC kewalahan, tapi arus berbalik. Akhirnya Cakraningrat terpaksa lari ke Banjarmasin.
Namun sultan Banjarmasin mengkhianatinya dan menyerahkannya ke VOC. Cakraningrat dibawa ke Batavia, kemudian dibuang ke Tanjung Harapan (Belanda: Kaap de Goede Hoop) di Afrika Selatan tahun 1746. Karenanya, ia mendapat julukan rakyat sebagai Panembahan Siding Kaap. VOC memutuskan puteranya untuk menjadi penggantinya, sebagai Cakraningrat V.
Dengan kekalahan Cakraningrat IV, ikut campur Madura di Jawa berakhir.7
201/7 <12> ♀ Ratu Anom [Cakraningrat IV] 162/7 <12> ♂ Panembahan Cakraningrat V / Panembahan Sidho Mukti (Pangeran Secoadiningrat/Pangeran Surodiningrat) [Cakraningrat IV]Свадба: <11> ♀ w Ratu Adipati [?]
Свадба: <12> ♀ w Ratu Lor [?]
Титуле : од 1745, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat V
Смрт: 1770
Referensi
1 Truhart, Peter (2003). Asia & Pacific Oceania: Regents of Nations III (ed. 2). Walter de Gruyter. hlm. 1318. ISBN 9783110967463. 2 a b c Kumar, Ann (1985). Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics and the Pesantren, 1883-1886. Faculty of Asian Studies, Australian National University. hlm. 31-32. ISBN 9780867846034.3 Penerbitan Sumber-Sumber Sejarah, Masalah 5. Arsip Nasional Republik Indonesia. 1973. hlm. xxv-xxvi.
Свадба: <13!> ♂ 1. Gusti Kanjeng Pangeran Haryo Mangkunegara / Gusti Pangeran Pancuran (Gusti Pangeran Riyo) [Amangkurat IV] b. 1703
8
261/8 <20+9> ♂ Raden Museng / Raden Adipati Arya Soeroadiningrat III [Cakraningrat IV]Смрт: 1780
Смрт: 1815
Makam Cakraningrat VII terletak di pemakaman kerajaan di Aeng Mata, Arosbaya.[2]
Referensi
1 Kumar, Ann (1985). Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics and the Pesantren, 1883-1886. Faculty of Asian Studies, Australian National University. ISBN 9780867846034., hlm. 31.2 Bax, Mart; Kloos, Peter (1992). Faith and Polity: Essays on Religion and Politics. VU University Press. hlm. 111. ISBN 9789053830802.